Dr Richard Teo Ken Siang, Dokter Sukses Dan Kaya Raya. (Foto: Facebook)
Dream - Sukses selalu identik dengan melimpahnya harta, menterengnya rumah, dan banyaknya koleksi mobil mewah. Namun hal itu tidak dirasakan oleh Richard Teo Ken Siang, seorang dokter ahli estetika dari China.
Karena penyakit kanker paru-paru yang diidapnya, harta yang melimpah justru tidak ada gunanya bagi Dr Richard.
Asia One menulis bahwa Dr Richard adalah dokter ahli estetika yang sangat sukses yang memiliki segalanya.
Semuanya dia punya, mulai dari rumah yang mentereng hingga koleksi mobil mewah di garasi.
Dia bahkan berganti profesi dari dokter mata ke dokter estetika untuk mendapatkan penghasilan yang lebih baik.
Sayang, semuanya seakan tidak berguna lagi sejak 11 Maret 2011. Di tanggal tersebut, Dr Richard divonis mengidap kanker.
Istrinya, Nyonya Teo, bercerita Dr Richard selalu menangis dalam tidurnya karena tak tahan menahan sakit.
Rasa sakit itu begitu menyiksa mental dan fisik Dr Richard. Harta yang melimpah tetap tidak bisa menghilangkan rasa sakitnya.
Pada mulanya, Dr Richard tidak percaya dia mengidap kanker. Dia tetap hidup mewah dan foya-foya bersama teman-temannya.
Setiap Imlek, dia keliling kampung untuk pamer mobil mewah kepada saudara dan teman-temannya.
Namun begitu penyakitnya tambah parah, Dr Richard mulai bisa melihat kehidupan yang sebenarnya.
" Anda pikir semua itu adalah kebahagiaan yang sejati? Tidak. Tapi itu justru menimbulkan rasa cemburu, iri hati dan bahkan benci," katanya.
Suara hati yang mendesak Dr Richard untuk memikirkan kembali tentang arti kebahagiaan yang sebenarnya.
Sebelum dia meninggal, Dr Richard telah mengubah arti sebenarnya tentang kebahagiaan dalam hidup ini.
" Di ambang kematian, saya tidak melihat kebahagiaan yang melekat pada apa pun yang saya miliki," katanya.
Dia malah melihat sebuah ironi. Awalnya dia merasa bahagia dengan uang, mobil mewah, piala, dan sebagianya.
Tapi, setelah menderita sakit, dia merasa harta benda itu tidak memberikan kebahagiaan kepadanya.
" Saya tidak bisa memeluk dan mengendarai mobil mewah saya lagi," kata Dr Richard.
Yang memberikan kebahagiaan di 10 bulan sebelum kematiannya justru kedatangan teman dan saudara yang peduli pada kesehatannya.
" Yang membawa kebahagiaan dalam 10 bulan terakhir adalah interaksi dengan orang-orang yang peduli pada saya," katanya.
Mereka ikut sedih dan gembira bersama. Mereka bisa merasakan kesakitan yang dirasakannya.
Dr Richard teringat dengan para pasien kanker yang ditanganinya. Dia melihat mereka meninggal setiap harinya.
Namun, saat itu dia tidak bisa merasakan empati terhadap para pasien kanker yang ditanganinya.
" Saya jadi terobsesi untuk mendapatkan uang lebih banyak dari mereka. Pasien hanyalah sapi perahan," katanya.
Waktu itu Dr Richard tidak merasa ada yang salah dengan sikapnya yang ingin jadi sukses dan memiliki banyak uang.
Namun setelah dirinya menderita kanker, Dr Richard baru bisa merasakan penderitaan para pasiennya.
Dr Richard akhirnya belajar tentang kasih sayang. Sesuatu yang seharusnya dia miliki saat merawat pasiennya.
Dr Richard pun menantang para dokter muda untuk merasakan penderitaan para pasien mereka.
" Ketika menghadapi kematian, saya merasakan ironi yang luar biasa. Ketika tahu akan meninggal, saya baru tahu tentang arti kehidupan," katanya.
Meski Dr Richard akhirnya meninggal pada 18 Oktober 2012, Nyonya Teo tetap merasa bangga dengan perubahan sifat suaminya.
Nyonya Teo mengatakan Dr Richard ingin agar para dokter muda mengubah pola pikir mereka tentang pasien.
" Dia ingin mereka merawat dan memperlakukan pasien layaknya manusia, dan mengerjakan tugasnya dengan jujur," pungkas Nyonya Teo.
(Sumber: World of Buzz)
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN