Penampakan Kepulan Asap Kebakaran Di Kawasan Gua Walet Gunung Ciremai Jawa Barat. Foto (Liputan6.com / Panji Prayitno)
Dream - Kebakaran hutan terjadi di puncak Gunung Ciremai, Jawa Barat, Rabu, 7 Agustus 2019. Lokasi kebakaran berada Blok Gua Walet, puncak Gunung Ciremai.
" Lokasi kebakaran berasa di koordinat 6°54'2.63" S, 108°23'42.93" T," ujar Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik Badan Penaggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Ayip Sutrisno dalam keterangan tertulisnya, Kamis, 8 Agustus 2019.
Kebakaran mulai diketahui ketika terlihat ada kepulan asap di wilayah Argalingga, Majalengka. Saat itu, tim penyelamat gabungan langsung bergerak ke lokasi.
Kondisi terakhir, posisi api masih terlihat 20 meter di atas blok Sanghyang Ropoh pada ketinggian 2.600 meter di atas permukaan laut melintasi jalur pendakian Palutungan.
Ayip mengatakan, petugas kemudian melakukan evakuasi semua pendaki yang masuk melalui Jalur Apuy, Palutungan, dan Linggarjati.
Pendaki yang berada di tiga jalur pendakian itu total ada 61 orang. " 31 pendaki dari jalur Palutungan saat ini sudah dievakuasi," kata dia.
Dream - Jokowi mengancam akan mencopot Kapolda dan Pangdam yang tak mampu mengatasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Dia tak ingin peristiwa karhutla 2015 terulang kembali.
" Aturan main kita tetap masih sama, saya ingatkan kepada Pangdam, Danrem, Kapolda, Kapolres, aturan yang saya sampaikan 2015 masih berlaku (copot jabatan jika tak bisa atasi karhutla)," kata Jokowi, dikutip dari Liputan6.com, Selasa 6 Agustus 2019.
Presiden bernama lengkap Joko Widodo ini mengaku telah menelepon Panglima TNI dan Kapolri mengenai kebakaran hutan dan lahan. Dia menyinggung, kebakaran hutan dan lahan pada 2015 telah mengakibatkan kerugian hingga Rp221 triliun.
Dibandingkan 2015, kebakaran hutan tahun ini menurun 81 persen. Tetapi, dibanding 2018, tahun ini mengalami kenaikan. " Harusnya ini tiap tahun turun, menghilangkan total," kata dia.
Jokowi meminta pemerintah daerah berkomunikasi dengan Kapolda dan Pangdam untuk menangani kebakaran hutan serta pencegahannya.
" Api sekecil apa pun segera padamkan. Kerugian gede sekali kalau kita hitung. Jangan sampai ada yang namanya status siaga darurat, jangan sampai," ucap dia.
Sumber: Liputan6.com/Lizsa Egeham
Dream - Kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Indonesia 99 persen disebabkan oleh ulah manusia. Kebakaran akibat alam hanya terjadi 1 persen.
Beberapa pemicu kebakaran akibat ulah manusia diantaranya buang putung rokok atau membakar sampah, disengaja karena ingin membuka lahan, dan disengaja karena dibayar.
" Alasannya adalah dampak kurangnya lapangan kerja," kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo, dalam keterangan resminya, Selasa, 5 Maret 2019.
Doni menduga masalah utama terjadinya pembakaran hutan terletak pada faktor ekonomi masyarakat. Solusi untuk mengatasi persoalan ini adalah meningkatkan komoditas ekonomi rakyat seperti kopi dan lada.
Kepala Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan, khusus di Riau, sebanyak tiga stasiun pemantau cuaca disiapkan untuk mendeteksi cuaca dan titik panas.
Meski begitu, kata Dwikorita, alat milik BMKG masih memiliki kelemahan. " Baru dapat mendeteksi zona lebih dari 500 meter persegi," ujar dia.
Deputi dari Badan Restorasi Gambut (BRG) Haris Gunawan menambahkan gambut di Riau tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan masyarakat. Bekerjasama dengan BPPT, lembaganya mengembangkan inovasi pemantauan gambut secara realtime dengan menggunakan Android.
