Menonton/ Foto: Shutterstock
Dream - Tontonan anak saat ini sangat beragam dan aksesnya juga sangat banyak. Kalau dulu, hanya melalui televisi, kini dari internet, platform dan media sosial. Terkadang orangtua merasa aman saat anak menonton channel khusus anak dan serial kartun.
Faktanya, konten dalam kartun dan tontonan yang dilihat anak bisa menyelipkan pesan-pesan yang tak sesuai norma, seperti LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transgender). Seperti yang saat ini sedang ramai dibahas oleh banyak orangtua di media sosial, di serial yang ada di platform YouTube Kids channel Lellobee Bahasa Indonesia, yang menaungi CoComelon, Blippi dan Little Angel.

Terdapat episode " Saat Kecelakaan Terjadi" , ketika sang anak terjatuh saat main seluncuran. Ia lalu dibantu dua lelaki yang diduga pasangan gay karena penyebutan " tapi papa dan ayahku" .

Unggahan soal fakta tersebut lalu ramai di Instagram @ibupedia. Dari informasi tersebut, juga disebutkan beberapa kartun anak yang cukup populer dan memiliki konten LGBT. Seperti The Loud House Doc McStuffins, The Owl House, dan film Elemental Forces.
Penting bagi ayah bunda untuk selalu mengamati tontonan anak. Idealnya, sebelum anak menonton acara/ serial tertentu, orangtua sudah tahu betul isi kontennya.
Pasalnya, seringkali orangtua merasa 'aman' saat membiarkan anak menonton platform khusus 'kids' atau anak-anak. Faktanya, konten di dalamnya sangat mungkin tidak sesuai dengan norma yang berlaku.
Dream - Pengasuhan anak di Indonesia cenderung menitikberatkan ibu sebagai pihak yang bertanggung jawab penuh. Bagaimana dengan ayah? Konstruksi sosial membuat peran ayah cukup sekadar pada memenuhi kebutuhan materi keluarga.
Saat ayah sudah menyediakan kebutuhan sandang, pangan dan papan, maka kewajibannya dianggap selesai. Sementara dalam hal mengasuh anak, ibu yang bertanggung jawab penuh. Hal ini sebenarnya kurang tepat.
Pengasuhan anak membutuhkan kerja sama ayah dan ibu. Peran keduanya sebagai orangtua sangat diperlukan dalam hal kesehatan mental dan psikologis anak. Ayah juga penting untuk terlibat penuh dalam mengasuh anak. Irma Gustiana, seorang psikolog keluarga, mengungkap ayah yang ada tapi minim keterlibatan dalam pengasuhan atau tidak ada sama sekali, akan berpengaruh pada perkembangan anak.
Bukan hanya jangka pendek, bahkan sampai menjadi orang dewasa. Kondisi ayah yang tak terlibat pengasuhan ini dikenal dengan istilah fatherless atau father absence.
" Jadi mengapa penting sekali kehadiran ayah baik secara fisik dan emosional, untuk mencegah masalah mental anak. Hadirnya ayah bisa dalam bentuk dukungan emotional, sosial, kognisi dan komunikasi dengan kegiatan diskusi, bermain, kualitas waktu bersama dan sebagainya," ungkap Irma dalam akun Instagramnya @ayankirma.
Ketidakhadiran ayah dalam pengasuhan bisa menimbulkan sederet risiko kesehatan mental anak di kemudian hari. Menurut Irma, selain alami masalah motivasi, anak potensial alami gangguan kesehatan mental seperti depresi. Apa saja risiko yang mungkin muncul
- Muncul rasa tak percaya diri
Anak kurang percaya diri dan kurang merasa berharga sehingga potensial kesulitan menjalin hubungan yang sehat.
- Masalah perilaku
Risiko mengalami masalah perilaku karena kemampuan mengelola emosi yang rendah. Penting bagi ayah untuk hadir dalam pengasuhan dan membantu anak bersikap dan mengelola emosi agar tidak berisiko mengalami masalah perilaku di kemudian hari.
- Prestasi akademik rendah
Prestasi akademik yang rendah karena minim dukungan dan motivasi. Anak-anak sangat membutuhkan sosok yang terus memberinya motivasi. Peran ayah dalam hal ini begitu besar.
Dream - Dalam hal pengasuhan anak, ayah cenderung lebih banyak mencontohkan lewat sikap. Ayah biasanya berusaha memberi tahu dengan sedikit kata-kata dan lebih ingin menjadi sosok teladan untuk anak-anaknya.
Dibandingkan ibu, ayah memang lebih suka memberi tahu banyak hal pada anak lewat contoh. Sebenarnya, anak juga butuh validasi dari ayahnya lewat kata-kata dan hal ini sering dilupakan. Terutama ketika anak mencari tahu alasan sikap ayahnya dan butuh penjelasan.

