Sriwijaya Air (merdeka.com)
Dream - Masyarakat Indonesia dibuat tersentak. Sabtu siang sekitar pukul 14.40 WIB, 9 Januari 2021, pesawat Boeing 737-500 milik maskapai Sriwijaya Air jatuh di antara Pulau Lancang dan Pulau Laki, Kepulauan Seribu.
Pesawat dengan kode penerbangan SJ-182 itu mengangkut 62 orang yang terdiri dari 50 penumpang dan 12 awak.
Peristiwa nahas itu merupakan satu dari sekian kecelakaan yang terjadi di Laut Jawa. Terdapat sejumlah maskapai yang juga mengalami kecelakaan lokasi sama.
Sriwijaya Air menjadi kasus terkini kecelakaan pesawat fatal yang terjadi di Indonesia. Pesawat berisi 62 orang itu sedianya terbang dari Jakarta menuju Pontianak.
Pesawat dengan isi 12 kru dan 50 penumpang terdiri dari 40 dewasa, tujuh anak-anak dan tiga bayi itu lepas landas dari Bandara Soekarno Hatta sekitar pukul 14.36 WIB. Beberapa saat kemudian, tepatnya pada pukul 14.40 WIB, pesawat dinyatakan hilang kontak.
Sebelum hilang kontak, pesawat tertangkap flight radar terbang tidak sesuai jalur. Melainkan mengarah ke barat laut lalu menghilang di Kepulauan Seribu.
Kecelakaan Lion Air JT-610 terjadi pada 29 Oktober 2018. Pesawat rute Jakarta-Pangkal Pinang ini jatuh di perairan Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Pesawat itu mengangkut 189 orang termasuk pilot dan co-pilot. Rinciannya, 179 penumpang dewasa, satu anak, dua bayi dan lima kru.
Peristiwa ini menyedot perhatian dunia penerbangan. Sebab, pesawat tersebut merupakan produk baru dari Boeing, tepatnya seri 737 MAX-8 yang diterima Lion Air dua bulan sebelum kecelakaan.
Peristiwa ini memaksa sejumlah maskapai dunia mengandangkan (grounded) armada 737 MAX-8 milik mereka. Salah satunya Singapore Airlines, sampai Boeing melakukan perbaikan total.
Pesawat milik maskapai berbasis di Malaysia ini mengalami kecelakaan fatal pada 28 Desember 2014. Pesawat ini sedianya meluncur dari Surabaya menuju Singapura.
Pesawat Airbus 320-200 yang mengangkut 155 penumpang dan 7 kru tersebut dinyatakan hilang kontak pada pukul 07.24 waktu Singapura atau 06.24 WIB. Sebelum hilang, sempat terjadi komunikasi antara pilot dengan menara Air Trafic Controller.
Pilot sempat meminta ini untuk naik dari ketinggian 32.000 kaki ke 38.000 kaki lantaran terdapat awan tebal Cumulonimbus. Pilot berusaha menghindari awan tersebut yang ternyata ketinggiannya mencapai 44.000 kaki.
Pesawat sempat miring ke kiri dan naik secara tiba-tiba di ketinggian 37.400 kaki dalam 30 detik. Diduga pesawat mengalami stall atau kehilangan daya dorong sebelum akhirnya terjun drastis ke ketinggian 32.000 kaki dalam waktu 30 detik hingga jatuh di laut.
Advertisement