Ponpes Asshiddiqiyah Batu Ceper, Saksi Sejarah Silatnas Pertama Aswaja NU Center

Reporter : Ahmad Baiquni
Sabtu, 14 Maret 2020 15:45
Ponpes Asshiddiqiyah Batu Ceper, Saksi Sejarah Silatnas Pertama Aswaja NU Center
Ponpes ini memiliki sarana dan prasarana yang lengkap.

Dream - Pondok Pesantren (Ponpes) Asshiddiqiyah Batu Ceper Kota Tangerang, Banten, menorehkan sejarah. Lembaga pendidikan keagamaan ini menjadi saksi sejarah digelarnya Silaturahmi Nasional (Silatnas) Aswaja NU Center yang pertama pada 12-13 Maret 2020.

Aswaja NU Center merupakan wadah pengkajian dan penyebaran ajaran Ahlus Sunnah Wal Jamaah yang didirikan Nahdlatul Ulama. Lembaga ini terbentuk dengan mengemban amanah untuk menyebarkan wawasan Islam yang moderat sesuai ajaran Rasulullah Muhammad SAW dan para sahabatnya.

Hingga saat ini, Aswaja NU Center telah memiliki satu kepengurusan tingkat pusat dan 15 kepengurusan tingkat wilayah yang setara provinsi. Ke depan, sejumlah wilayah akan membentuk kepengurusan lembaga ini.

Ponpes Asshiddiqiyah 2

Di laman resminya, Asshiddiqiyah2.com, Ponpes Asshiddiqiyah Batu Ceper merupakan cabang kedua dari jaringan Ponpes Asshiddiqiyah. Kiprah ponpes ini dalam dunia pendidikan keagamaan di Tanah Air tidak bisa dianggap remeh.

Tak banyak yang mengetahui jika Ponpes Asshidiqiyah ternyata berawal dari sebuah kisah yang menggugah. Sebuah cerita mushola kecil menjadi awal mula berdirinya Ponpes ini.  

 

1 dari 2 halaman

Bermula dari Mushola Kecil Berdinding Triplek

Asshiddiqiyah Batu Ceper, Saksi Sejarah Silatnas Pertama Aswaja NU Center

Bermula dari kisah hidup sang muassis (pendiri), KH Noer Muhammad Iskandar yang penuh keprihatinan, ponpes ini berkembang menjadi lembaga pendidikan dan keagamaan terkemuka di Indonesia.

Mengutip laman Asshiddiqiyah-krw.idHingga kini, Ponpes Asshiddiqiyah telah memiliki 11 cabang tersebar di Kedoya-Jakarta, Batu Ceper Tangerang, Cilamaya-Karawang, Serpong-Tangerang, Cijeruk-Bogor, Musi Banyuasin-Sumatera Selatan, Way Kanan-Lampung, Gunung Sugih-Lampung, Cianjur-Jawa Barat.

Kiai Noer merupakan putra ulama terkemuka asal Banyuwangi Jawa Timur, KH Iskandar. Dia menamatkan pendidikan dasar dan menengah di Pesantren Manba'um Ulum Sumber Beras, yang diasuh oleh ayahnya sendiri.

Dia lalu menimba ilmu di Ponpes Lirboyo-Kediri. Setelah itu, menempuh pendidikan tinggi di Perguruan Tinggi Ilmu Quran di Jakarta.

Pada 1980-an, Kiai Noer mendapatkan permintaan mengelola tanah wakaf di Kedoya untuk lembaga pendidikan. Setelah menjalankan sholat istikharah dan sepulang menunaikan ibadah haji, Kiai Noer menerima amanah tersebut.

Pada 1984, Kiai Noer mendapatkan tanah wakaf dari Haji Djaani seluas 2.000 meter persegi dan mulai membangun mushola kecil berbahan triplek. Tepat pada Juli 1985, berdirilah Pesantren Asshiddiqiyah di Kedoya Utara, Kebon Jeruk, Jakarta Barat.

Beberapa tahun kemudian, tepatnya pada 1994, cabang kedua Ponpes Asshiddiqiyah berdiri di Batu Ceper, Tangerang, Banten. Hingga kemudian muncul sejumlah cabang ponpes ini di kota-kota di Indonesia.

 

2 dari 2 halaman

Perjuangan Syiar Islam

Ponpes Asshiddiqiyah 2

Ponpes ini dibangun dengan semangat dan komitmen sebagai benteng perjuangan syiar Islam. Santri di ponpes ini berasal dari seluruh wilayah di Indonesia.

Sebagai lembaga pendidikan dan keagamaan, Ponpes Asshiddiqiyah Batu Ceper memiliki sejumlah fasilitas. Di bidang pendidikan, ponpes ini memiliki sekolah formal seperti Sekolah Dasar Pesantren Asshiddiqiyah 2, Madrasah Tsanawiyah Manba'ul Ulum, Sekolah Menengah Pertama Manba'ul Ulum. Sekolah Menengah Atas Manba'ul Ulum, Sekolah Menengah Kejuruan Manba'ul Ulum.

Sarana dan prasarana pendidikan di pesantren ini cukup lengkap. Ada perpustakaan, laboratorium, serta asrama.

Pesantren ini juga memiliki program penunjang untuk menguatkan kemampuan santri baik dalam bidang keagamaan maupun umum. Seperti program Tahfiz Alquran, Madrasah Diniyah, serta kegiatan ekstrakurikuler.

Jaringan alumni pesantren ini tersebar cukup luas. Tidak sedikit santri alumni mendapatkan beasiswa pendidikan di dalam maupun di luar negeri.

Beri Komentar