" Anak-anak tidak tahu apa yang ada di kepala Anda. Penting bagi para ayah untuk sedikit lebih terbuka tentang banyak hal, untuk meningkatkan kecerdasan emosional anak-anak mereka, pengaturan emosi, dan perlakuan umum terhadap orang lain," ujar Jeff Bostic, M.D., psikiater di MedStar Georgetown University Hospital.
Bersikap terbuka tentang hal tertentu bisa membantu anak dalam hal tumbuuh kembang emosinya. Terutama bagi anak laki-laki, yang sering menginternalisasi gagasan bahwa kerentanan atau kesedihan adalah sifat negatif.
" Mereka perlu mendengar hal-hal tertentu keluar dari mulut ayahnya," pesan Bostic.
Apa saja yang perlu didengar anak dari mulut ayahnya?
1. Kata-kata baik tentang ibunya
" I love you, itu sangat bagus. Mendengar ayahnya mengatakan hal tersebut pada ibunya," ujar Bostic.
Ungkapan cinta, sikap penuh kasih sayang ayahnya pada ibu akan sangat membentuk kepribadian anak lelaki. Ini sebagai contoh penting bagi mereka kelak ketika mengungkap cinta untuk orang sekitar dan pasangannya kelak.
Pastinya ada momen di mana ayah mengalami kegagalan atau berhadapan dengan masalah. Seperti motor yang rusak saat jalan bersama, mobil yang mogok, rencana yang berantakan.
" Biasanya para ayah akan menjadi sangat emosi menghadapi situasi ini. Marah, mengumpat mungkin jadi hal yang keluar dari mulut, tapi anak membutuhkan sosok yang mengaku kalau ayahnya sedang stres, bingung dan marah. Hal itu merupakan sangat wajar, karena sebagai manusia kita pasti akan mengalami stres dan tekanan," ujar Bostic.
Satu lagi yang sangat penting, ketika berhadapan dengan masalah adalah berdiskusi dengan anak untuk mencari solusi. Bagi ayah, jangan gengsi untuk bertanya pada anak saat mencari solusi. Mereka akan belajar banyak lewat hal tersebut.
Mengekspresikan kebahagiaan itu baik dan mengungkapkan kekhawatiran sangat baik. Para ayah seringkali segan mengungkapkan emosi yang dialami pada anak melalui kata-kata.
" Jika kita mengalami dan tidak mengungkapkannya, maka cenderung tidak bisa mengelola hal tersebut dengan baik. Hal ini akan sangat dirasakan anak," ujar Bostic.
Anak bisa mencontohnya, tertanam pada pikiran kalau lelaki harus menyimpan emosi. Hal ini sangat tidak baik bagi perkembangan emosinya. Jadi, utarakan emosi yang sedang dialami pada anak, tak perlu sungkan.
Sumber: Fatherly
Advertisement
Influencer Fitness Meninggal Dunia Setelah Konsumsi 10.000 Kalori per Hari

Raih Rekor Dunia Guinness, Robot Ini Bisa Jalan 106 Km Selama 3 Hari

Sensasi Unik Nikmati Rempeyek Yutuk Camilan Khas Pesisir Kebumen-Cilacap

5 Destinasi Wisata di Banda Neira, Kombinasi Sejarah dan Keindahan Alam Memukau

Habib Husein Jafar Bagikan Momen Saat Jenguk Onad di Panti Rehabilitasi


5 Destinasi Wisata di Banda Neira, Kombinasi Sejarah dan Keindahan Alam Memukau
Penampilan Alya Zurayya di Acara Dream Day Ramadan Fest 2023 Day 6

Sensasi Unik Nikmati Rempeyek Yutuk Camilan Khas Pesisir Kebumen-Cilacap

Raih Rekor Dunia Guinness, Robot Ini Bisa Jalan 106 Km Selama 3 Hari

Influencer Fitness Meninggal Dunia Setelah Konsumsi 10.000 Kalori per Hari

VinFast Beri Apreasiasi 7 Figur Inspiratif Indonesia, Ada Anya Geraldine hingga Giorgio Antonio

Influencer Fitness Meninggal Dunia Setelah Konsumsi 10.000 Kalori per Hari

Raih Rekor Dunia Guinness, Robot Ini Bisa Jalan 106 Km Selama 3 Hari