Setelah 100 Tahun, Warga Jagabita Baru Punya Jembatan Beton

Reporter : Ahmad Baiquni
Kamis, 10 Agustus 2017 19:02
Setelah 100 Tahun, Warga Jagabita Baru Punya Jembatan Beton
Jembatan ini merupakan akses satu-satunya yang menghubungkan Jagabita dengan Bojong Bitung.

Dream - Desa Jagabita terletak jauh di pelosok Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor. Denyut kehidupan kampung itu mengandalkan sang tetangga, Desa Bojong Bitung, Legok, Tangerang. Kedua desa ini terpisah oleh sungai.

Untuk bisa sampai ke Bojong Bitung, warga memanfaatkan jembatan Cimanceuri yang usia diperkirakan sudah 100 tahun. Kontruksinya bukan beton, melainkan bambu yang dibangun secara mandiri dengan uang hasil patungan warga.

Sementara, untuk perawatan rutin, warga rela menyisihkan sebagian uang demi baiknya kondisi jembatan yang hanya bisa dilewati dengan jalan kaki atau sepeda motor. Tidak ada sedikitpun dana bantuan dari pemerintah.

" Biasanya setahun sekali dibenerin jembatannya. Karena bambu kena air pada rusak dan keropos," ujar Ketua RT 03 Desa Jagabita, Yadi Setiadi.

Jembatan Jagabita

Saat musim hujan tiba, masalah muncul. Jembatan itu menjadi sulit dilewati lantaran licin. Akibatnya, akses pendidikan, ekonomi, dan aktivitas warga seolah lumpuh.

" Jembatan enggak bisa dilewati mobil, harus muter sekitar 4 kilometer. Makan waktu banyak, karena kalau enggak muter cuma 1 kilometer. Jadi di sini kalau mau ke mana-mana jauh. Anak sekolah harus diantar. Apalagi pas hujan, kalau enggak terpaksa banget kami enggak akan keluar kampung," kata Yadi kepada tim PPPA Daarul Quran, melalui keterangan tertulis diterima Dream, Kamis 10 Agustus 2017.

Kondisi fisik jembatan yang rapuh tak ayal kerap memakan korban. Hampir setiap tahun, ada saja warga yang jatuh akibat terpeleset.

" Yang paling parah, baru-baru ini jembatan roboh. Ada dua warga sini kecemplung sama motor-motornya. Orangnya masuk rumah sakit, motornya hanyut," ucap Yadi. 

Jembatan Jagabita

Desa Jagabita sendiri dihuni oleh penduduk sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani, kuli bangunan, dan buruh pabrik. Penghasilan mereka tidak pernah cukup untuk membangun jembatan beton.

" Ada 270 KK di sini, kebanyakan memang lulusan SD saja, ya kerjanya serabutan saja," tutur Yadi.

Kondisi yang dialami warga Desa Jagabita membuat PPPA Daarul Quran tergerak. Yayasan Tahfiz Alquran dan amal binaan Ustaz Yusuf Mansur ini akan membangun jembatan beton untuk meringankan beban warga.

Rencananya, peletakan batu pertama pembangunan Jembatan Cimanceuri dijalankan pada Sabtu besok, 12 Agustus 2017. Menggandeng komunitas PayTren, persiapan digelar sejak Jumat, 11 Agustus 2017.

Sejumlah kegiatan akan digelar, mulai diskusi kemanusiaan hingga gotong royong membangun jembatan. Kegiatan ini dikemas dalam program 'Jembatan Kehidupan'.

Program ini merupakan bagian dari tema besar 'Membangun Indonesia dan Dunia dengan Alquran' yang telah lama diinisiasi Daarul Quran. Saat jembatan berdiri nanti, Daarul Quran akan mendirkan Kampung Quran atau Rumah Tahfiz di Desa Jagabita.

Beri Komentar