Dream - Penerbangan Singapore Airlines SQ321 mengalami turbulensi hebat dalam perjalanan dari London, Inggris menuju Singapura. Turbulensi dahsyat itu menyebabkan satu orang meninggal dunia dan banyak penumpang luka-luka.
Detik-detik pesawat mengalami turbulensi ekstrim itu pun tersebar di media sosial, salah satunya diunggah akun Instagram @info.negri. Dalam video itu, terlihat seseorang yang sedang berdiri sampai terbentur ke atap kabin.
Ketika pesawat terguncang sangat kencang, terdengar suara penumpang yang berteriak histeris. Sebagian tampak berdoa ketika insiden itu terjadi. Perlihatkan juga kondisi pesawat yang berantakan usai mendarat.
Mengutip The New York Times, pesawat itu tiba-tiba mengalami turbulensi ekstrim sekitar 10 jam penerbangan dari London ke Singapura. Pilot menyatakan keadaan darurat medis, mengalihkan penerbangan ke Bangkok dan mendarat pada Selasa, 21 Mei 2024 pukul 15:45 waktu setempat.
Penerbangan SQ321 lepas landas dari Heathrow pada Senin pukul 22.38 waktu setempat dengan 211 penumpang dan 18 awak. Pihak maskapai mengatakan, pesawat itu mengalami turbulensi di Cekungan Irrawaddy di Myanmar, pada ketinggian 37.000 kaki.
Data pada Flight Radar 24, sebuah situs web yang mengumpulkan informasi publik tentang penerbangan, menunjukkan bahwa sekitar 10 jam kemudian, pesawat tersebut berpindah dari ketinggian 37.000 kaki ke ketinggian sekitar 31.000 kaki hanya dalam beberapa menit.
Direktur bandara Bangkok, Kittipong Kittikachorn mengatakan, sekitar 100 penumpang yang tidak terluka akan diterbangkan ke Singapura pada hari Selasa. Menurutnya, mereka berada dalam kondisi shock. Penumpang pria asal Inggris berusia 73 tahun dikabarkan tewas dalam insiden tersebut.
Belum diketahui pasti apa penyebab kejadian mengerikan itu. Saat pesawat melakukan perjalanan melintasi Myanmar, data satelit menunjukkan badai kuat mulai terbentuk dan menggelembung ke tempat yang lebih tinggi, yang menunjukkan bahwa atmosfer di wilayah tersebut menjadi tidak stabil. Pesawat itu juga bergerak menuju badai lain yang berkembang di sepanjang pantai Myanmar.
Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa turbulensi meningkat dan perubahan iklim menjadi penyebabnya, khususnya peningkatan emisi karbon dioksida yang mempengaruhi arus udara.
José Alvarado, pilot maskapai Islandia Play mengatakan, berdasarkan pengalamannya, Clear Air Turbulence, dapat terjadi tanpa peringatan ketika berada di ketinggian. Karena itu, ia memberi tahu penumpang, “Meskipun tidak ada turbulensi, tetap kenakan sabuk pengaman.”
Lebih dari dua dekade lalu, saat bekerja sebagai pramugari, ia mengalami turbulensi dalam penerbangan dari Madrid menuju Buenos Aires yang begitu parah hingga ia terlempar ke atas saat pesawat tiba-tiba turun sekitar 4.000 kaki. Punggung dan bahunya membentur langit-langit kabin sebelum dia terlempar kembali.
“Saya hanya terpental ke atas dan ke bawah,” katanya, seraya menambahkan bahwa beberapa penumpang juga terluka. Dia mengatakan dia belum pernah mengalami hal seperti itu sejak itu.