Isi Lengkap Ceramah `Sampurasun` Habib Rizieq

Reporter : Ahmad Baiquni
Kamis, 26 November 2015 11:14
Isi Lengkap Ceramah `Sampurasun` Habib Rizieq
Habib Rizieq didesak meminta maaf kepada masyarakat Sunda karena telah mengganti salam 'Sampurasun' menjadi 'Campuracun'.

Dream - Sejumlah tokoh pemimpin di kawasan Jawa Barat mendesak Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Syihab untuk meminta maaf. Ini lantaran Habib Rizieq dinilai telah menghina adat Sunda.

Dalam salah satu ceramah, Habib Rizieq mengganti salam Sunda 'Sampurasun' menjadi 'Campur Racun'. Sontak ceramah yang dilakukan pada 24 November 2015 di kawasan Pasar Rebo, Purwakarta ini memicu amarah di kalangan masyarakat Sunda.

Berikut ceramah Habib Rizieq tersebut, yang dimuat dalam laman resmi fpi.or.id:

Bismillaah wal Hamdulillaah ...
Wa Laa Haula Wa Laa Quwwata illaa Billaah ...

Sampurasun adalah ucapan selamat masyarakat Sunda yang sangat terkenal dan mengandung unsur penghormatan kepada sesama.

Sampurasun sebagai ADAT Sunda yang punya makna sangat baik dan amat bagus, serta boleh digunakan untuk menyapa sebagai penghormatan, selama tidak dijadikan sebagai pengganti SYARIAT " Assalaamu 'Alaikum" .

Jadi, jangan adu domba ADAT dan SYARIAT, karena masing-masing ada tempat dan syarat serta cara penggunaan.

SALAM NUSANTARA

Di masyarakat Indonesia ucapan Selamat Pagi, Selamat Siang, Selamat Sore, Selamat Petang dan Selamat Malam merupakan salam pergaulan nasional untuk penghormatan terhadap sesama. Tentu sah-sah saja digunakan oleh masyarakat Indonesia, sebagaimana di masyarakat Arab ada ungkapan " Shobaahul Khoir" di pagi hari dan " Masaa-ul Khoir" di petang hari.

Namun, ketika ada pihak yang ingin menjadikan salam pergaulan nasional sebagai pengganti " Assalaamu 'Alaikum" di tengah umat Islam, dengan alasan karena " Assalaamu 'Alaikum" hanya merupakan Adat dan Tradisi Arab yang tidak ada kaitan dengan ajaran Islam, tentu jadi persoalan yang sangat serius.

ASSALAAMU 'ALAIKUM

Salam masyarakat Arab Jahiliyyah pada mulanya adalah " Wa Shobaahaa" , atau yang sejenisnya, lalu datang Islam mengajarkan umatnya untuk menggunakan " Assalaamu 'Alaikum" sebagai Tahiyyatul Islam yaitu salamnya kaum muslimin.

Sejak itu " Assalaamu 'Alaikum" adalah Salam Islam bukan Salam Arab. Dan Salam Islam menjadi salah satu rukun Shalat yang tidak sah Shalat tanpanya.

Nah, jika " Assalaamu 'Alaikum" mau diganti dengan salam pergaulan nasional, lalu apakah nanti salam Shalat Shubuh jadi Selamat Pagi, dan salam Shalat Zhuhur jadi Selamat Siang, serta salam Shalat Ashar jadi Selamat Sore, kemudian salam Shalat Maghrib jadi Selamat Petang, sedang salam Shalat Isya jadi Selamat Malam ???

Camkan ... !!!

BUPATI PURWAKARTA

Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi, sejak memimpin Purwakarta terus berusaha menghidupkan kembali ajaran " Sunda Wiwitan" , sehingga ia menghiasi Purwakarta dengan aneka patung pewayangan seperti patung Bima dan Gatotkaca, bahkan ditambah dengan aneka patung Hindu Bali.

Dia pun mengaku telah melamar Nyi Roro Kidul dan mengawininya. Selanjutnya, ia membuat Kereta Kencana yang konon katanya untuk dikendarai sang isteri, Nyi Roro Kidul. Kereta Kencana tersebut dipajang di Pendopo Kabupaten Purwakarta, dan diberi kemenyan serta sesajen setiap hari, lalu dibawa keliling Purwakarta setahun sekali saat acara Festival Budaya, dengan dalih untuk membawa keliling Nyi Loro Kidul buat keberkahan dan keselamatan Purwakarta.

Dedi juga menganjurkan agar siapa yang mau selamat lewat di jalan Tol Cipularang agar menyebut nama Prabu Siliwangi. Dan beberapa tahun lalu, Dedi juga pernah menyatakan bahwa suara seruling bambu lebih merdu daripada membaca Al-Qur'an.

