Kisah Kareem Abdul Jabar Menemukan Islam (II)

Reporter : Syahid Latif
Senin, 20 Juli 2015 11:00
Kisah Kareem Abdul Jabar Menemukan Islam (II)
Orang tua menolaknya dan dia harus belajar sendiri menemukan Islam yang benar

Dream - Kareem Abdul-Jabbar, pemain basket terbesar sepanjang masa yang memiliki tinggi badan 2,18 meter, mengisahkan perjalanan hidupnya hingga sekarang menjadi seorang Muslim.Pria yang lahir 68 tahun yang lalu ini telah mengalami transisi dari Lew Alcindor menjadi Kareem Abdul-Jabbar.

Bagi Kareem, transisi itu bukan hanya sekadar perubahan nama selebrita saja, seperti Sean Combs hingga menjadi P. Diddy, tetapi juga transformasi hati, pikiran dan jiwa.

Tak puas dengan hanya menjadi simbol penghapus mitos masyarakat kulit hitam Amerika Serikat, bintang basket LA Lakers ini memutuskan memeluk Islam. Perjalanannya dipenuhi segala rintangan dan keteguhan hati.

Kepada Saudigazette, Karem Abdul Jabar mengaku dibesarkan untuk menghormati aturan - dan terutama kepada mereka yang menegakkan aturan, seperti guru, pengkhotbah dan pelatih.

" Jadi ketika saya ingin tahu lebih banyak tentang Islam, saya menemukan seorang guru pada diri Hammas Abdul-Khaalis. Selama saya bermain untuk Milwaukee Bucks, Islam versi Hammas adalah wahyu yang menggembirakan," katanya.

Pada tahun 1971, Abdul Jabar memantapkan hatinya. Usianya yang kala itu masih 24 membawanya pada pintu Islam. Sekaligus mengubah namanya menjadi Kareem Abdul-Jabbar (yang berarti sosok yang mulia, hamba Yang Maha Kuasa).

Keputusannya itu membuat publik dan fansnya dipenuhi banyak pertanyaan. Namun pertanyaan yang paling sering ditanyakan adalah mengapa Abdul Jabar memilih agama yang begitu asing dengan budaya Amerika dan namanya sulit diucapkan.

Tal jarang beberapa penggemar menentang keputusan Abdul Jabar. " Seolah-olah saya telah mengebom gereja mereka sambil merobek bendera Amerika. Sebenarnya, saya menolak agama yang asing bagi budaya Amerika dan merangkul agama yang merupakan bagian dari warisan Afrika saya," kenangnya.

Penggemar Abdul Jabar pun menuduh dirinya bergabung dengan Nation of Islam, sebuah gerakan Islam Amerika yang didirikan di Detroit pada tahun 1930 oleh Malcolm X. Meskipun dipengaruhi Malcolm X, Abdul Jabar memilih untuk tidak bergabung karena ingin lebih fokus pada spiritual daripada aspek politik dari Islam.

" Faktanya, Malcolm menolak arah kelompok itu tepat sebelum tiga anggotanya membunuhnya," ujarnya.

Saya Tak Pernah Menyesal....>>>>

1 dari 1 halaman

"Saya Tak Goyah dan Tak Menyesal"

"Saya Tak Goyah dan Tak Menyesal" © Dream

Dream - Keputusan Abudl Jabar memeluk Islam ternyata tak disenangi kedua orang tuanya. Meskipun tidak ketat dalam agama, kedua orang tuanya selalu membesarkan putranya dalam pandangan Kristen yang kuat.

" Tapi semakin saya belajar sejarah agama tersebut, semakin kecewa saya melihat peran Kristen dalam menaklukkan bangsa Afrika," ujarnya.

Penggunaan nama Kareem Abdul-Jabbar adalah perpanjangan dari penolakan Abdul Jabar dari semua hal yang berkaitan dengan perbudakan keluarga dan orang-orangnya.

Alcindor adalah nama tuan tanah perkebunan Perancis di Hindia Barat yang memiliki nenek moyang Abdul Jabar. Leluhurnya adalah orang-orang Yoruba, sekarang Nigeria. " Menyimpan nama tuan keluarga budak saya mungkin terlihat mencemarkan mereka. Tetapi namanya terasa seperti bekas luka yang memalukan," katanya.

Setelah memutuskan memeluk Islam, Abdul Jabar memastikan pengabdiannya ke agama barunya adalah mutlak. Dia bahkan setuju menikahi seorang Muslimah yang disarankan oleh Hammas. Meskipun dalam hatinya dia mempunya perasaan yang kuat untuk wanita lain.

" Saya juga mengikuti nasihatnya tidak mengundang orang tua saya di pernikahan - kesalahan yang butuh satu dekade untuk memperbaikinya. Meskipun saya punya keraguan tentang beberapa ajaran Hammas, saya membuangnya jauh-jauh karena saya mendapat pemenuhan spiritual yang sangat besar dalam Islam," katanya.

Semangat Abdul Jabar untuk belajar otodidak tentang Islam akhirnya muncul. Sampai akhirnya dia menemukan ada beberapa ajaran Hammas tentang Alquran yang ternyata salah. Perpisahan pun  tak bisa dhindari.

Pada tahun 1973, Abdul Jabar akhirnya melakukan perjalanan ke Libya dan Arab Saudi untuk belajar bahasa Arab agar bisa mempelajari Alquran sendiri. " Saya kemudian ke Mekah dan muncul keyakinan yang benar dan baru," katanya.

Sejak itu, saya tidak pernah goyah atau menyesali keputusan saya untuk masuk Islam. Ketika saya melihat ke belakang, saya berharap bisa melakukannya dengan cara yang lebih pribadi, tanpa semua publisitas dan keruwetan yang mengikutinya. Tetapi pada saat itu saya telah menyuarakan pendapat saya dengan gerakan hak-hak sipil yang mencela warisan perbudakan dan lembaga-lembaga keagamaan yang telah mendukungnya.

Beri Komentar