Pandangan Gus Baha Bahwa Umat Islam Bisa Mendapatkan Lailatul Qadar Jika Tidak Melakukan Maksiat (Foto: YouTube Pondok Pesantren Kwagean)
Dream - Keistimewaan malam lailatul qadar telah banyak dijelaskan dalam berbagai hadis Nabi. Muhyiddin Ibnu Arabi dalam Ahkamul Quran menjelaskan bahwa malam lailatul qadar adalah kado istimewa untuk umat Nabi Muhammad saw yang nilainya tidak tertandingi oleh apapun.
Itulah mengapa malam lailatul qadar selalu dinantikan oleh setiap umat Islam. Meski Allah SWT merahasiakan kedatangannya agar lebih bersungguh-sungguh dalam menjalankan ibadah, namun Allah SWT telah memberikan tanda-tanda atau isyaratnya.
Disebutkan dalam hadis Nabi bahwa malam lailatul qadar jatuh pada malam ganjil di 10 hari terakhir Ramadhan. Meski begitu, terkait dengan hadis tersebut, KH Bahauddin Nursalim atau yang kerap dikenal dengan Gus Baha, memiliki pandangan tersendiri. Menurut dia, setiap umat Islam bisa mendapatkan lailatul qadar asal bisa menjaga diri dari perbuatan maksiat.
Untuk mengetahui lebih jelas tentang pandangan dari Gus Baha tersebut, berikut sebagaimana dirangkum Dream melalui nu.or.id.
Gus Baha dalam YouTube Santri Gayeng mengatakan sangat yakin bahwa setiap Muslim pasti akan mendapatkan lailatul qadar. Ucapan tersebut tentu memiliki dasar dan Gus Baha sendiri pastinya telah melalui proses pengkajian terlebih dahulu.
Keyakinan itu hadir saat beliau mengkaji keterangan bahwa Nabi Muhammad saw mengisahkan tentang Nabi Nuh as yang usianya adalah 950 tahun dan nabi-nabi sebelumnya yang memiliki usia mencapai ratusan tahun. Nah, dalam kondisi tersebut Nabi saw mengalami keresahan akan kondisi umatnya yang memiliki usia pendek.
Allah SWT pun akhirnya menanggapi keresahan Nabi saw dengan memberikan bonus lailatul qadar yang setara dengan 1.000 bulan atau 83 tahun 4 bulan. Melalui riwayat tersebut, Gus Baha pun memahaminya bahwa setiap umat dari Nabi Muhammad saw pasti bisa mendapatkan lailatul qadar jika mengisinya dengan berbagai kegiatan yang positif dan menghindarkan diri dari perbuatan maksiat.
" Asal tidak maksiat, menurut saya pasti mendapat lailatul qadar," jelas Bus Baha.
Dijelaskan dalam hadis bahwa lailatul qadar jatuh pada malam ganjil di 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Karena itulah, banyak umat Islam yang berbondong-bondong mempersiapkan diri untuk berburu mencari lailatul qadar di waktu tersebut dengan melakukan i'tikaf di masjid dan ibadah lainnya.
Namun, dalam hal ini berbeda dengan Gus Baha. Beliau justru mencari lailatul qadar sejak tanggal 11 Ramadhan. Menurut beliau, tanggal tersebut adalah tanggal yang ideal karena berada di tengah-tengah antara keterangan dalam Al-Quran dan hadis Nabi.
Untuk memperkuat pandangannya itulah beliau bersandar pada firman Allah SWT surat Al-Baqarah ayat 185 berikut:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۗ وَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗ يُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ ۖ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Artinya: " Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur." (QS. Al-Baqarah: 185)
Dala ayat di atas dijelaskan bahwa Al-Quran diturunkan pada bulan Ramadhan. Jadi, dari tanggal 1 hingga 29 atau 30 Ramadhan adalah lailatul qadar. Hal tersebut dikarenakan dalam ayat di atas tidak disebutkan dengan jelas tanggalnya.
" Makanya ada ulama yang berpendapat (lailatul qadar) dimulai tanggal 1 (Ramadhan)." ucap Gus Baha.
Selain dari ayat Al-Quran, Gus Baha juga mengutip dari hadis Nabi saw:
" Carilah dengan sungguh-sungguh lailatul qadar di malam kesepuluh terakhir bulan Ramadhan."
" Berarti ada juga yang mencari tanpa bersungguh-sungguh, tapi sejak tanggal 1 (Ramadhan)." jelas beliau.
Jika seseorang mencari sejak tanggal 21, berarti menghitungnya sebagai permulaan dan belum masuk sebagai kategori yang sungguh-sungguh. Dalam hal ini Gus Baha mengartikan kata " sungguh-sungguh" adalah sebagai klimaks.
Beliau menjelaskan, " Klimaks itu mulainya tanggal 1. Kalau mulainya tanggal 21, kata Malaikat: 'Lho kok baru mencari sekarang? Berarti dianggap pemula. Makanya gak dapat karena pemula'." jelas beliau.
Jadi, Gus Baha pun mengambil kesimpulan bahwasanya dalam hadis Nabi saw yang terdapat kata sungguh-sunguh, maka tanggal 21 Ramadhan itu mencari dengan sungguh-sungguh dan bukan mulai mencarinya.
" Teks hadis menyebut sungguh-sungguh tanggal 21. Tidak ada dalam riwayat harus kamu cari sejak tanggal 21." jelas Gus Baha.
Gus Baha menjelaskan bahwa lailatul qadar menjadi bentuk kasih sayang dan rahmat Allah SWT yang diperuntukkan bagi umat Nabi Muhammad saw. Di mana harapannya umat Islam yang tidak melakukan perbuatan maksiat, maka bisa mendapatkan lailatul qadar.
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN