Ketika Mbah Moen Pilih Mobil Patroli Polisi Daripada Alphard

Reporter : Ahmad Baiquni
Kamis, 8 Agustus 2019 06:01
Ketika Mbah Moen Pilih Mobil Patroli Polisi Daripada Alphard
Polisi yang mengemudikan mobil patroli tersebut kaget.

Dream - KH Maimoen Zubair meninggalkan banyak kesan kepada publik. Ulama sepuh ini dikenal lewat ceramahnya yang selalu menyejukkan.

Ada kisah unik ketika Mbah Moen, sapaan ulama sepuh ini, saat masih sehat. Mbah Moen ternyata lebih suka menumpangi mobil patroli polisi ketimbang Toyota Alphard.

Suatu hari, Mbah Moen akan menuju Jakarta untuk menghadiri sebuah acara. Ulama yang wafat di Mekah belum lama ini berangkat dari rumah dinas putranya, H Taj Yasin Maimoen, yang merupakan Wakil Gubernur Jawa Tengah menuju Bandara Ahmad Yani Semarang, Jawa Tengah.

Awalnya, Mbah Moen akan langsung menuju bandara dari kediamannya di Sarang, Rembang dikawal Patroli Pengalawan Satlantas Polres Rembang. Tetapi, karena jadwal penerbangan masih panjang, Mbah Moen memutuskan mampir ke rumah Taj Yasin.

Mobil Toyota Alphard sudah disiapkan untuk mengantarkan Mbah Moen menuju bandara. Tetapi, Mbah Moen malah memilih naik mobil patroli polisi dan duduk di bangku depan sebelah pengendara.

 

 

1 dari 6 halaman

Minta Jalan Pelan-pelan

Aipda Wuri Sutristiyono yang mengemudikan mobil itu seketika terkejut. Dia tidak menyangka tokoh sekelas Mbah Moen berkenan naik mobil patroli.

" Ya terkejutlah, tapi bercampur senang bisa mengemudikan mobil bersama toko Mbah Maimoen," ujar Wuri yang merupakan anggota Satlantas Polres Rembang.

Selama perjalanan menuju bandara, Mbah Moen sering mengingatkan untuk berhenti ketika lampu merah menyala. Karena usianya yang sudah sepuh, Mbah Moen meminta Wuri menjalankan mobil pelan-pelan.

 

2 dari 6 halaman

Pesan Mbah Moen Untuk Kepolisian

Tak hanya itu, Wuri juga ingat Mbah Moen berpesan agar kepolisian sering menjalin silaturahmi dengan masyarakat. Menurut Wuri, Mbah Moen mengatakan kepolisian sudah tidak seperti dulu, sekarang sudah bisa berbaur.

" Beliau berpesan yang penting sering silaturahmi sama masyarakat," kata Wuri.

Selain Wuri dan Mbah Moen, di mobil tersebut ada Brigadir Dwi Santoso. Juga asisten Mbah Moen, Jibril. Mereka mengaku mendapatkan inspirasi dari Mbah Moen.

(Sah, Sumber: Liputan6.com)

3 dari 6 halaman

Dari Mbah Moen untuk MUI: Islam Simpul Pemersatu Bangsa

Dream - " Pertemuan terakhir saya dengan Mbah Maimoen pada hari Sabtu, 27 Juli 2019 di Jakarta, sehari sebelum beliau berangkat ke Tanah Suci Makkah Al Mukaramah untuk menunaikan ibadah haji."

Kalimat itu meluncur dari Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Zainut Tauhid Sa`adi. Pertemuan terakhir dia dengan pimpinan pondok pesantren Al Anwar, Sarang, Rembang, Jawa Tengah itu bertujuan untuk meminta doa.

Zainut percaya doa orang yang sedang menunaikan perjalanan apalagi untuk menunaikan ibadah haji sangat didengar dan dikabulkan Allah SWT.

" Jadi saya berpikir mungkin waktunya cukup singkat dan saya juga mempertimbangkan kesehatan beliau agar bisa istirahat karena esok hari (Ahad, 28 Juli 2019) akan melaksanakan perjalanan yang sangat panjang," ucap dia, Rabu, 7 Agustus 2019.

