Ilustrasi (Shutterstock.com)
Dream – Dua mahasiswa ditahan di Turki atas tuduhan menghasut kebencian dan menghina nilai-nilai agama. Keduanya dituding telah membuat poster berisi gambar Kabah namun dibubuhi bendera lambang LGBT.
Dikutip dari ABC News, penangkapan dua mahasiswa tersebut dilakukan pada Sabtu malam pekan lalu setelah pejabat tinggi Turki membanting poster yang dipajang di sebuah pameran di Universitas Bogazici, Turki.
" LGBT sesat, tidak menghormati Kabah Agung," ujar Menteri Dalam Negeri Turki, Suleyman Soylu, lewat Twitternya.
Pejabat tinggi pemerintah dari partai konservatif Turki berbasis Islam mengutuk poster tersebut. Juru bicara partai oposisi utama sekuler yang kukuh juga mengecam karya seni itu, menyebutnya sebagai provokasi dan serangan terhadap nilai-nilai suci.
Pernyataan tersebut muncul setelah klub penelitian Islam Universitas Bogazici, Turki membanting poster tersebut di media sosial. Aksi itu mendorong orang menggunakan twitter dengan hastag yang mengecam poster tersebut, LGBT dan universitas.
Direktur urusan agama Turki, yang sebelumnya membuat kegemparan dengan mengatakan homoseksualitas membawa penyakit dan dibela oleh Presiden Recep Tayyip Erdogan, menyatakan akan mengambil tidakan hukum.
Pada poster tergambar adanya makhluk mitos setengah wanita dan setengah ular bersamaan dengan bendera LGBT, lesbian, transgender, dan orang-orang aseksual.
Kantor gubernur Istanbul mengatakan telah menangkap lima orang dan sedang mencari dua tersangka lagi. Satu orang dibebaskan, dua ditempatkan dalam tahanan rumah dan dua lagi dipenjara menunggu persidangan.
Polisi menggeledah klub mahasiswa seni rupa dan LGBTI+ di universitas tersebut. Mereka menyita buku tentang kelompok Kurdi yang dilarang dan bendera pelangi.
Rektor Universitas Bogazici, Melih Bulu, menyatakan lewat Twitter serangan terhadap nilai-nilai Islam tidak dapat diterima. Juga tidak memiliki tempat dalam nilai-nilai universitas.
Sebenarnya lebih dari 300 karya seni yang dibuat kelompok tersebut untuk memprotes rektor baru. Kelompok LGBTI+ mengatakan pada akun twitter mereka, bahwa mereka bersama-sama berdiri untuk menolak rektor baru, yang hanya menargetkan studinya sendiri.
" Semua karya seni terbuka untuk kritik. Tapi mengadili seni hanyalah pembatasan kebebasan berekspresi," bunyi pernyataan tersebut.
Reporter: Josephine Widya
Advertisement
Momen Haru Sopir Ojol Nangis dapat Orderan dari Singapura untuk Dibagikan
Throwback Serunya Dream Day Ramadan Fest bersama Royale Parfume Series by SoKlin Hijab
Siswa Belajar Online karena Demo, Saat Diminta Live Location Ada yang Sudah di Semeru
Cetak Sejarah Baru! 'Dynamite' BTS Jadi Lagu Asia Pertama Tembus 2 Miliar di Spotify dan YouTube
Komunitas Warga Indonesia di Amerika Tunjukkan Kepedulian Lewat `Amerika Bergerak`
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas