Sinetron Syuting Di Pengungsian (Instagram)
Dream - Bupati Lumajang, Thoriqul Haq, memberikan pernyataan tegas mengenai izin pengambilan gambar sinetron Terpaksa Menikahi Tuan Muda (TNTM) di pengungsian korban bencana Semeru. Dia menyatakan tidak ada izin keluar untuk kegiatan tersebut.
" Tidak ada satupun surat izin yang keluar, apakah dari Pemerintah Kabupaten, Polres, maupun Dansatgas Bencana Erupsi Semeru, prosesnya yang semestinya memberikan izin itu Polres," ujar Thoriq.
Thoriq membenarkan ada pengajuan izin dari pihak rumah produksi untuk kepentingan syuting. Tetapi, Pemkab tidak memproses izin tersebut, bahkan tidak ada pihak PH yang berkomunikasi dengan dia.
" Bahwa ada proses pengajuan iya ada, tetapi proses hingga surat izin keluar tidak ada," kata dia.
Thoriq juga menyatakan bakal melakukan penelusuran kemungkinan keterlibatan oknum dalam kasus ini. Pihaknya kini juga sedang menggelar pemeriksaan internal.
" (Pemeriksaan) sedang berjalan, saya sedang memastikan betuk menelusuri terkait dengan siapa saja yang memberikan izin terhadap kegiatan syuting ini," kata dia.
Lebih lanjut, Thoriq menyatakan pengungsian adalah ruang publik yang bisa diakses siapapun. Tetapi jika untuk kepentingan komersial seperti syuting, maka harus seizin Satgas Bencana Erupsi Gunung Semeru.
" Tetapi bahwa di tempat pengungsian siapapun boleh masuk, dari komunitas manapun ingin memberikan bantuan, berkomunikasi dengan pengungsi memang kami perkenankan. Termasuk teman-teman media yang berinteraksi, wawancara dengan pengungsi kami perkenankan," ucap Thoriq, dikutip dari Warta Bromo.
Sebelumnya, perwakilan rumah prooduksi sempat mengklaim kegiatan syuting di pengungsian sudah mengajukan izin kepada Bupati Lumajang. Kemudian, pengajuan tersebut sudah mendapatkan ACC dari Bupati Thoriq.
Dream - Sebuah video proses syuting salah satu sinetron menimbulkan kegeraman publik. Ini lantaran proses syuting dijalankan di lokasi yang patut yaitu pengungsian bencana awan panas guguran Semeru.
Video tersebut tersebar ke berbagai platform digital. Bahkan sejumlah akun Instagram turut menunggah video itu.
Salah satu video memperlihatkan adegan pelukan antara sepasang pria dan wanita. Mereka dikelilingi tenda-tenda pengungsian yang resmi didirikan sejumlah institusi seperti Kementerian Sosial dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana.
Terlihat pula sejumlah kru di lokasi dan warga di pengungsian yang menyaksikan pengambilan gambar. Adegan itu kabarnya akan tayang di salah satu stasiun televisi swasta.
Video ini ramai dikecam warganet. Banyak dari mereka menyebut tim produksi sudah kehilangan nurani.
Salah satu kecaman datang dari relawan. Mereka tidak terima dengan kelakuan tim produksi yang begitu tega memanfaatkan penderitaan pengungsi.
" Bencana bukan drama. Ketika kami relawan lokal, yang tidak punya nama untuk membantu saudara sendiri penuh dengan drama. Sekarang lokasi pengungsian justru dijadikan lokasi syuting sebuah drama. Ini bencana bukan drama, jangan jadikan bencana sebuah drama," tulis warganet.
" Rating di atas Nurani. Kelakuannya Rezim Lumajang gak pokroh blas (nggak patut), Mbok yo ngenteni kabeh mari dan tuntas (Tunggu dulu semua selesai dan tuntas). Ojo (jangan) memanfaatkan keadaan dan kondisi demi rating TV," tulis warganet.
Pengambilan gambar tersebut ternyata untuk kebutuhan sinetron Terpaksa Menikahi Tuan Muda (TNTM). Sinetron tersebut merupakan garapan rumah produksi PT Verona Indah Picture.
Menanggapi hal ini, Line Produser Verona, Dwi Sunarno Lobo, menerangkan sinetron tersebut menceritakan karakter Amanda (Rebecca Tamara) yang berprofesi sebagai pemilik yayasan kemanusiaan. Sehingga, dia menilai sangat relevan jika adegan diambil di lokasi pengungsian.
" Maka sangat relevan jika tokoh Amanda ini melakukan tugas kemanusiaan sebagai relawan di lokasi pengungsi erupsi Semeru," kata dia.
Dwi juga mengatakan syuting tidak hanya dilakukan di tempat pengungsian. Ada beberapa tempat lain yang juga jadi seting pengambilan gambar.
" Tapi juga di tempat pariwisata di Lumajang, salah satunya pantai di Lumajang," kata dia.
Sementara, Komandan Pusat Pengendali Operasi Satgas Semeru, Mayor Infantri Muhammad Thohir, menyatakan pihaknya tidak menerima laporan maupun koordinasi dari rumah produksi tersebut. Meski begitu, dia mendapat kabar kegiatan pengambilan gambar itu sudah mendapat ACC atau persetujuan dari Bupati Lumajang.
" Saya menerima info itu, infonya ACC Pak Bupati, disposisi Pak Bupati itu setuju, tapi dalam keterangan harus melapor ke Dansatgas," ucap dia.
Thohir menilai tim produksi telah melanggar prosedur. Ini lantaran kewenangan operasi di masa tanggap darurat ada pada Satgas Semeru.
" Yang bersangkutan (kru sinetron, red) belum melapor ke dansatgas. Ini prosedur yang disalahi oleh yang bersangkutan. Kewenangan dansatgas yang bersangkutan wajib harus melapor," kata dia.
Thohir mengaku sudah memanggil tim produksi. Tetapi, belum ada satupun perwakilan dari tim produksi yang memenuhi panggilannya.
" Mereka mencoba untuk mengedit, tapi tidak seperti itu, seharusnya mereka melapor dulu apa yang dilakukan, apa yang dikerjakan, termasuk kira-kira langkahnya apa," ucap dia, dikutip dari Warta Bromo.
Advertisement
Momen Haru Sopir Ojol Nangis dapat Orderan dari Singapura untuk Dibagikan
Siswa Belajar Online karena Demo, Saat Diminta Live Location Ada yang Sudah di Semeru
Cetak Sejarah Baru! 'Dynamite' BTS Jadi Lagu Asia Pertama Tembus 2 Miliar di Spotify dan YouTube
Komunitas Warga Indonesia di Amerika Tunjukkan Kepedulian Lewat `Amerika Bergerak`