Selain itu, pohon-pohon di sepanjang jalan kota Purwakarta diberi kain " Poleng" , yaitu kain kotak-kotak hitam putih, bukan untuk " Keindahan" , tapi untuk " Keberkahan" sebagaimana adat Hindu Bali, dan Dedi pun mulai sering memakai ikat kepala dengan kembang seperti para pemuka adat dan agama Hindu Bali.

Dedi tidak bangga dengan Islamnya, tapi ia bangga dengan patung, sesajen dan takhayyulnya, yang dikemas atas nama Kearifan Lokal (Local Wisdom).

Saat banyak Ulama dan para Da'i mulai memprotes dan mengkritik peri laku " Syirik" Dedi, maka serta merta Dedi membuat Perbup (Peraturan Bupati) tentang larangan ceramah provokatif yang menentang kebijakannya.

Belakangan, Dedi mulai sering meninggalkan Salam Syariat Islam " Assalaamu 'Alaikum" dan diganti dengan Salam Adat Sunda " Sampurasun" . Dimana saja dan kapan saja, Dedi terus mengkampanyekan aneka budaya " Syirik" nya yang dibungkus dengan nama " Adat" dan " Budaya" , serta dikemas dengan salam santun masyarakat Sunda " Sampurasun" .

Bahkan Dedi dalam salah satu bukunya yang berjudul SPIRIT BUDAYA menyebut bahwa Islam adalah BUDAYA. Padahal, Islam adalah Aqidah, Syariat dan Akhlaq yang bersumber dari WAHYU ALLAH SWT, sedang Budaya bersumber dari akal pemikiran dan perilaku manusia.

Pada halaman latar belakang buku tersebut tertulis : “ Warga Baduy mengajarkan kepada kita untuk tidak melawan alam. Dalam pemahaman saya (Dedi Mulyadi, red) merekalah yang beragama dan yang bertuhan secara benar.”

Selanjutnya di halaman 16 tertulis : “ Kebudayaan itu derajat manusia, persis seperti agama.” Lalu pada halaman 17 : “ Saya sendiri menginginkan Sunda yang sesuai dengan wiwitan atau identitas awalnya, Sunda yang menyerahkan diri terhadap alam yang tidak mengenal simbolisasi penyembahan.”

Akhirnya, banyak kalangan pemuka masyarakat Islam Purwakarta menyebutkan bahwa Dedi bukan sedang memasyarakatkan " Sampurasun" , tapi sedang merusak umat Islam Purwakarta dengan " Campur Racun" .

Tentu kita setuju, bahwasanya Dedi Mulyadi memang bukan sedang memasyarakatkan kesantunan salam Sunda " Sampurasun" , tapi dia memang sedang merusak umat Islam Purwakarta dengan " Campur Racun" , yaitu meracuni aqidah umat dengan aneka perbuatan " Syirik" .

Karenanya, kami serukan jaga kesantunan ADAT " Sampurasun" dalam rawatan SYARIAT " Assalaamu 'Alaikum" , sehingga ADAT dan SYARIAT tetap seiring sejalan.

Ayo, selamatkan " Sampurasun" , dan tolak " Campur Racun" .

Hasbunallaahu wa Ni'mal Wakiil ...
Ni'mal Maulaa wa Ni'man Nashiir ...

Jawaban Dedi Mulyadi 

Menanggapi pernyataan mantan Ketua FPI itu, Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi meminta agar Habib Rizieq tidak menilai seseorang secara kasat mata. Karena menurut Dedi, keimanan manusia bukan dinilai oleh manusia, tapi hanya Tuhan yang mengetahuinya.

" Keimanan seseorang itu tidak bisa dilihat dari kasat mata, karena keimanan itu adanya didalam hati, maka hanya Allah yang maha mengetahuinya," kata Dedi, dalam keterangan tertulis yang diterima Dream, Kamis 26 November 2015. 

Selain itu, Dedi juga meminta pembuktian atas tuduhan yang dialamatkan Habib Rizieq kepadanya yang telah melamar dan menikahi Ratu Pantai Selatan Nyai Roro Kidul.

Bahkan Dedi meminta pembuktian agar Rizieq menunjukan Kantor Urusan Agama (KUA) yang dijadikan tempatnya menikah. Sehingga pernyataan tersebut tidak sekedar fitnah.

