10 Hari Terakhir Ramadhan Rasulullah Mengencangkan Ikat Pinggang dan Menghidupkan Malam, Maksudnya Apa?

Reporter : Widya Resti Oktaviana
Rabu, 12 April 2023 03:03
10 Hari Terakhir Ramadhan Rasulullah Mengencangkan Ikat Pinggang dan Menghidupkan Malam, Maksudnya Apa?
Di malam tersebut Rasulullah saw hanya fokus beribadah kepada Allah SWT.

Dream - Hari demi hari umat Islam telah melalui ibadah puasa di bulan Ramadhan. Memasuki 10 hari terakhir bulan Ramadhan, ibadah bukan berarti semakin menurun, namun justru harus semakin dikencangkan. Hal ini karena pada 10 hari terakhir Ramadhan, Allah SWT akan menurunkan malam lailatul qadar yang penuh dengan kemuliaan.

Oleh karena itu, umat Islam tidak bisa memandang ringan karena hampir setiap orang berusaha untuk bisa meraih malam yang mulia itu. Meski hanya Allah SWT yang tahu kapan tepatnya lailatul qadar akan tiba, namun tanpa ada keraguan sedikit pun umat Islam akan berbondong-bondong menjalankan berbagai ibadah dengan khusyuk dengan harapan bisa mendapatkan malam lailatul qadar.

Dijelaskan juga dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim bahwasanya di 10 hari terakhir Ramadhan, Rasulullah saw akan mengencangkan ikat pinggangnya untuk bisa meningkatkan ibadah serta amal sholeh.

Lalu, apa yang dimaksud dengan mengencangkan ikat pinggang dan apa yang sebenarnya dilakukan oleh Nabi Muhammad saw? Untuk mengetahui penjelasannya, berikut sebagaimana dirangkum Dream melalui berbagai sumber.

1 dari 2 halaman

Nabi Muhammad Mengencangkan Ikat Pinggang di 10 Hari Terakhir Ramadhan

Melalui hadis dari Aisyah ra dijelaskan sebagai berikut:

" Rasulullah SAW ketika masuk 10 hari terakhir bulan Ramadan, mengencangkan kain bawahnya, menghidupkan malamnya, dan membangunkan keluarganya."  (muttafaq 'alaih)

Dalam hadis di atas dijelaskan bahwa Nabi Muhammad saw mengencangkan kain bawah atau bisa juga disebut dengan sarung. Hal ini menjelaskan bahwa saat itulah beliau mengurangi makan, tidur, dan tidak mendekat pada istrinya. Di 10 hari terakhir bulan Ramadhan, beliau hanya fokus untuk beribadah kepada Allah SWT.

Karena terlalu fokus beribadah, sampai-sampai beliau tidak ingin menyia-nyiakan waktunya untuk hal-hal yang kecil. Seperti halnya membetulkan kain bawah yang turun. Karena hal itu bisa mengganggu ibadah. Jadi, sebaiknya kain itu diikat dengan kuat agar tidak mengganggu.

Istilah " mengencangkan ikat pinggang" sendiri adalah bahasa simbolik. Di mana menurut Imam Ghazali, kualitas diri seseorang itu ada tiga tingkatan sebagai berikut:

Tingkatan Fisik Jasmaniyah

Tingkatan yang pertama adalah tingkatan fisik jasmaniyah. Misalnya saja mengendalikan diri dari lapar dan dahaga. Kemudian tidak melakukan hubungan seksual bagi suami dan istri saat sedang menjalankan ibadah puasa.

Mengendalikan Pancaindra

Tingkatan yang kedua adalah dengan mengendalikan pancaindra. Misalnya saja penglihatan, pendengaran, penciuman, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan pancaindra lainnya. Jadi, dalam hal ini semuanya tertuju hanya kepada Allah SWT semata.

Mengontrol Hati dan Pikiran

Tingkatan yang ketiga adalah mengontrol hati dan pikiran agar tidak melakukan hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT. Jadi, ketika tingkat pengendalian diri tinggi, maka tingkat spiritualitas puasa juga semakin meningkat.

2 dari 2 halaman

Cara Nabi Muhammad Menghidupkan Malam di 10 Hari Terakhir Ramadhan

Dalam sebuah riwayat dari Ibnu Abbas dikisahkan bahwa beliau mengikuti sholat di rumah Nabi Muhammad saw:

Saya pernah mengikuti salat (qiyamul lail) Rasulullah SAW di rumah beliau. Di rakaat pertama, Rasulullah membaca surat al-Baqarah …

…Kupikir habis (baca) al-Baqarah rukuk, ternyata disambung Ali-Imran . Aku pikir habis Ali-Imran rukuk, ternyata disambung an-Nisa. Kupikir habis an-Nisa rukuk, ternyata disambung al-Maidah. Aku pikir habis al-Maidah rukuk, ternyata disambung al-An’am setelah itu.

Setelah sholat di rumah Nabi Muhammad saw, Ibnu Abbas pun merasa menyesal tidak ingin sholat di rumah beliau lagi karena bacaan yang panjang dan banyak. Otomatis waktu berdiri saat sholat pun juga menjadi sangat lama. Ibnu Abbas memilih untuk sholat di masjid saja.

Namun ketika sedang sholat di masjid, Nabi Muhammad saw tidak melakukan hal yang sama. Beliau memilih bacaan yang pendek agar tidak menjadi beban untuk jemaah atau sahabat beliau. Sedangkan ketika sholat di rumah, beliau akan berdiri lebih lama dengan bacaan sholat yang lebih panjang.

Beri Komentar