Hasil Autopsi Jenazah Siyono Berbeda dengan Polisi

Reporter : Maulana Kautsar
Senin, 11 April 2016 19:46
Hasil Autopsi Jenazah Siyono Berbeda dengan Polisi
Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan temuan tim forensik tidak mendapati adanya luka fatal di kepala, seperti keterangan polisi.

Dream - Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Pemuda Muhammadiyah Danhil Anzar Simanjutak membeberkan empat butir kesimpulan tim dokter forensik Muhammadiyah, mengenai kematian Siyono, pria yang tewas di tangan Densus 88.

Empat butir kesimpulan yang dijabarkan Dahnil itu sekaligus menjadi bantahan terhadap pernyataan polisi. Selama ini, polisi menyebut kematian Siyono terjadi akibat aksi perlawanan.

Terdapat dua hal penting dari keterangan polisi yang ditekankan oleh Dahnil. Dua hal tersebut yaitu indikasi luka dan perlawanan, yang ternyata tidak ada dalam hasil autopsi.

" Tidak betul indikasi kematian akibat pendarahan hebat di kepala. Hasil autopsi forensik menyebut tidak ada pendarahan di kepala. Jadi agak aneh kepolisian menyebut pendarahan di kepala," kata Dahnil di Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Jakarta, Senin, 11 April 2016.

Menurut Dahnil, autopsi ini masih proses pertama. Dahnil pun dengan tegas menyatakan polisi tidak pernah menjalankan autopsi terhadap jenazah Siyono.

" Tidak benar sudah dilakukan autopsi terhadap jenazah Siyono sebelumnya. Ini autopsi pertama. Sebelumnya pihak Densus sebut sudah autopsi," ucap dia.

Berdasarkan autopsi pada Minggu, 3 April 2016 lalu, tim dokter forensik Muhammadiyah menemukan sejumlah luka dalam berupa patah tulang dada yang menjadi penyebab utama kematian Siyono. Luka dalam yang sangat vital ialah tertusuknya jantung Siyono karena patahan tulang dada.

Lebih lanjut, Dahnil menyebut, luka tersebut bukan didapat Siyono karena melawan saat diamankan anggota Densus 88. Sebab, selama autopsi, tim dokter tidak menemukan indikasi korban melawan.

" Tidak ada luka tangkis yang bentuknya perlawanan," ucap dia.

Hasil autopsi ini akan disampaikan oleh tim advokasi Muhammadiyah untuk keluarga Siyono kepada polisi, Komnas HAM, dan publik. Dahnil berharap, dengan terbukanya informasi ini, kinerja Densus 88 yang selama ini bergerak progresif dapat dievaluasi.

Terkait hasil ini, Ketua Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) Haris Azhar mengatakan tindakan yang dilakukan Muhammadiyah dan Komnas HAM dengan mengautopsi Siyono menjadi bahan untuk mengevaluasi pemberantasan terorisme. Ke depannya, dia berharap pemberantasan terorisme dapat dilakukan dengan cara profesional dan bermartabat.

" Apa yang ditemukan hari ini, kenapa teroris terus ada, karena penegakan hukumnya amburadul. Hanya kepuasan golongan tertentu saja. Saya kira penegakan hukum harus dilakukan secara baik yang secara prinsip berlaku bagi siapapun," kata dia. (Ism) 

Beri Komentar