Kisah Sukses Difabel Lulus dari Kampus IPB

Reporter : Ahmad Baiquni
Jumat, 28 Juli 2017 10:43
Kisah Sukses Difabel Lulus dari Kampus IPB
Sejak kecil, Ariek mengidap kelainan genetis Muscular Distrophy.

Dream - M Ariek Dimas Santoso mungkin punya fisik yang terbatas. Tetapi, keterbatasan fisik itu tidak membuat semangatnya menempuh pendidikan jauh lebih tinggi ikut terbatas.

Ariek resmi menyandang gelar Sarjana usai menjalani wisuda pada Rabu lalu, 26 Juli 2017. Dia dinyatakan lulus tepat waktu, 4 tahun, dari Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor (IPB).

Ariek lahir dengan kondisi tubuh menderita kelainan genetik Muscular Distrophy. Kemampuan otot rangkanya turun secara progresif, membuatnya tidak bisa bergerak tanpa kursi roda.

Pemuda kelahiran Jakarta ini mantap berkuliah berkat dukungan dari banyak pihak baik keluarga, teman, dan gurunya. IPB merupakan perguruan tinggi pertama yang dia pilih melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) undangan.

" Alhamdulillah saya bisa menempuh kuliah di IPB melalui jalur SNMPTN. Waktu dulu semasa SMA memang sempat bimbang apakah bisa melanjutkan studi ke jenjang kuliah mengingat kondisi saya ini. Saat tahu saya diterima di IPB, saya merasa bersyukur karena bukan sesuatu hal yang mudah bisa diterima di salah satu perguruan tinggi negeri terbaik di Indonesia. Alhamdulillah juga IPB dapat menerima kondisi saya dengan baik," ujar Ariek, dikutip dari ipb.ac.id, Jumat, 28 Juli 2017.

Semangatnya untuk berkuliah muncul dari dalam dirinya sendiri. Kondisi tubuhnya yang terbatas justru menjadi motivasi berkuliah, yaitu ingin menemukan cara untuk menghentikan kelemahan otot, hingga memutuskan kuliah di Departemen Biologi.

" Saya ingin mencoba menemukan cara yang dapat menghentikan progresif kelemahan otot," kata Ariek.

Sayangnya, niat itu tidak terwujud akibat banyaknya materi yang harus dipelajari Ariek mulai tumbuhan, hewan dan mikroba. Minatnya pun bergeser, bahkan sampai ingin menjadi ahli taksonomi tumbuhan.

Ariek pun mengaku merasakan banyak kemudahan yang diberikan Allah SWT kepadanya saat menempuh kuliah. Salah satunya, dia tidak perlu khawatir naik ke lantai atas untuk kuliah.

Tangga yang selama ini dia takutkan sama sekali tidak ada. Gedung tempatnya kuliah dilengkapi lift, sehingga membuat Ariek mudah naik turun lantai.

" Sejak kecil segala aktivitas saya selalu dibantu oleh orangtua saya terutama bapak. Mulai dari bangun tidur, mandi, dan sebagainya. Kalau saya kuliah di Bogor, Bapak saya kerja di Jakarta akan lebih sulit beraktivitas. Namun, ternyata Allah membuat Bapak saya tiba-tiba dimutasi kerja oleh perusahaannya jadi bekerja di wilayah Sentul dan Bogor," kata dia.

Rasa syukurnya kepada Allah SWT tidak berhenti di situ. Rektor IPB Prof Dr Herry Suhardiyanto berkenan membantunya dengan menyumbang sebagian dana untuk membeli kursi roda elektrik.

Meski begitu, Ariek tetap menghadapi tantangan dalam kuliah. Sebagai contoh saat menjalankan praktikum. Dia kesulitan menggapai meja dan tangannya tidak kuat menggunakan peralatan laboratorium.

Persoalan semacam ini kerap menghambat Ariek saat harus melaksanakan praktikum di lapangan. Meski banyak fasilitas difabel tersedia, hal itu ternyata tidak cukup membantu.

Namun demikian, Ariek tetap menjalankan praktikum sebisa yang dia lakukan. Dia pun mengaku cukup menikmati praktikumnya.

" Jalani semuanya dengan enjoy. Sejak awal saya menargetkan untuk bisa lulus tepat waktu agar tidak terlalu membebani orangtua. Alhamdulillah saya bisa menyelesaikan studi di kampus IPB tepat waktu," ucap Ariek.

Kini, Ariek telah siap menatap masa depan. Dia ingin mewujudkan mimpinya, menjadi pengusaha. (ism) 

Beri Komentar