Ilustrasi Vaksin (Foto: Shutterstock)
Dream - Sejumlah influencer di Prancis mengaku ditawari kerjasama dengan sebuah agensi untuk menyebarkan misinformasi mengenai vaksin Pfizer. Hal ini diungkapkan oleh salah satu YouTuber dengan 1,17 juta subscriber, Leo Grasset.
Dalam cuitannya, Grasset mengaku dijanjikan uang oleh seorang klien yang tidak ingin identitasnya diungkapkan. Setelah digali lebih jauh, alamat yang diberikan oleh agensi tersebut tampaknya palsu dan diketahui bekerja untuk pihak Rusia.
Dilansir BBC, Senin 26 Juni 2021, Grasset mengatakan apabila dirinya setuju dalam kontrak kerjasama tersebut, klien meminta untuk tidak menggunakan 'iklan' atau 'video bersponsor' untuk konten yang akan disajikan.
" Sajikan konten tersebut sebagai pandangan pribadi Anda," kata E-mail tersebut, ungkap Grasset dalam cuitannya.
Dalam cuitannya tersebut, ia juga menyertakan sejumlah bukti berisi tangkapan layar terkait kerjasama yang dimaksud. Ia diminta menyajikan misinformasi mengenai tingkat kematian vaksin Pfizer tiga kali lebih tinggi dibanding vaksin AstraZeneca.
C'est étrange.
J'ai reçu une proposition de partenariat qui consiste à déglinguer le vaccin Pfizer en vidéo. Budget colossal, client qui veut rester incognito et il faut cacher la sponso.
Éthique/20. Si vous voyez des vidéos là dessus vous saurez que c'est une opé, du coup. pic.twitter.com/sl3ur9QuSu— Léo Grasset (@dirtybiology)May 24, 202
Ternyata, bukan hanya Grasset yang mendapat tawaran kerjasama tak biasa ini. Seorang influencer di bidang kesehatan juga menjadi sasaran agensi bodong tersebut.
Seorang influencer Et Ça Se Dit Médecin dengan jumlah 85 ribu pengikut di Instagram, mengatakan kepada BFMTV Prancis bahwa dirinya ditawarkan kerjasama dengan imbalan US$2.510 atau sekitar Rp36,3 juta untuk membeberkan misinformasi selama 30 detik terkait vaksin Pfizer.
Kabar ini sontak menggemparkan Prancis di tengah proses vaksinasi Covid-19 yang sedang didorong pemerintah.
Menanggapi kabar tersebut, Menteri Kesehetan Prancis Oliver Veran memberikan komentarnya. Dirinya mengaku tidak mengetahui soal tawaran kerjasama di kalangan influencer Prancis.
" Saya tidak tahu dari mana (tawaran kerjasama) ini bersal, bisa dari Prancis atau luar negeri. Ini sangat menyedihkan, berbahaya, tidak bertanggung jawab dan tidak akan berhasil dilakukan," ungkapnya kepada BFMTV Prancis.
Seperti yang diketahui, vaksin Pfizer yang dibuat di Amerika Serikat menjadi vaksin Covid-19 yang umum digunakan di Prancis. Sedangkan vaksin AstraZeneca yang dibuat oleh perusahaan farmasi Inggris-Swedia menjadi urutan kedua.
Pada April 2021, muncul laporan dari Uni Eropa tentang beberapa media yang diketahui dikelola oleh Rusia dan China berusaha menyebarkan hoaks mengenai vaksin Covid-19 buatan barat. Namun laporan tersebut langsung dibantah pemerintah Russia.
Sumber: bbc.com
Dream - China disebut tengah mengembangkan dosis booster (penguat) bagi orang-orang yang sudah menerima vaksinasi Covid-19 menggunakan Sinopharm dan Sinovac. Dua vaksin produksi China mendapat tudingan kurang efektif menghadapi varian delta yang sedang melanda seluruh dunia.
Perusahaan farmasi berbasis di Shanghai, Fosun Pharmaceutical telah bermitra dengan BioNTech untuk mengembangkan vaksin booster mRNA. Suntikan tersebut saat ini sedang dalam tahap administrasi menyusul tinjauan panel ahli yang dilakukan oleh regulator obat China.
Booster yang akan diberi nama merek Comirnaty akan masuk tahap produksi uji coba pada akhir Agustus. Nantinya vaksin ditawarkan secara gratis kepada orang-orang yang telah menerima suntikan Sinopharm dan Sinovac.
Direktur Pusat Penelitian Infeksi Virus, Shih Shin-ru, mengatakan pengembangan suntikan booster merupakan pukulan bagi Pemerintah China yang telah menggembar-gemborkan efektivitas vaksinnya.
" Saya pikir para ilmuwan di China juga menyadari fakta rendahnya antibodi dalam serum vaksin Sinovac atau Sinopharm. Mereka mungkin menyarankan Pemerintah China untuk memberikan suntikan lain sebagai pendorong," kata Shin-ru.
Pembicaraan tentang vaksin booster di China muncul setelah sebuah penelitian di Hong Kong yang diterbitkan di The Lancet pada 15 Juli menemukan vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh Pfizer-BioNTech meningkatkan antibodi 10 kali lebih banyak daripada vaksin Sinovac.
Para peneliti mengatakan tingkat antibodi pada 63 peserta yang menerima suntikan Pfizer meningkat secara substansial setelah dosis pertama. Kemudian meningkat lagi setelah dosis kedua vaksinasi.
Sebagai perbandingan, tingkat antibodi untuk 30 petugas kesehatan yang menerima suntikan Sinovac memiliki konsentrasi antibodi yang rendah setelah dosis pertama. Kemudian meningkat menjadi konsentrasi sedang setelah dosis kedua.
Dalam studi lain yang diterbitkan pada medRxiv Senin, para peneliti mendapat temuan vaksin Covid-19 Sinopharm memiliki respons antibodi yang lebih lemah terhadap varian Delta.
Menurut para ilmuwan, tingkat antibodi pada orang yang diberikan suntikan Sinopharm menunjukkan pengurangan 1,38 kali lipat pada varian Delta dibandingkan dengan strain asli Covid-19. Studi ini juga menemukan vaksin Sinopharm menunjukkan penurunan kemampuan antibodi 10 kali lipat pada orang terinfeksi varian Beta, dikutip dari International Business Times.
Dream – Para peneliti telah menemukan antibodi yang diklaim dapat melawan berbagai varian virus SARS-CoV-2. Mereka telah memeriksa 12 antibodi dari pasien yang telah pulih dari Covid-19.
Penelitian ini melibatkan perusahaan Vir Biotechnology yang berbasis di San Fransisco, California, Amerika Serikat. Antibodi tersebut menempel pada fragmen protein virus yang mengikat reseptor pada sel manusia.
Para peneliti pun menyusund daftar ribuan mutasi dalam domain pengikat beberapa varian SARS-CoV-2. Mereka juga membuat katalog mutasi dalam domain pengikat pada lusinan virus corona mirip SARS-CoV-2 yang termasuk dalam kelompok yang disebut sarbecovirus.
Salah satu antibodi yang bernama S2H97 lebih menonjol karena kemampuannya mematuhi domain pengikat yang diuji oleh peneliti. S2H97 atau disebut sebagai antibodi pan-sarbecovirus, mampu mencegah berbagai varian SARS-CoV-2 dan sarbecovirus lain.
“ Itu antibodi paling keren yang pernah kami jelaskan,” ungkap Tyler Starr, seorang ahli biokimia di Fred Hutchinson Cancer Research Center di Seattle, Washington,
Pemeriksaan lebih lanjut terkait struktur molekul S2H97 ditemukan jika antibodi ini menargetkan bagian yang tidak pernah terlihat sebelumnya yang tersembunyi dalam domain pengikat.
Starr mengungkapkan, molekul yang menargetkan bagian domain pengikat ini dapat menghasilkan perlindungan terhadap banyak virus. Sehingga suatu hari nanti mungkin digunakan dalam vaksin pan-sarbecovirus.
Sebelas antibodi lainnya dapat mencegah berbagai varian virus namun semakin efektif antibodi memblokir masuknya strain SARS-CoV-2 maka semakin kecil kisaran virus yang dapat diikatnya.
Tim peneliti juga menemukan antibodi yang dapat menonaktifkan berbagai macam virus menargetkan bagian dari domain pengikat yang cenderung tidak berubah saat virus berevolusi.
Meskipun para peneliti tidak dapat menguji aktivitas antibodi terhadap virus yang tidak diketahui, Arinjay Banerjee, ahli virologi di University of Saskatchewan di Saskatoon menambahkan, perawatan dan vaksin pan-sarbecovirus akan membantu mempersiapkan dunia untuk melawan virus corona berikutnya yang berasal dari satwa liar ke manusia.
(Sumber: nature.com)
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN