Daftar Kesalahan Margriet pada Angeline

Reporter : Ahmad Baiquni
Senin, 29 Juni 2015 16:43
Daftar Kesalahan Margriet pada Angeline
Polisi telah menetapkan Margriet sebagai pelaku pembunuhan Angeline. Baca juga bantahan kuasa hukum Margriet.

Dream - Kepolisian Daerah (Polda) Bali akhirnya memutuskan untuk menetapkan Margriet menjadi tersangka kasus pembunuhan bocah 8 tahun Angeline (Engeline). Penetapan sebagai tersangka ini diputuskan setelah proses penyidikan yang cukup panjang dan hingga saat ini belum berakhir.

Kepala Bidang Hubungan Masyarakat (Kabid Humas) Polda Bali, Komisaris Besar (Kombes) Hery Wiyanto menegaskan Margriet dijerat dengan pasal berlapis. Lebih keras, Margriet dijerat dengan pasal pembunuhan berencana berdasarkan bukti yang telah terkumpul.

" Nyonya M (Margriet) dikenakan pasal 340 dan 338 KUHP serta pasal penelantaran anak yang sesuai pasal 77b UU Nomor 35 Tahun 2015 tentang Perlindungan Anak," kata Hery.

Sementara tersangka sebelumnya yang merupakan bekas pembantu Margriet, Agustinus Tai Andamai dijerat pasal 340 juncto 56 KUHP dan pasal 338 juncto pasal 56 KUHP berupa pembunuhan.

" Kita konstruksi hukum nanti demikian, (pembunuhan) terencana untuk mempersangkakan tersangka M (Margriet)," jelasnya.

Hery membeber alat bukti yang menguatkan penyidik untuk menetapkan Margriet sebagai tersangka baru. " Untuk menetapkan M (Margriet) sebagai tersangka dalam kasus pembunuhan, alat buktinya antara lain keterangan saksi dari Agus Tai Andamai," kata Hery.

Selain itu, Hery melanjutkan, bukti lain yang menguatkan penetapan tersangka adalah hasil autopsi yang dilakukan oleh kedokteran foreksik RSUP Sanglah, didukung oleh hasil pemeriksaan hasil olah Tempat Kejadian Perkara (TKP).

" Persesuaian keterangan saksi yang merupakan alat bukti petunjuk, yang bisa mengarah pada tersangka Nyonya M (Margriet)," bebernya.

Apa saja yang dilakukan Margriet ?

Pertama, Margriet melakukan penelantaran. Dari beberapa kesaksian warga di sekitar, Margriet tak mengurus dengan becus bocah 8 tahun tersebut. Wahidah salah satunya. Tetangga rumah Engeline ini hampir tiap hari melihat bocah kurus tersebut pergi pulang jalan kaki.

" Tiap hari dia jalan kaki. Kalau perginya tasnya digendong, pulangnya diseret. Sudah lemas gitu dia, terseok-seok jalannya," kata Wahidah. Tak hanya itu, Wahidah juga sering mendapati Engeline nampak tak terurus.

" Rambutnya kalau ke sekolah tak terurus. Kan di Bali harus dikepang, dia berantakan sekali," katanya.

Beda lagi dengan penuturan Francky A Marinka, bekas pembantu di rumah Margriet. Ia tidak hanya sering melihat bocah itu dipaksa kerja, Francky juga sering melihat Angeline ditelantarkan. Makan sehari sekali sudah baik baginya. Menunya pun itu-itu saja.

" Menunya bakwan jagung. Kalau dia kerja bagus, dapatlah dia makan dua kali sehari," katanya.

Padahal, kata Francky, Margriet berangkat dari keluarga berkecukupan. " Isi kulkas ada ayam, daging, dan makanan bergizi lainnya. Tapi itu untuk peliharaannya, anjing dan kucing," katanya.

Pernah satu ketika, didorong rasa lapar luar biasa Engeline terpaksa memakan makanan yang sedianya diberikan untuk anjing dan kucing.

" Ya, dia kan makannya tidak diurus oleh Ibu Margriet. Boro-boro disuapin, disuruh makan saja tidak pernah. Mungkin karena lapar, dia makan itu makanan untuk anjing," katanya.

