Siap-Siap! Puncak Musim Kemarau Akan Terjadi Bulan Depan

Reporter : Muhammad Ilman Nafi'an
Senin, 15 Juli 2019 19:48
Siap-Siap! Puncak Musim Kemarau Akan Terjadi Bulan Depan
Tujuh provinsi sudah alami kekeringan.

Dream - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi musim kemarau tahun ini akan berlangsung hingga September 2019. Puncak musim kering di Indonesia akan terjadi pada Agustus 2019.

Plh Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Agus Wibowo memperingatkan akan ada sejumlah wilayah yang mengalami kekeringan sebelum masuk puncak musim kemarau.

" Sampai saat ini ada tujuh provinsi kekeringan, yakni di Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB dan NTT," ujar Agus di kantornya, Jakarta, Senin, 15 Juli 2019.

Agus merinci, tujuh provinsi itu terdiri 79 kabupaten, 556 kecamatan dan 1.969 desa yang terdampak kekeringan.

" Ini masih Juli, ada wilayah 60 hari belum hujan," ucap dia.

Untuk menangani masalah kekeringan ini, BNPB mempersiapkan strategi jangka pendek berupa penempatan air menggunakan mobil tangki, membuat sumur bor, dan melakukan hujan buatan.

Sementara untuk strategi jangka menengah dan panjang, BNPB melakukan revitalisasi dan reformasi daerah aliran sungai (DAS), revitalisasi danau, membuat embung dan sumur bor permanen, membangun waduk, pengendalian pemanfaatan air tanah.

Cara lain yang diupayakan BNPB yaitu, perbaikan saluran irigasi, pipanisasi, bioporisasi, dan memberikan bibit pohon bernilai ekonomis serta ekologis.

1 dari 5 halaman

Heboh Isu Kemarau Panjang 2019-2022, Ini Kata BMKG

Dream - Masyarakat Indonesia tengah dihebohkan kabar kemarau panjang yang akan melanda dunia pada 2019-2022. Kabar tersebut tersebar dengan menggunakan identitas Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

Kabar itu menyebut, saat ini cadangan air di dunia hanya tersisa 3 persen. Namun, BMKG menyatakan tidak pernah mengeluarkan kabar yang menjadi viral tersebut.

" Berita tersebut tidak benar dan BMKG tidak pernah menyampaikan serta menyebarluaskan informasi tersebut," demikian pernyataan BMKG melalui akun Facebook, sebagaimana diakses Dream pada Rabu, 30 Desember 2016.

" Berita itu hanya hoax/isu yang tidak bisa dipertanggungjawabkan dan membohongi masyarakat, karena isu tersebut tidak mempunyai dasar ilmiah yang jelas," tambah pengumuman tersebut.

2 dari 5 halaman

Teknologi Belum Ditemukan

BMKG menyatakan, hingga saat ini belum ada teknologi yang bisa memprediksi musim dalam jangka panjang. Bahkan sekadar membuat prediksi untuk satu tahun ke depan.

" Oleh karena itu, masyarakat diimbau dan diharapkan tidak terpengaruh serta tidak perlu dihiraukan dengan informasi tersebut," tulis BMKG.

Oleh karena itu, BMKG mempersilakan masyarakat yang ingin mendapatkan informasi terkini mengenai cuaca untuk menghubungi call center 021-6546318, laman www.bmkg.go.id, akun media sosial @infobmkg, atau melalui aplikasi info BMKG.

 

3 dari 5 halaman

Badai Dahsyat Akan Terjang Jawa? Ini Kata BMKG

Dream - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjawab isu akan adanya badai dahsyat di sisi selatan Pulau Jawa. Sesuai dengan analisa ilmiah, isu itu dinyatakan tidak benar.

“ Isu puncak badai yang melanda Jawa bagian selatan sama sekali tidak benar,” tegas Yunus S. Swarinoto, Deputi Bidang Meteorologi BMKG, sebagaimana dikutip Dream dari laman bmkg.go.id, Jumat 1 April 2016.

Menurut Yunus, peluang kejadian badai tropis (siklon tropis) di perairan sebelah selatan Indonesia untuk bulan Maret adalah 28 persen.

