Ini Dampak Kerusakan Airspeed Indicator pada Lion Air JT610

Reporter : Muhammad Ilman Nafi'an
Selasa, 6 November 2018 10:17
Ini Dampak Kerusakan Airspeed Indicator pada Lion Air JT610
Airspeed indicator menjadi patokan pilot untuk menerbangkan pesawat.

Dream - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menemukan fakta dari Flight Data Recorder (FDR) pesawat Lion Air JT610. Dari data yang ditemukan KNKT, Lion Air JT610 mengalami kerusakan pada airspeed indicator. Kerusakan itu rupanya telah terjadi pada empat penerbangan sebelumnya.

Kepala Sub Komite Penerbangan KNKT, Nur Cahyo mengatakan, kerusakan pesawat seperti itu membuat pilot akan mengalami kesulitan.

" Dampaknya, normalnya pilot terbang dengan posisi tertentu timbulkan kecepatan tertentu. Dalam kasus ini, mungkin pilotnya bisa merasa kenapa kecepatan pesawat saya berbeda dari biasanya," ujar dia di kantor KNKT, Jakarta, Senin, 5 November 2018.

Dengan dugaan kerusakan itu, pilot juga bisa mengalami kebingungan ketika mengendalikan kecepatan pesawat karena airspeed indicator tidak berfungsi dengan baik. Saat ini, kata dia, KNKT masih mencari tahu penyebab kerusakan tersebut.

" Pesawat bisa terbang karena ada kecepatan, kalau kecepatan kecil, pesawat bisa jatuh. Sekarang kalau kecepatan rusak, mungkin akan memunculkan kebingungan pilotnya, 'ini pesawat saya posisinya bagaimana?' ucap dia.

Kini, KNKT juga masih mencari keberadaan Cockpit Voice Recorder (CVR) yang juga bagian dari black box. Keberadaan CVR menjadi penting karena menyimpan isi percakapan pilot. (ism)

 

1 dari 3 halaman

Sebelum Jatuh, Lion Air PK-LQP Juga Rusak di 3 Rute Ini

Dream - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyatakan pesawat Lion Air nomor penerbangan JT610 yang jatuh di Tanjung Karawang, Jawa Barat pada 29 Oktober 2018 itu mengalami kerusakan airspeed indicator. Kerusakan yang sama dideteksi juga terjadi pada tiga penerbangan sebelumnya.

Kerusakan yang ditemukan tim KNKT terjadi pada bagian air speed indicator (indikator kecepatan terbang).

Kepala Sub Komite Perbangan KNKT, Nur Cahyo mengatakan kerusakan tersebut diduga telah terjadi di empat penerbangan Lion Air PK-LQP itu sebelumnya.

" Ini empat penerbangan termasuk ke rute Jakarta-Tanjungpinang," ujar Cahyo di kantor KNKT, Jakarta, Senin 5 Oktober 2018.

Tiga jadwal penerbangan sebelumnya menggunakan pesawat Boeing 737 Max yang diduga mengalami kerusakan itu adalah rute sebagai berikut: 

1. Jakarta-Pangkalpinang, 29 Oktober 2018. Jatuh di Tanjung Karawang, Jawa Barat.

2. Denpasar-Jakarta, sehari sebelum kecelakaan atau 28 Oktober 2018. 

3. Manado-Denpasar, masih di tanggal 28 Oktober 2018.

Sementara satu jadwal penerbangan lagi dilakukan pada 27 Oktober 2018, atau dua hari sebelum kecelakaan dengan tujuan akhir ke Manado.

" Penerbangan pertama itu berangkatnya dari mana saya enggak tahu, tapi tujuannya terus ke Manado," kata Cahyo

Data kerusakan itu diketahui berdasarkan hasil pemeriksaan sementara data rekaman penerbangan (Flight Data Recorder/FDR) yang diunduh dari black box.

Terkait catatan tersebut, KNKT belum dapat memastikan apakah kerusakan pada empat rute penerbangan itu menjadi penyebab terjadinya kecelakaan pesawat Lion Air JT610 di penerbangan terakhirnya.

" Kita belum teliti lebih lanjut. Ini yang lagi kita cari tahu lebih lanjut," ujar dia.(Sah)

2 dari 3 halaman

Saat Jatuh, Mesin Lion Air JT610 Masih Hidup, Turbin Berantakan

Dream – Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) telah mengunduh informasi dalam Flight Data Recorder (FDR) pesawat Lion Air JT610.

Data dalam black box itu menunjukkan adanya kerusakan teknis pada pesawat yang jatuh ke perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat, Senin 29 Oktober 2018 lalu itu.

“ Pada empat penerbangan terakhir ditemukan kerusakan pada penunjuk kecepatan di pesawat, istilahnya air speed indicator,” kata Kepala KNKT, Soerjanto Tjahjono, di Kantornya, Jakarta, Senin 5 November 2018.

Soerjanto menuturkan, kerusakan pada air speed indicator juga sudah terjadi saat pesawat terbang dari Denpasar menuju Jakarta. Berdasarkan data FDR tersebut, saat ini KNKT baru menemukan satu kerusakan.

Kepala Sub Komite Perbangan KNKT, Nur Cahyo, menambahkan, nantinya akan melakukan penyelidikan mengenai data kerusakan dan akan mencari catatan perbaikan pesawat yang saat jatuh berisi 189 orang tersebut.

“ Ini akan kami cari tahu lebih lanjut, termasuk pesawat mengalami kerusakan, pilot menulis (kerusakan) dan teknisi memperbaiki dan menulis (hasil perbaikan) dan tes. Perbaikan pakai buku yang mana, kemudian komponen yang dilepas atau digantinya seperti apa,” ujar Nurcahyo.

Selain itu, KNKT juga tengah berusaha mencari bagian lain dari black box, yakni Cockpit Voice Recorder (CVR). Alat itu berisi rekaman segala percakapan pilot yang terjadi di kokpit. (ism)

3 dari 3 halaman

Turbin Berantakan

Soerjanto menambahkan, mesin pesawat juga masih hidup saat masuk ke dalam air. Kesimpulan ini diambil dengan melihat salah satu kondisi mesin yang ditemukan dengan turbin berantakan.

“ Hal ini ditandai dengan hilangnya semua sudut turbin maupun kompresor, menandakan mesin dalam kondisi hidup dengan putaran cukup tinggi,” tutur dia.

Menurut dia, mesin pesawat PK-LQP yang terbang dari Bandara Soekarno Hatta ke Pangkalpinang itu tidak mengalami masalah.

“ Kami belum identifikasi, tapi dari temuan bagian-bagian mesin, kedua mesin dalam kondisi hidup dan dengan rpm yang cukup tinggi,” jelas dia.

“ Ini kita katakan bahwa ini seperti bonggolnya jagung, kalau kipasnya seperti jagung. Kalau seperti ini, mesin berputar cukup tinggi,” tambah Soerjono.

Konferensi pers ini dihadiri Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, pendiri Lion Group Rusdi Kirana, Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI FH Bambang Soelistyo, dan Direksi Lion Air.

Beri Komentar