Kedua, Margriet juga kerap melakukan penyiksaan. Seperti yang diungkapkan Yuliet Christien, salah seorang yang pernah tinggal di rumah Margriet.

Yuliet menuturkan, ia dan anaknya pernah tinggal bersama dengan Engeline dan Margriet di Jalan Sedap Malam, Denpasar, Bali. Meski tidak lama, tapi banyak cerita memilukan yang akhirnya menjadi kisah yang selalu terkenang di benaknya hingga saat ini.

Yuliet menceritakan, semasa hidupnya, Angeline sudah mengalami kekerasan fisik yang luar biasa. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya luka lebam yang tertoreh di tubuh mungilnya.

Memang, Angeline selalu menutup rahasia penderitaannya itu kepada siapa pun. Tapi, di waktu-waktu tertentu, Angeline kerap meluapkan rasa sakit di tubuhnya dengan menjerit kesakitan di dalam kamarnya, dan hanya kamar itu yang menjadi saksi jeritan Angel.

" Ada banyak luka lebam. Tapi, dia itu tidak pernah bilang. Saya hanya dengar teriakan saja dari dalam kamarnya," kata Yuliet.

Sementara, pengakuan tak kalah miris disampaikan Loraine, tante dari Yuliet yang juga pernah tinggal bersama Angeline di rumah Margreit. Loraine menuturkan, semasa hidupnya, Angeline bagai seorang anak jalanan yang tidak kenal rumah.

Tubuhnya kotor, bajunya kumuh dan dari tubuh mungilnya tak lepas dari aroma tak sedap.

" Dia kotor, saya akui itu. Dari jauh (Margriet telepon) tolong cucikan bajunya, saya cucikan. Saya rapikan dia ke sekolah. Saya kepang, saya potong rambutnya," katanya.

Loraine menilai, Margriet telah mengubah karakter periang yang ada dalam diri Angeline menjadi seorang anak pendiam yang selalu dilanda ketakutan dan kecemasan. Loraine juga yang setia mengobati luka di sekujur tubuh Angeline.

" Saya obati luka lebamnya pakai minyak tradisional," kata dia.

Penuturan pedih juga disampaikan Francky A Marinka. Ia menyaksikan dengan mata kepala sendiri bocah itu dijambak, diseret dan dipukuli dengan bambu. " Sudah seringkali," katanya.

Hal senada juga disampaikan Rahmat Handono penghuni kos di rumah Margriet sejak tiga tahun lalu. Hampir tiap malam sekira pukul 11.00 WITA, kamar kos Handono yang berdekatan dengan kamar Margriet selalu mendengar bocah kecil itu disiksa.

" Dari dalam kamar kedengaran suara Angeline nangis minta ampun. Tapi ya tidak tahu apa yang terjadi, saya dengar suara saja. Angeline bilang 'cukup Mama, sudah Mama jangan pukul aku lagi'," tutur Handono.

Ketiga, Margriet melakukan pembunuhan berencana. Bersama bekas pembantunya, Agustinus Tai Andamai, ia membantai bocah mungil tersebut.

Margriet dengan tangan dingin menghabisi Angeline di kamarnya. Sementara Agus bertugas mendalami lubang dan menguburkan jasad bocah kecil tersebut. Sementara lubang kubur itu telah disiapkan dua minggu sebelum kematian Angeline.

Margriet kemudian diduga mengarang cerita jika Engeline hilang diculik orang. Ia melaporkan kehilangan Engeline kepada Polsek Denpasar Timur. Bahkan, ia juga membuat sayembara, barangsiapa yang dapat menemukan Engeline diberi hadiah Rp40 juta. Pencarian besar-besaran dilakukan. Bahkan, Kapolda Bali ikut turun ke jalan bersama LSM Save Childhood Foundation.

Tiap kali tampil di televisi, Margriet menangis mengenang anak angkatnya tersebut. Padahal,ia sesungguhnya tahu di mana jasad bocah itu dikubur. " Ibu Margriet yang membunuh Angeline. Saya hanya diminta menguburkannya saja," kata Agus sebagaimana dituturkan kuasa hukumnya, Haposan Sihombing.

Laporan: Berry Putra

Beri Komentar