Untuk kondisi saat ini, kata dia, citra satelit maupun analisa model cuaca numerik tidak menunjukkan adanya aktifitas badai tropis, baik di wilayah selatan Jawa maupun di wilayah manapun di Indonesia.

“ Dalam tiga hari ke depan tidak ada aktifitas badai tropis di wilayah Indonesia,” ujar dia.

 

 

4 dari 5 halaman

Citra Satelit

Menurut Yunus, citra satelit Himawari yang dipantau pukul 08.10 WIB tanggal 30 Maret 2016 memang menunjukkan adanya awan hujan yang cukup signifikan di wilayah Laut Jawa, Jawa, dan perairan selatan Jawa.

Di wilayah tersebut teridentifikasi belokan angin yang cukup tajam, sehingga terjadi perlambatan kecepatan angin yang menyebabkan pertumbuhan awan-awan tersebut. Namun, “ citra satelit Himawari tidak dapat digunakan untuk memprediksi cuaca ekstrim beberapa hari ke depan.”

Yunus menambahkan, pembentukan awan-awan hujan di wilayah Jawa, terutama bagian barat diperkirakan masih akan berlangsung hingga hari Sabtu, 2 April 2016. Sedangkan untuk Jumat 1 April 2016, wilayah Indonesia yang diperkirakan hujan lebat adalah Banten bagian selatan.

Selain itu juga Jawa Barat, bagian Selatan, Jawa tengah bagian selatan, Yogyakarta bagian selatan, Jawa Timur bagian selatan, dan Papua bagian utara.

“ Dengan masih tingginya potensi curah hujan di sebagian besar Jawa, masyarakat diimbau tetap waspada dan siaga terutama di daerah pantai selatan dan dataran tinggi atau pegunungan untuk mengantisipasi kejadian angin kencang, banjir bandang, lahar dingin dan tanah longsor.”

5 dari 5 halaman

Mengerikan, Korban Tewas Cuaca Panas di India Tembus 2.200

Dream - Cuaca panas terus melanda sebagian besar wilayah India. Dalam tiga minggu terakhir, jumlah korban meningkat dari sebelumnya 1.400 orang menjadi 2.200 orang.

Temperatur udara di sebagian besar wilayah India sempat berada di angka 50 derajat celsius. Suhu sempat mengalami penurunan menjadi 48 derajat celsius, sedangkan di beberapa wilayah menjadi 45-46 derajat celsius.

Kawasan Andhra Pradesh dan Telangana masih menyumbang jumlah korban tewas paling besar. Menurut data otoritas Andhra, jumlah korban meninggal di sana mencapai 1.600 orang.

Suhu udara di wilayah Rajasthan bertahan di angka 45 derajat celsius. Sementara di Bengala Barat, suhu udara berada di angka serupa, namun hujan diprediksi akan turun di wilayah ini dalam 24 jam ke depan.

" Hujan dan guntur akan turun di daerah sekitar Sungai Gangga. Kawasan seperti utara Distrik Darjeeling, Cooch Behar, dan Jalpaiguri juga akan mengalami hujan pada 24 jam ke depan," ujar Pejabat Badan Metereologi Met, dikutip dari hindustantimes.com, Senin, 1 Juni 2015.

Sementara di Distrik Banda, Uttar Pradesh, temperatur udara mencapai 46,4 derajat celsius. Pemadaman listrik semakin memperparah kondisi lantaran mengganggu pasokan air bersih.

" Kami tidak tahan dengan panas ini. Situasi ini diperparah dengan seringnya listrik padam," ujar seorang ibu rumah tangga di Lucknow, Rekha Tiwari.

Pemerintah India menyatakan sebagian besar korban meninggal karena cuaca panas ini seperti pekerja bangunan, lansia atau tunawisma. Selain itu, cuaca panas tersebut mengancam jutaan warga yang bekerja di luar ruangan.

Kondisi terakhir, cuaca panas sempat mengalami penurunan selama empat sampai lima hari. Pejabat badan metereologi berharap kondisi ini bertahan, mengacu para perubahan arah hembusan angin.

" Kondisinya berkembang. Ada perubahan arah angin dan dalam beberapa hari ke depan, ini akan lebih stabil dan badai Munson segera tiba di Kerala," kata Direktur IMD BP Yadav.

Beri Komentar