Bendera Merah Dikibarkan Oleh Iran (Youtube/ The Peace Report)
Dream - Sebuah pemandangan langka terlihat di Kota Qom, Iran, Sabtu 4 Januari 2020. Sebuah bendera merah darah dikibarkan di atas kubah Masjid Jamkaran. Pengibaran bendera itu bahkan disiarkan langsung oleh televisi pemerintah Negeri Para Mullah tersebut.
Bukan tanpa sebab, bendera itu dikibarkan saat rakyat Iran meratapi kepergian komandan elite pasukan Quds, Qassem Soleimani, dan pejabat lainnya, yang tewas akibat serangan militer Amerika Serikat.
Menurut laman RT, bendera yang digunakan dalam prosesi itu disebut sebagai panji 'Ya la-Tharat al-Husayn'. Mulai digunakan pada abad ke-7. Bendera itu pertama kali dikibarkan setelah pertempuran Karbala, sebagai seruan membalas dendam akibat kematian Imam Husain bin Ali.
Peristiwa Sabtu itu juga disebut sebagai kejadian bersejarah, sebab selama ini bendera merah belum pernah dikibarkan di atas Masjid Jamkaran yang disucikan kaum Syiah di Iran. Meski demikian, bendera merah kerap terlihat pada acara-acara lain, terutama untuk menghormati jenderal yang terbunuh.
Laman Mirror.co.uk menulis, bendera merah itu dikibarkan sebagai seruan balas dendam kepada Amerika Serikat atas kematian Qassem Soleimani. Pengibaran bendera merah itu uga diyakini sebagai pertanda bahwa segera terjadi peperangan besar.
Presiden AS, Donald Trump, mengaku memerintahkan penyerangan itu untuk mencegah konflik. Namun Teheran telah bersumpah akan membalas pembunuhan Qassem Soleimani. Pemimpin Revolusi Islam Iran, Imam Sayyed, pada Jumat lalu bahkan bersumpah untuk " membalas dendam" dalam menanggapi pembunuhan Soleimani.
Dan, pada Sabtu, setelah sumpah Imam Sayyed tersebut, ribuan orang berkumpul di Teheran. Mereka meneriakkan yel-yel sambil membawa foto Qassem Soleimani. Beberapa orang juga terlihat membakar bendera Israel.
Kondisi ini membuat hubungan Iran dan AS memanas. Ketakutan akan terjadi perang habis-habisan pun meningkat. Sejumlah negara bahkan telah memeringatkan warganya untuk tidak melakukan kunjungan ke kawasan Timur Tengah.
Dream - Komandan militer senior Iran, Ahmad Karimpour, mengklaim negaranya bisa menghancurkan Israel hanya dalam hitungan delapan menit. Pasukan Garda Revolusi bisa melakukan serangan kapan pun diperintahkan oleh pemimpin tertinggi.
" Jika Pemimpin Tertinggi memerintahkan untuk eksekusi, dengan kemampuan dan peralatan yang kami miliki, kami akan meruntuhkan rezim Zionis kurang dari delapan menit," ujar Ahmad Karimpour, dikutip Dream dari Al Arabiya, Selasa 24 Mei 2016.
Pemimpin Tertinggi Iran, Ali Khamenei, memang berkali-kali mengancam membuat binasa Israel. Pada September tahun lalu, pemimpin berusia 76 tahun ini menyatakan negeri Israel akan musnah dalam rentang 25 tahun mendatang.
Presiden Iran saat ini, Hassan Rowhani, merupakan representasi dari kelompok moderat. Dia cenderung melontarkan pernyataan-pernyataan yang tidak terlalu keras. Meski demikian, Rowhani mendukung program rudal Iran.
Awal bulan ini, militer Iran mengklaim sukses menguji coba rudal balistik kendali dengn jangkauan 2.000 kilometer. Rudal itu mampu menjangkau hingga wilayah Israel.
Meski pada Juli silam Iran menandatangani perjanjian dengan enam negara untuk menahan program nuklir agar sanksi ekonominya dicabut, pengembangan rudal tak termasuk di dalamnya. (Ism)
Dream - Serdadu pasukan elite Israel dari brigade Golani menceritakan pertempuran pertama mereka di Syujaeyah, timur sebelah timur kota Gaza, kepada koresponden koran Maarev dikutip Dream.co.id dari laman InfoPalestina, Sabtu 16 Agustus 2014.
Serdadu itu mulai menguraikan apa yang mereka alami selama di Syujaeya. Mereka melihat semua yang ada di Syujaeyah seperti neraka jahanam.
Para pejuang Gaza telah menunggu di Syujaeyah. Mereka menembaki tentara Israel. Pertempuran pun terjadi dalam waktu cukup lama. Dalam pertempuran itu, serdadu Israel kehilangan 16 anggotanya termasuk seorang komandan tempurnya.
Pada malam pertama operasi, mereka menyerbu sebelah timur Syujaeyah, khususnya wilayah yang sudah ditentukan sebelumnya. Namun mereka mendapat perlawanan dari para pejuang Gaza. " Kami ditembaki dengan senjata ringan, ada juga senjata otomatis dan roket RGB" .
Sejumlah perwira Zionis mengatakan, mereka memerangi pasukan perlawanan yang tidak 'kelihatan'. Para prajurit Gaza datang dan pergi dari tempat dan ke tempat yang mereka tidak ketahui. Mereka masuk satu terowongan dan keluar dari terowongan yang lain.
Serdadu yang lain mengatakan, ia beserta teman-teman yang lain, suatu ketika akan menyebu ke salah satu rumah yang dianggap kosong. Namun ternyata di dalamnya dipenuhi kelompok bersenjata hingga terjadi baku tembak. " Akhirnya kami melarikan diri yang bisa melarikan diri sementara yang lainya mati terbunuh" .
Dream - Sebuah surat mencengangkan baru-baru ini dipublikasikan oleh Perpustakaan Inggris. Surat yang ditujukan untuk Duta Besar Inggris di Prancis itu ditulis pada 1917. Isinya sungguh mengejutkan. Sang penulis surat meminta pendirian negara Yahudi di wilayah yang saat ini menjadi Arab Saudi.
Adalah Dr M L Rothstein yang menulis surat tersebut. Dia mengaku sebagai seorang dokterketurunan Yahudi Rusia yang tinggal di Paris. Dalam surat yang ditulis 12 September itu, Rothstein minta Dute Besar Francis Bertie untuk menaklukkan Provinsi El Hassa yang dikuasai Turki. Provinsi EL Hassa itu kini menjadi oasis di wilayah timur Saudi.
Bertie kemudian menjelaskan kepada menteri Luar Negeri Inggris kala itu, Arthur James Balfour, bahwa Rothstein meminta kekuatan Etente, yang terdiri dari Rusia, Prancis, dan Inggris, agar menyatukan pasukan untuk membentuk Negara Yahudi di Teluk Persia.
Rothstein sangat serius dengan permintaannya ini. Dia bahkan telah menggambarkan detail aksi yang harus dilakukan untuk tujuan ini. " Saya berjanji untuk merakit, untuk musim semi mendatang, sebuah angkatan perang Yahudi, kekuatan dari 120.000 pria kuat, yang akan berlipat ganda, akan bekerja sama dengan pasukan Etente," tulis Rothstein dalam surat itu, sebagaimana dikutip Dream dari World Buletin.
Pasukan yang dijanjikan Rothstein itu akan berpusat di Bahrain, dan sekali mereka mencapai jumlah 30 ribu, sebuah serangan cepat akan dilakukan untuk menakhlukkan El Hassa, wilayah di Teluk Persia yang dikuasai Turki. " Ini akan menjadi Negara Yahudi," tulis Rothstein.
Dia memprediksi akan terjadi 'perang negara' dengan Turki karena invasi ini. Dia mengatakan tentara Yahudi akan memenangkan pertempuran bersama Etente.
Siapa sejatinya Rothstein? Sosok dokter ini sungguh misterius. Hanya sedikit kalangan yang mengetahui siapa dokter Yahudi ini. Dia mengawali surat itu dengan 'kualitas moral' keluarganya, untuk menjelaskan asal-muasal keluarga Yahudinya.
Thomas Holderness dari Kantor Perpustakaan India mengatakan El-Hassa tidak lagi menjadi provinsi Turki ketika Rothstein menulis surat tersebut. Menurut dia, hal itu kemungkinan karena sang dokter telah kehilangan kontak, sehingga tidak tahu perkembangan di lapangan.
Sebuah surat balasan yang dibuat oleh asisten Malfour pada bulan Oktober menunjukkan bahwa pemerintah Inggris menolak permintaan tersebut. " Yang Mulia, pemerintah menyesal, bahwa mereka tidak bisa mengabulkan proposal itu," demikian surat balasan tersebut.
Sebulan kemudian, Balfour mengeluarkan deklarasinya yang mendukung pembentukan negara yang berisi orang-orang Yahudi, yang saat ini dikenal dengan nama Palestina. Dokumen-dokumen itu berasal dari Kantor Catatan India yang disimpan di Perpustakaan Inggris.
Kini dokumen-dokumen itu tengah didigitalisasi bersama dokumen lain yang berkaitan dengan sejarah Teluk. Proyek ini merupakan kerja sama antara Perpustakaan Ingris dengan Qatar Foundation.
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal
Bentuk Roti Cokelat Picu Komentar Pedas di Medsos, Chef Sampai Revisi Bentuknya