" Barangkali Habib bisa membuktikan saya menikah dengan Nyi Roro Kidul, kalau tahu tunjukan di Kantor Urusan Agama Mana?" ujar Dedi. (Ism) 



(Ism)

1 dari 4 halaman

Foto Habib Rizieq FPI Gandeng Pendeta Pukau Netizen

Foto Habib Rizieq FPI Gandeng Pendeta Pukau Netizen © Dream

Dream - Organisasi massa, Front Pembela Islam (FPI) kembali membuat heboh lini masa. Namun kali ini, kehebohan yang tampil bertolak belakang dengan cerita-cerita yang pernah terjadi.

Di tengah polemik ucapan selamat natal dan topi sinterklas, Ketua Umum DPP FPI, Habib Rizieq Syihab membuat foto mengejutkan.

Diunggah di akun twitter @PastorGilbertL dan @ DPP_FPI pada 15 Desember lalu, Habib Rizieq tampak menggandeng pemimpin Gereja Bethel Indonesia (GBI) Glow Fellowship Center, Pendeta Gilber Lumoindong.

" Tanpa harus mengorbankan akidah, Habib @syihabrizieq tetap menyambut hangat kedatangan Pastor @PastorGilberL," ujar akun resmi FPP, @DPP_FPI seperti dikutip Dream, Senin, 22 Desember 2014.

Membalas postingan foto tersebut, pastor Gilber dalam akunnya mengatakan, " Bersama Habib @Syihabrizieq @DPP_FPI perbedaan bukan alaan tdk bergandeng tangan, damai itu indah."

Tak pelak, momen langka ini langsung mendapatkan respon dari para netizen.

" Ini toleransi yg benar," ujar akun @Andhika_Lsmn.

Sementara itu, Riki Jaya Kurniawan dalam akunnya mengatakan, " Saya adalah salah satu org yg masih percaya bahwa toleransi beragama itu ada,"

2 dari 4 halaman

Produsen Sandal Berlafal `Allah` di Jawa Timur Minta Maaf

Produsen Sandal Berlafal `Allah` di Jawa Timur Minta Maaf © Dream

Dream - Beredarnya gambar di dunia maya tentang sandal yang bertulisan lafal mirip `Allah` menjadikan masyarakat khususnya umat Islam resah. Banyak netizen di media sosial yang sangat marah, karena merasa tidak sepantasnya lafal `Allah` berada di sandal yang notabene untuk diinjak.

Hal ini membuat Limlongwa sebagai direktur atau pemilik pabrik PT Pradita Perkasa Makmur Surabaya yang memproduksi sandal itu meminta maaf. Permohonan maaf ini disampaikan Limlongwa usai bersilaturahmi dengan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur di Surabaya pada Senin 12 Oktober 2015 kemarin. 

" Saya pemilik pabrik sandal PT Pradita Perkasa Makmur, saya minta maaf yang sebesar-besarnya kepada saudara-saudara umat muslim di Indonesia atas ketidaksengajaan produk sandal, sehingga melukai hati saudara-saudara muslim yang ada di Indonesia. Mohon maaf sebesar-besarnya," ucap Limlongwa di Kantor PWNU Jawa Timur seperti dilansir TV9 NUsantara.

Limlongwa mengaku sempat kaget karena tidak mengetahui adanya lafal Allah dalam sendal yang diproduksi. Ia berjanji akan menarik seluruh produk sandal itu secepat-cepatnya dan akan segera memusnahkannya.

Ia berharap kepada semua umat muslim untuk memaafkan kesalahan tersebut, dan akan lebih berhati-hati untuk melakukan proses produksi.

Pada Selasa 13 Oktober 2015, telah dilakukan event aksi pembakaran sebanyak 1 pickup sandal bermotif lafal `Allah` yang telah memicu kontroversi di masyarakat. Aksi pembakaran sandal ini juga dihadiri langsung oleh Direktur perusahaan Limlongwa yang akan menyampaikan permohonan maafnya kepada umat Islam.

Kemudian acara dilanjutkan dengan mau'idzoh hasanah yang akan disampaikan oleh Kiai NU, yang mengambil tema tentang bagaimana merespons masalah dengan penuh kearifan Islami. (Ism, Sumber : TV9 Nusantara)

3 dari 4 halaman

MUI: Kolom Agama di KTP Boleh Dikosongkan, Tapi...

MUI: Kolom Agama di KTP Boleh Dikosongkan, Tapi... © Dream

Dream - Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyatakan kolom agama pada Kartu Tanda Penduduk (KTP) wajib diisi oleh warga penganut salah satu dari enam agama yang diakui oleh undang-undang, yaitu Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Bagi warga yang tidak menganut satu dari keenam agama itu boleh mengosongkan kolom tersebut.

" Bagi mereka yang merasa tidak menjadi bagian dari enam agama yang diakui oleh undang-undang boleh mengosongkan ini, dan data mereka dimuat dalam data base administrasi kependudukan," kata Ketua MUI, Ma’ruf Amin saat dihubungi Dream, Jumat 14 November 2014.