Ternyata, Zainut keliru. Hampir 2 jam dia berbincang dengan Mbah Moen. 
" Banyak nasihat dan pesan beliau kepada saya utamanya terkait dengan dua hal, yaitu masalah PPP dan MUI," ujar dia.

 

4 dari 6 halaman

Pesan untuk PPP

Mbah Moen, kata Zainut, berpesan agar MUI terus menjadi organisasi yang menebarkan nilai-nilai Islam yang damai, yang dapat menjaga hubungan harmonis baik sesama umat Islam, umat beragama lain maupun hubungannya dengan pemerintah.

" Indonesia itu negara yang memiliki keistimewaan, meskipun beragam suku bangsanya tetapi bisa bersatu dan umat Islam harus menjadi simpul pemersatunya," ujar dia.

Sementara itu, Mbah Moen juga berpesan agar partai berlambang Kabah itu tetap dipertahankan. Sebab, kata Zainut, Mbah Moen yakin partai tersebut punya misi yang sangat mulia yakni mengajak umat manusia kepada kebaikan dan mencegah kepada kemungkaran.

Zainut menyebut, Mbah Maimoen sebagai seorang ulama yang memiliki kedalaman ilmu dan kearifan tetapi juga menjadi teladan. " Beliau adalah guru bangsa yang selalu mengajarkan pentingnya makna persatuan, kebhinnekaan dan toleransi," ujar dia.

" Di usia senjanya beliau tidak pernah lelah untuk berdakwah menyampaikan pesan-pesan damai dan menyejukkan. Tidak pernah berhenti memikirkan nasib umat, bangsa dan negara," kata dia.

5 dari 6 halaman

Keinginan Mbah Moen Meninggal Hari Selasa Terkabul, Masya Allah

Dream - Pengasuh Pondok Pesantren Al Anwar, Sarang, Rembang, Jawa Tengah, KH Maimun Zubair telah berpulang ke Rahmatullah, Selasa, 6 Agustus 2019.

Menurut Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin, keinginan Mbah Moen, sapaannya, untuk meninggal di hari Selasa di Mekah memang sudah terucap lama.

" Ini juga yang ingin beliau kehendaki, berpulang di hari Selasa, di Mekah, nampaknya banyak keinginan beliau yang Allah kabulkan meskipun kita kehilangan dan sangat bersedih," ujar Lukman.

Menurut Lukman, proses kepergian Mbah Moen berlangsung cepat. Dia terlihat enggan merepotkan banyak orang di sekelilingnya.

" Sebelumnya tidak mengeluh rasa sakit tertentu, kesaksian pada kerabatnya, keluarganya, sampai malam masih berdialog," ucap dia.

6 dari 6 halaman

Bukti Mbah Moen Ingin Meninggal Hari Selasa

Di akun Twitter @pondokkrapyak, keinginan Mbah Moen meninggal di hari Selasa ada dalam rekaman suara saat membahas Kitab Tanbuhul Mughtarin, Ramadan 1440 Hijriah, atau Mei 2019.

Dalam rekaman itu, Mbah Moen menceritakan asal muasal mengapa Ponpes Sarang menetapkan hari libur pada Selasa. Dia mengatakan, hari Selasa merupakan hari di saat Allah menurunkan ilmu di dunia ini.

" Allah membuat (alam semesta dalam) empat hari, Ahad, Senin, Selasa, Rabu.Kalau orang Jawa Rabu Wekasan, selesainya Bumi dibuat. Selasa, Allah menyelesaikan segala ilmu di hari ini," ujar dia.

Selain itu, hari Selasa punya keiistimewaan. Sang ayah, KH Zubair Dahlan, pernah menceritakan kepadanya bahwa kyai-kyai dan ulama, banyak yang meninggal di hari Selasa.

" Hari Selasa ini hari yang menurut nenek saya, mulai nenek yang keempat sampai ayah saya, ibu saya, kok kalau meninggal hari Selasa, ini saya cerita," kata Mbah Moen.

Beri Komentar