Kisah Pilu Evakuasi Jemaah Isya Tertimbun Masjid di Lombok

Reporter : Ahmad Baiquni
Rabu, 8 Agustus 2018 16:00
Kisah Pilu Evakuasi Jemaah Isya Tertimbun Masjid di Lombok
Suara batuk lirih jadi patokan pencarian korban.

Dream - Perasaan getir tengah menyelimuti warga Dusun Karang Pangsor, Desa Pemenang, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara. Beberapa jemaah Masjid Jamiul Jamaah tertimbun reruntuhan bangunan dan belum berhasil dievakuasi.

Masjid Jamiul Jamaah merupakan satu dari sekian masjid yang hancur akibat gempa dahsyat pada Minggu malam, 5 Agustus 2018. Saat gempa terjadi, masjid tersebut tengah menggelar pengajian ditutup dengan sholat Isya' berjemaah.

Sejumlah jemaah berhasil menyelamatkan diri begitu merasakan guncangan pada tanah. Sayangnya, ada beberapa orang yang tidak berhasil keluar dan tertimbun reruntuhan masjid dua lantai itu.

Suasana penuh kepiluan muncul beberapa saat usai gempa. Terdengar suara minta tolong. Lirih, samar, bersautan satu sama lain.

 

1 dari 3 halaman

Berbekal Suara Minta Tolong

Berbekal Suara Minta Tolong © Dream

Salah satu saksi mata, Hudri, 32 tahun, bersama sejumlah warga segera mencari sumber suara itu. Mereka berhasil menyelamatkan tujuh orang dari reruntuhan masjid.

" Tapi satu nyawa, seorang yang kami kenal betul, Pak Ahmad, wafat ketika kami evakuasi ke posko pengungsian," kata Hudri menahan perasaan getir.

Tidak ada yang tahu secara pasti berapa orang yang tertimbun reruntuhan masjid. Demikian pula dengan nasib para korban, apakah masih hidup atau sudah meninggal.

Ada satu nama yang sangat diingat Hudri, yaitu Inaq Salmah, 60 tahun. Wanita itu diduga kuat menjadi salah satu jemaah yang tertimbun reruntuhan masjid.

2 dari 3 halaman

Suara Batuk, Bukti Masih Ada yang Hidup

Suara Batuk, Bukti Masih Ada yang Hidup © Dream

Sejumlah relawan ACT bersama warga dan personel keamanan segera menjalankan evakuasi di masjid yang letaknya cukup dekat dengan rumah Sprinter Dunia, Lalu Muhammad Zohri, itu. Mereka bekerja siang malam tanpa henti menyingkirkan puing bangunan sembari berharap ada nyawa yang masih bisa diselamatkan.

Menurut keterangan Hudri, diperkirakan ada lima korban di dalam terjebak dalam reruntuhan. Dari lima korban itu kemungkinan masih ada yang hidup.

Relawan ACT yang memimpin evakuasi, Fathul Azim, mengaku sempat mendengar suara batuk meski sangat lirih. Dia bersama tim segera mencari sumber suara tersebut.

" Kami di atas runtuhan memanggil nama, dibalas dengan suara lirih dan batuk. Suara batuk ini membuktikan laporan masyarakat yang masih mendengar ada suara ‘minta tolong’ di dalam runtuhan sejak Senin dan Selasa kemarin," kata Azim, dalam keterangan tertulis diterima Dream.

3 dari 3 halaman

Beratnya Proses Evakuasi

Beratnya Proses Evakuasi © Dream

Proses evakuasi berjalan dari pagi hingga menjelang petang dan dimulai lagi keesokan harinya. Tim menjadikan suara batuk sebagai patokan untuk mencari korban.

Evakuasi tidak mudah dijalankan. Reruntuhan bangunan yang berukuran besar tidak mungkin dipindahkan dengan mudah meski sudah menggunakan alat berat.

" Satu-satunya cara, lubang bekas kubah kita gali, kita lakukan pemotongan besi. Kita menembus titik diduga posisi terakhir korban, kemungkinan adalah perempuan berusia sekitar 40-60 tahun," kata Azim.

Sayangnya, hingga Selasa malam kemarin, belum ada tanda-tanda korban terlihat. Evakuasi terpaksa dihentikan sementara, dilanjutkan hari ini.

" Kami sudah berusaha sampai menjelang gelap. Tapi posisi korban terdekat yang masih terdengar suara batuk tetap tidak ditemukan. Kami akan melanjutkan evakuasi penuh Rabu pagi hingga sore," ucap Azim.

Beri Komentar