Menurut Ma`ruf, sikap resmi MUI ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Administrasi Kependudukan. Aturan itu tercantum dalam Pasal 64 Ayat 5 yang berbunyi:

" Elemen data penduduk tentang agama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi Penduduk yang agamanya belum diakui sebagai agama berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan atau bagi penghayat kepercayaan tidak diisi, tetapi tetap dilayani dan dicatat dalam database kependudukan."

Menurut MUI, undang-undang itu sudah akomodatif, termasuk soal pencantuman identitas agama pada KTP bagi warga yang menganut enam agama yang diakui. Juga mengosongkannya bagi mereka yang menganut di luar agama yang diakui undang-undang tesebut. " Ini sudah akomodatif," kata Ma’ruf.

Tolak Penghapusan

Meski demikian, MUI memberikan catatan. MUI menolak penghapusan kolom agama pada KTP. Tak hanya itu, MUI juga menolak menambah agama baru selain enam agama yang diakui oleh undang-undang. " Menolak menambah kolom aliran kepercayaan dalam KTP," tutur Ma’ruf.

Oleh karena itu, tambah Ma’ruf, MUI ingin mempertahankan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Administrasi Kependudukan. " Menurut hemat kami sudah aspiratif," tegas Ma’ruf.

Sebelumnya, Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo, melempar wacana pengosongan kolom agama bagi warga yang tidak menganut agama yang diakui oleh undang-undang. Tjahjo mengatakan, rencana kebijakan itu untuk menghormati kalangan minoritas yang kepercayaan ataupun agamanya belum atau tidak diakui oleh undang-undang.

Wacana yang dilontarkan oleh Tjahjo itu mengundang pro dan kontra. Ada yang setuju, namun tak sedikit pula yang menlak wacana pengosongan kolom itu. Namun Tjahjo menegaskan, pemerintah tak berniat menghapus kolom itu, melainkan hanya memberi izin bagi warga yang tidak menganut agama di luar agama yang diakui oleh negara untuk mengosongkan kolom itu. (Ism)

4 dari 4 halaman

Muslim Inggris Balas Perlakuan Rasis dengan Pertolongan

Muslim Inggris Balas Perlakuan Rasis dengan Pertolongan © Dream

Dream - Aminur Chowdhury. Demikian nama muslim Inggris ini. Bulan lalu, dia memberikan contoh luar biasa. Pria yang tinggal di Bradford ini membalas perlakuan rasis dengan sebuah kebaikan.

Seperti dikutip Dream dari The Independent, Sabtu 7 Juni 2014, Aminur telah mendapat perlakuan rasis dari Ben Gallon. Peristiwa itu terjadi di luar kedai di Claremont pada 14 Mei silam. Tak dijelaskan apa perlakuan rasis itu. Sebab, memang tak elok dituliskan.

Yang jelas, Aminur tak mengambil jalan kekerasan. Pria tiga puluh tahun ini menghampiri Ben. Dia mengajak Ben berbincang. " Saya menghentikan langkah dan berbincang dengannya selama lima belas menit," tutur Aminur.

Dari perbincangan itu, tahulah Aminur jika Ben seorang pengangguran. Ben juga tak punya rumah. Setelah perbincangan itu, melangkahlah Aminur menuju rumah.

Keesokan harinya, Aminur kembali ke tempat itu. Dia ingin menemui Ben. Karena punya sesuatu untuk tunawisma berusia dua puluh tujuh tahun.

Dan kabar yang dibawa Aminur itu memang sedang dibutuhkan Ben. Aminur menawarinya pekerjaan. Tak hanya itu, Aminur juga membantunya mencari apartemen sebagai tempat tinggal. " Ben bukan kawan yang jelek," ujar dia.

Ben yang tak punya tempat tinggal sejak Maret menyambut gembira bantuan Aminur itu. " Saya mendapat pelajaran. Apa yang saya katakan benar-benar di luar karakter saya. Tidak ada pembenaran bagi saya menggunakan kata-kata itu," sesal Ben.

Ben pun meminta maaf kepada Aminur atas perlakuan yang dia lakukan. " Terima kasih untuk dia karena telah memaafkan saya, saya menyesalinya. Sesuatu yang positif telah terjadi," kata Ben.

Aminur pun berharap, toleransi antaretnis tercipta di Bradford. " Ini contoh yang baik untuk mengajari orang-orang Asia di Bradford bagaimana menghadapi rasisme. Semakin Anda menunjukkan kasih sayang, mereka akan menyenangi Anda," ujar Aminur. (Ism)

Beri Komentar