" Lahan gambut di Riau, dalam keadaan merah. Sehingga kita perlu meningkatkan kesiapsiagaan. Perlu adanya air untuk menyeimbangkan ekosistem, restorasi gambut, pelibatan masyarakat, dan peringatan dini terhadap kebakaran lahan gambut. Harus jelas kepemilikan lahan untuk memudahkan pemadaman, dan sejahterahkan rakyat," kata Haris.
Selain berbicara mengenai kebakaran hutan, Doni juga menyebut kondisi penanggulangan bencana di Tanah Air. Dia menyebut pentingnya menguatkan penanggulangan bencana.
Doni menjelaskan kerugian ekonomi Indonesia akibat bencana alam mencapai Rp221 triliun pada 2015. Sementara itu, korban bencana selama 18 tahun terakhir mencapai 1.220.701 orang.(Sah)
Dream - Seiring meningkatnya cuaca kering di beberapa daerah langganan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla), empat provinsi menetapkan status siaga-darurat. Keempat provinsi itu terletak di Sumatera dan Kalimantan.
Sumatera Selatan diketahui telah menetapkan status siaga sejak 1 Februari 2018 hingga 30 Oktober 2018, Riau menetapkan status sejak 19 Februari 2018 hingga 31 Mei 2018, Kalimantan Barat sejak 1 Januari 2018 hingga 31 Desember 2018, dan Kalimantan Tengah menetapkan status sejak 20 Februari 2018 hingga 21 Mei 2018.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan penetapan status siaga-darurat Karhutla berdasarkan meningkatnya jumlah titik panas.
" Dengan pemberlakuan siaga darurat maka ada kemudahan akses dalam penanganan Karhutla, baik pengerahan personil, komando, logistik, anggaran dan dukungan dari pemerintah pusat," kata Sutopo, Rabu, 21 Februari 2018.
Sutopo mengatakan daerah-daerah yang berada di sekitar garis khatulistiwa saat ini memasuki musim kemarau periode pertama. Adapun kemarau periode kedua berlangsung pada Juni hingga September.
" Karhutla umumnya meningkat pada periode kedua musim kemarau ini," ujar dia.
Berdasarkan pengamatan SNPP pada catalog modis Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) pada Rabu pagi ini pukul 07.23 WIB, terdapat 90 titik panas di Indonesia.
(Sah)
Dream - Menjadi relawan di kondisi penuh kabut asap tak membuat dirinya gentar. Bahkan dengan menjadi relawan dirinya dapat banyak pengalaman. Itulah pengalaman yang dirasakan Intan Syafrini Fazrianti, nama yang tenar di sosial media karena fotonya sedang memadamkan kebakaran lahan.
" Aku awalnya dijadikan untuk mendokumentasikan kebakaran hutan di sana. Tapi, masak iya cuma mendokumentasikan. Jadi aku belajar juga memadamkan kebakaran hutan," kata Intan saat berbincang dengan Dream.
Intan lantas ikut dalam berbagai aktivitas yang dilakukan Sekolah Relawan. Bahkan, dari berbagai kegiatan yang dia ikuti dirinya jadi mengenal alam dan penduduk lokal di sana.
" Ini menjadi kali pertama aku nginjekin kaki di Kalimantan. Meski begitu, aku kenal jadi kenal alamnya, kenal penduduk asli sana yang baik," ujar mahasiswi
Bahkan, Intan mengaku mendapat pelajaran berharga dari Bang Gaw (pendiri Sekolah Relawan Bayu Gawtama).
" Kalau ingin jadi relawan yang baik jadilah relawan yang cerdas dan membumi," kata gadis berambut panjang ini.
Dengan menjadi relawan itu, menurutnya, dapat menjadi upaya untuk menumbuhkan kesadaran sosial.
" Masak iya, kita masih bisa kongkow-kongkow melihat saudara kita di Kalimantan dalam kesusahan karena kebakaran hutan dan musibah kabut asap. Itu egois namanya," jelasnya.
Melihat sering terjadinya kebakaran hutan di beberapa wilayah di Indonesia, Intan siap untuk diterjunkan kapan saja. Tapi, yang terpenting baginya ialah keadaan aman.
" Kalau aku ada kesempatan diterjunkan aku siap. Tapi, aku lebih berharap gak ada lagi kejadian kebakaran," harap mahasiswi Politeknik Negeri Media Kreatif Jakarta ini. (Ism)
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN