BMKG Ungkap Potensi Hujan Ekstrem hingga Awal Januari 2026

Reporter : Okti Nur Alifia
Rabu, 3 Desember 2025 08:06
BMKG Ungkap Potensi Hujan Ekstrem hingga Awal Januari 2026
Jenis bencana yang mendominasi yaitu hujan ekstrem hingga angin kencang.

DREAM.CO.ID - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan Indonesia berpotensi terkena bencana hidrometeorologi saat Natal dan tahun baru (Nataru), hingga awal Januari 2026.

Kepala BMKG, Teuku Faisal Fathani mengatakan jenis bencana yang mendominasi yaitu hujan ekstrem, angin kencang, serta fenomena lain seperti petir merusak, puting beliung, hujan es, dan jarak pandang terbatas yang kerap mengganggu penerbangan maupun pelayaran.

“ Trennya terus naik. Jawa Barat memimpin frekuensi kejadian hujan ekstrem dan angin kencang, disusul Jawa Tengah dan Jawa Timur. Ini harus menjadi perhatian kita bersama,” ujar Faisal dalam Rapat Koordinasi Natal dan Tahun Baru (Nataru) dikutip dari laman resmi BMKG, Selasa, 2 Desember 2025.

1 dari 3 halaman

Periode 28 Desember 2025 - 10 Januari 2026

Ilustrasi hujan deras badai

Pada 28 Desember 2025 – 10 Januari 2026, hampir seluruh wilayah Pulau Jawa, Bali, NTT, NTB, hingga sebagian Sulawesi Selatan dan Papua Selatan berpotensi mengalami hujan tinggi hingga sangat tinggi (300-500 mm per bulan).

Di sisi lain, potensi banjir rob juga perlu diwaspadai di pesisir Jakarta, Banten, dan Pantura Jawa Barat, terutama akibat fase perigee dan bulan purnama pada pertengahan Desember.

2 dari 3 halaman

Periode Minggu ke-2 Desember 2025

Ilustrasi hujan deras badai

Untuk periode minggu ke-2 Desember hingga awal Januari, BMKG memperkirakan Monsoon Asia mulai aktif yang meningkatkan curah hujan di Indonesia.

Kemudian munculnya anomali atmosfer Madden Julian Oscillation, gelombang Kelvin, dan Rossby Equator yang memicu hujan ekstrem.

Selain itu, hadirnya seruak dingin Siberia yang turut memperkuat intensitas hujan. Terakhir, bibit siklon tropis berpotensi tumbuh di wilayah selatan Indonesia.

Daerah yang perlu waspada pembentukan bibit siklon antara lain Bengkulu, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa – Bali, NTB, NTT, Maluku, Papua Selatan dan Tengah.

3 dari 3 halaman

BMKG mengingatkan bahwa meskipun Indonesia umumnya tidak berada pada jalur siklon, anomali cuaca dapat mengubah pola tersebut, seperti Siklon Senyar yang menyebabkan kerusakan luas dan hujan ekstrem lebih dari 380 mm/hari di Aceh beberapa waktu lalu.

Faisal mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk memaksimalkan peringatan dini menjadi tindakan dini.

“ Rapat ini penting agar kita memiliki kesiapsiagaan dengan awas, siaga menuju keselamatan. Early warning menimbulkan early action menuju zero victim,” ungkapnya.

Faisal mengatakan, pemerintah daerah dapat secara aktif berkonsultasi dengan Balai Besar BMKG, segera menggelar rapat koordinasi bersama Forkopimda, serta memperkuat sistem respons dini menjelang libur Nataru.

BMKG juga membuka posko nasional di berbagai pelabuhan dan bandara, serta menyiapkan aplikasi pendukung seperti radar cuaca, DWT untuk jalan raya, dan Inawis untuk pemantauan laut.

Beri Komentar