Ibu dan Anak Ahok Hilang Diterjang Tsunami Banten

Reporter : Muhammad Ilman Nafi'an
Senin, 24 Desember 2018 17:45
Ibu dan Anak Ahok Hilang Diterjang Tsunami Banten
Pria bernama lengkap, Udin Ahok itu berharap ibu dan anaknya ditemukan dalam keadaan selamat

Dream - Seorang nelayan di Desa Wamuli Timur, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan bernama Udin Ahok terus berupaya mencari keberadaan ibu dan juga anaknya yang hilang tersapu tsunami.

Sabtu malam, 22 Desember 2018, tsunami yang berpusat di Selat Sunda itu menghantam kediaman mereka. Gelombang tinggi itu menyeret anaknya, Muhamad Yusuf, yang masih berusia 1,3 tahun dan ibunya, Ema, 75 tahun.

Udin Ahok berujar, malam itu keluarganya sedang bersiap tidur. Mata belum terpejam nyenyak, air langsung merusak rumahnya hingga menyeret apapun yang dilewati.

" Kami tidak sempat keluar, karena air langsung penuh," ujar Ahok dikutip dari laman Fajaronline.id, Senin 24 Desember 2018.

 

1 dari 2 halaman

Rumah Dihantam 3 Kali Tsunami Rampai Hancur

Ahok menceritakan, ketika itu air laut tiga kali menghantam rumahnya, pada hantaman ketiga, rumahnya langsng hancur diterjang tsunami.

" Saya pegang anak bungsu saya. Tapi terlepas karena airnya kencang,” ucap dia.

Hingga kini, ia masih mencari keberadaan ibu dan anak tercintanya.

" Ya nenek dan anak kecil saya nggak selamat. Dia ketimpa bangunan. Sampai sekarang belum ketemu. Saya masih nunggu tim evakuasi menenukan anak dan ibu saya," kata dia.

(Sumber: Fajaronline.id)

 

2 dari 2 halaman

Terkuak Mengapa Gelombang Tsunami Anyer Datang Tiba-tiba

Dream - Tsunami Anyer yang dipicu gelombang air dari Selat Sunda akibat erupsi Gunung Anak Krakatau diakui datang tanpa adanya peringatan dini terlebih dahulu. Kondisi ini menyebabkan masyarakat di sekitar lokasi tak sempat melakukan evakuasi.

Pernyataan tersebut disampaikan Kepala Pusat dan dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwonugroho dikutip Dream dari cuitan akun Twitternya @Sutopo_PN, Senin, 24 Desember 2018.

" Tidak adanya peringatan dini tsunami di Selat Sunda pada 22/12/2018 malam," cuitnya.

Sutopo menjelaskan, tidak adanya peralatan sistem peringatan dini menyebabkan potensi tsunami tidak terdeteksi sebelumnya.

" Tidak terpantaunya tanda-tanda akan datangnya tsunami sehingga masyarakat tidak memiliki waktu evakuasi," tulisnya.

Diungkapkan Sutopo, jaringan bouy tsunami di perairan Indonesia sudah tidak beroperasi sejak 2012. Vandalisme, terbatasnya anggaran, kerusakan teknis menyebabkan tidak ada bouy tsunami saat ini.

" Perlu dibangun kembali untuk memperkuat Indonesia Tsunami Early Warning System," ujarnya.

Diakui Sutopo, Indonesia belum memiliki peringatan dini tsunami yang disebabkan longsor bawah laut dan erupsi gunung berapi.

Saat ini Indonesia baru memiliki sistem peringatan dini yang dibangkitkan gempa dan sudah berjalan baik. " Kurang dari 5 menit setelah gempa, BMKG dapat memberitahukan ke publik," ujarnya.

Melihat situasi tersebut, Sutopo menyerankan Indonesia harus membangun sistem peringatan dini yang diakibatkan longsor dan erupsi gunung api.

Dari catatannya, gempa yang menyebabkan longsor bawah laut yang memicu tsunami juga pernah terjadi di Maumere pada tahun 1992 dan tsunami Palu beberapa bulan lalu.

Indonesia diketahui memiliki 127 gunung api atau 13 persen dari jumlah populasi di dunia. Beberapa diantaranya gunung api berada di laut dan pulau kecil yang dapat menyebabkan tsunami saat erupsi.

" Tentu ini menjadi tantangan bagi PVMBG. BMKG, kementerian/lembaga dan perguruan tinggi membangun peringatan dini,"

Beri Komentar