Pasangan Tukang Urut Tunanetra Fatimah Dan Jaafar Berjalan 20 Km Untuk Mencari Pelanggan. (Foto: Twitter @vmrtzz_)
Dream - Pasangan suami istri diharapkan bisa saling membantu dan menjaga satu sama lain. Jika istri sakit, maka sang suami harus merawatnya dengan tulus dan penuh kasih sayang.
Begitu pula sebaliknya, jika suami memiliki keterbatasan fisik, sang istri harus menerimanya apa adanya, bahkan membantunya menjalani kehidupan.
Seperti kisah kesetiaan seorang istri di Malaysia yang rela melalui kesulitan hidup bersama suaminya yang tunanetra.
Meski sang istri tidak buta seperti suaminya, mereka bekerja sebagai pasangan tukang pijat tunanetra keliling di sekitar Kota Bharu, Kelantan.
Diuji dengan keadaan pasangan yang buta tidak memudarkan rasa cinta Fatimah Salleh terhadap suaminya. Dia malah menjadi 'tongkat' penunjuk arah ketika berjalan kaki mencari rezeki sebagai tukang pijat di Kampung Talang, Kadok, Ketereh.
Fatimah Salleh mengatakan bahwa dia dan suaminya, Wan Mohamed Jaafar, biasa berangkat kerja paling awal jam 8 pagi.
Dengan Fatimah di depan, sementara Jaafar mengikuti di belakang, mereka berjalan kaki sejauh lebih dari 20 kilometer setiap hari.
Mereka berjalan kaki untuk menemui para pelanggan atau berkunjung dari rumah ke rumah bergantung pada permintaan.
Fatimah menjelaskan mereka jadi tukang pijat setelah mata suaminya kemasukan debu semen saat bekerja sebagai tukang bangunan sekitar 1998.
" Setelah kejadian itu, suami saya dirawat di Rumah Sakit Raja Perempuan Zainab II sebelum akhirnya divonis buta," kenang Fatimah.
Penghasilan yang didapat dari menjadi tukang pijat tunanetra keliling, Fatimah dan Jaafar menerima 5 hingga 30 ringgit (Rp17 ribu hingga Rp104 ribu), tergantung dari pelanggan.
Fatimah dan Jaafar mempunyai lima anak yang berusia antara 22 sehingga 40-an. Namun mereka juga hidup susah. Mereka bahkan pernah makan ubi rebus yang ditanam di belakang rumah karena tidak ada uang untuk membeli makanan.
" Karena itu, saya dan suami mencari nafkah sebagai tukang pijat. Bisa menutupi pengeluaran kami, termasuk membayar air dan listrik," kata Fatimah.
Wanita itu menambahkan, rumah yang kini mereka tempati juga dibangun di atas tanah wakaf. Namun, kini kondisi rumahnya semakin reyot.
Namun Fatimah masih bersyukur karena suaminya menerima bantuan sosial dari pemerintah setiap bulannya sebesar 150 ringgit (Rp521 ribu).
Apalagi, kisah hidup mereka yang memilukan viral hingga menarik perhatian seorang pejabat tinggi Malaysia.
Pejabat menteri di Departemen Perdana Menteri Urusan Agama Malaysia, Datuk Seri Zulkifli Mohamad Al-Bakri, merasa prihatin.
Dia menginstruksikan Yayasan Dakwah Islamiah Malaysia (Yadim) untuk menemui pasangan lansia tersebut dan memberikan bantuan.
Sumber: I am Lejen
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN