Mbah Lindu Kala Menjajakan Gudeg Tradisional Buatannya Di Jalan Sosrowijayan (Sumber:Liputan6.com)
Dream – Gudeg Mbah Lindu memang sudah tak asing lagi bagi para penikmat kuliner khas kota Yogyakarta. Sang legenda gudeg diketahui telah menjajakan hidangannya sejak zaman penjajahan.
Namun masyarakat Yogyakarta kini kita tak bisa lagi mencicipi makanan olahan yang diracik oleh Mbah Lindu. Diketahui Mbah LIndu menghembuskan napas terakhir pada Minggu lalu (12/07), di Klebengan, Sleman, Yogyakarta.
Wanita yang memiliki nama asli Biyem Setyo Utama tersebut meninggal dunia di usia 100 tahun. Meninggalnya Mbah Lindu menyisakan duka mendalam bagi para penikmat gudeg buatannya.
Untuk mengenang sosok legendarisnya, berikut Dream telah merangkumkan 5 fakta mengenai Mbah Lindu, sang penjual gudeg legendaris Yogyakarta.
Mbah Lindu diketahui sudah berjualan gudeg sejak zaman penjajahan, kira-kira usianya saat itu 13 tahun. Kala itu Mbah Lindu biasa berkeliling Jogja untuk menjajakan gudeg buatannya sendiri.
" Nek kapane iki aku wis lali. Sak durunge Jepang teko. (Tahunya kapan saya sudah lupa, tapi sebelum Jepang datang). Wong Jepang datang itu saya sudah punya anak satu. Jualannya ya saya gendong, lalu jalan kaki berkeliling. Zaman dulu kan tidak ada bus kota," ujarnya kepada Liputan6.com pada 19 Januari 2016 lalu.
Kecintaan dan dedikasinya pada kuliner bercita rasa manis tersebut, Mbah Lindu rela berjalan kaki sejauh 5 kilometer ke tempat jualannya di daerah Jalan Sosrowijayan, tak jauh dari keramaian Malioboro.

Mbah Lindu mulai menjajakan gudeg sejak pukul 05.00 hingga 10.00 pagi. Dengan kondisi sederhana, gudeg buatannya selalu ramai dipenuhi para penikmat masakannya.
Jika pelanggannya memilih untuk membungkus pesanannya, Mbah Lindu punya cara tradisional untuk mengemas gudeg. Ia menggunakan daun pisang sebagai tempat dan membungkusnya dengan lidi yang ditusuk.
Sejak sang suami berpulang pada tahun 1970, Mbah Lindu berjualan ditemani anaknya, Ratiah. Tak patah semangat, Mbah Lindu tetap tegar sebagai tulang punggung keluarga.
" Senangnya jualan itu kalau bisa buat belanja, anak cucu bisa kenyang, sudah senang. Anak cucu tidak menangis," tutur Mbah Lindu dalam tayangan YouTube Maestro Indonesia RTV pada 5 April 2019 lalu.

Untuk mempertahankan cita rasa gudeg buatannya, Mbah Lindu masih menggunakan cara tradisional kala memasak gudeg.
Mbah Lindu dibantu oleh Ratiah memasak menggunakan kompor dari kayu bakar. Karena ingin mempertahankan cita rasa yang sama, keduanya bahkan harus memasak sejak siang hingga malam.
“ Si mbah sendiri yang memasaknya. Resepnya masih sama dari dulu ya seperti ini," ujar Mbah Lindu.
Sebelum meninggal dunia, Mbah Lintu sempat terjatuh di dapur pada Sabtu, 6 Juli lalu. Dirinya menjalani perawatan di RS Panti Rapih selama dua hari dan kemudian diperbolehkan pulang.
" Kata dokternya memang tidak ada yang sakit. Memang karena sudah tua saja. Kemudian disuruh pulang ke rumah. Di rumah ya masih sempat membantu masak dan mengupas telur," kata Ratiyah.
Ratiyah menyampaikan bahwa Mbah Lindu tutup usia karena penyakit tua. Sang legenda gudeg tersebut dimakamkan pada hari Senin, 13 Juli 2020 pukul 11.00 WIB di pemakaman umum Klebengan, Sleman, Yogyakarta.
Selamat Jalan Mbah Lindu, terima kasih sudah melestarikan gudeg tradisional yang lezat.
(Sumber:Liputan6.com)
Advertisement
Prabowo Subianto Tiba di Tapanuli, Tinjau Wilayah Terdampak Banjir

Asyik! Naik Whoosh Diskon Hingga 50% Untuk Pelajar di Musim Liburan

Jadi Bantuan Medis Internasional Pertama, Malaysia Kirim 2 Juta Pieces Obat ke Aceh

3 Trik Bikin Rencana Keuangan Simpel, Isi Dompet Lebih Terkendali

Kocaknya Para Seleb Cowok Latihan Pilates, Pelatihnya Sampai `Kena Mental`


Fenomena “Forever Layoff” Meningkat, Gelombang PHK Kecil tapi Rutin Menghantui Tahun 2026

Pemerintah Kirim 11 Helikopter ke Wilayah Aceh dan Sekitarnya

Curah Hujan Masih Tinggi, Aceh Ditetapkan Status Siaga Darurat Bencana Hidrometeorologi

Survei: Literasi dan Inklusi Keuangan Indonesia 2025 Baru 65,4%

Prabowo Subianto Tiba di Tapanuli, Tinjau Wilayah Terdampak Banjir

Asyik! Naik Whoosh Diskon Hingga 50% Untuk Pelajar di Musim Liburan

Cove: Cerita di Balik Operator Co-Living yang Tumbuh Pesat dari Masa Pandemi