Terungkap Alasan Ilmiah Fenomena Heboh `Langit Glowing` di Menoreh

Reporter : Razdkanya Ramadhanty
Selasa, 5 Oktober 2021 06:47
Terungkap Alasan Ilmiah Fenomena Heboh `Langit Glowing` di Menoreh
Begini penjelasan peneliti mengenai fenomena langit glowing di Menoreh.

Dream - Peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) membeberkan penyebab fenomena awan mirip api yang muncul di langit Bukit Menoreh, Jawa Tengah, pada Kamis, 30 September 2021 malam. Semburan warna kehijauan muncul tiba-tiba dan membuat banyak orang yang takjub karena jarang terjadi di Indonesia.

" Fenomena langit glowing berwarna kejijauan yang terjadi pada malam hari itu, terjadi karena keberadaan gelombang gravitasi atmosfer (GGA) atau dalam bahasa Inggris disebut Atmospheric Gravity Wave," jelas Erna Yulihastin, Peneliti Klimatologi Pusat Riset dan Teknologi Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dalam keterangan pers tertulis BRIN, Senin 4 Oktober 2021.

GGA adalah gelombang gravitas yang terdapat di atmosfer dengan skala planet yang dapat terbentuk karena suatu gangguan di atmosfer pada suatu lokasi tertentu. Kondisi ini  menyebabkan lapisan-lapisan di atmosfer dari permukaan hingga lapisan yang paling tinggi di atmosfer, seperti lapisan mesosfer menjadi terganggu.

" Gangguan di atmosfer permukaan atau yang terjadi di lapisan troposfer, yang diketahui dapat membangkitkan GGA adalah aktivitas konvektif yang menghasilkan awan konveksi tinggi (deep convection)," katanya.

1 dari 3 halaman

Badai Skala Meso

Dalam laporan langit berkilau di Argentina, menunjukkan GGA yang juga berwarna kehijauan berkaitan dengan aktivitas badai skala meso yang terjadi sekitar 100 km dari tempat lokasi langit glowing tersebut dapat diamati dengan mata telanjang.

Namun bagaimana dengan yang terjadi di Menoreh, Jateng?

" Pengamatan terhadap data dari Satellite-Based Disaster Early Warning System (SADEWA)-BRIN menunjukkan badai skala meso yang kuat dan meluas terbentuk di atas lautan berjarak sekitar 200 km dari lokasi, di Selat Karimata sebelah barat Kalimantan," kata Erma.

2 dari 3 halaman

Awal Mula

Badai skala meso ini sepanjang hari bergerak seperti pendulum, pada awalnya terbentuk di Sumatera saat pagi hari lalu menuju timur ke arah Kalimantan melintasi laut Tiongkok Selatan hingga sore hari.

Pada malam hari badai ini bergerak kembali dari Kalimantan menuju ke laut dan menetap di sana hingga tengah malam. Aktivitas badai skala meso yang bergerak bolak-balik seperti pendulum ini, kemungkinan yang telah menjadi pengganggu bagi lapisan-lapisan di atmosfer sehingga terbentuklah GGA yang sangat kuat, dan penampakannya dapat dilihat di suatu lokasi di Jawa Tengah.

" Pengamatan citra terhadap langit glowing ini seharusnya dapat dikumpulkan dari berbagai arah atau sudut sehingga membentuk citra langit glowing GGA yang lengkap, seperti yang terjadi di Argentina," katanya.

3 dari 3 halaman

Beri Komentar