Ilustrasi (Shutterstock.com)
Dream - Rangga, 9 tahun, mungkin tidak seberuntung anak lainnya. Dia harus meregang nyawa di tangan seorang penjahat kambuhan. Namun namanya kini harum sebagai contoh anak yang menunjukan keberanian membela orang tua.
Kisah Rangga viral lantaran keputusannya melindungi sang ibu dari pelaku rudapaksa. Tindakan itu membuat Rangga harus mengalami luka parah dan tewas akibat tindakan biadab pria paruh baya berinisial SB, (48).
Peristiwa itu terjadi pada Jumat malam, 9 Oktober 2020. Rangga yang sudah tertidur tiba-tiba bangun dan melihat ibunya, DA, 28 tahun, akan diperkosa di rumahnya di Aceh Timur.
Rangga seketika berteriak dan berusaha melindungi sang ibu. Upaya tersebut rupanya tidak membuat pelaku mengurungkan niat jahatnya.
Pelaku yang sudah dibekap nafsu syahwat menyabetkan pisau dan membacok Rangga di lehernya. Bocah pemberani itu sempat menangkis. Sayangnya upaya itu gagal lantaran tubuhnya yang kecil.
Belum puas dengan tindakan sadisnya itu, SB kembali mengayunkan pisaunya ke tubuh Rangga beberapa kali hingga bocah itu tewas.
Melihat bocah kecil itu sudah tak bernyawa, pelaku lalu melampiskan nafsu bejatnya dengan merudapaksa DA. Setelah itu, SB membawa jasad Rangga dan membuangnya ke sungai.
Jenazah Rangga ditemukan mengapung di sungai pada Sabtu, 10 Oktober. Rangga lalu dimakamkan keesokan harinya usai sholat Maghrib.
Pelaku pembunuhan Rangga akhirnya ditangkap polisi. SB tercatat sebagai warga Alue Gadeng, Birem Bayeun, Aceh Timur, dan merupakan residivis yang mendapat asimilasi dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Ayah Rangga, Fadli Fajar, 30 tahun, bercerita Rangga adalah anak yang periang. Bocah itu baru tinggal bersama DA beberapa hari.
Fadli dan DA merupakan pasangan suami istri yang bercerai 2 tahun lalu. Fadli sempat membawa Rangga pergi dari rumah istrinya dan kini tinggal di Medan, Sumatera Utara.
Fadli menuturkan beberapa waktu sebelumnya Rangga sempat mengaku ingin tinggal bersama sang ibu. Sepekan sebelum kejadian, DA datang ke kediaman Fadli untuk menjemput Rangga.
" Seminggu lalu DA menjemput Rangga. Tujuannya agar bisa segera didaftarkan pada sekolah dasar di Aceh Timur," kata dia.
Selama tinggal bersama, Fadli mengatakan Rangga adalah sosok periang, aktif, dan rajin membaca Alquran. " Dia anak yang pintar," kata Fadli.
Fadli tidak bisa melarang lantaran Rangga selalu merengek. Akhirnya, dia mengizinkan Rangga tinggal bersama DA.
" Saya akhirnya tidak dapat membendung keinginan Rangga untuk tinggal bersama ibunya di Alue Gadeng. Dia bersikeras bersekolah di Aceh karena ingin dekat dengan DA," terang Fadli.
Fadli mengaku tidak tahu mantan istrinya sudah menikah lagi. Juga tidak tahu DA tinggal di tengah kebun sawit, jauh dari pemukiman warga.
Selain itu, Fadli juga mengaku awalnya mengetahui kematian Rangga melalui media sosial. Beberapa saat kemudian, barulah ada keluarga yang memberi tahu dia.
" Rasanya seperti tidak percaya. Tapi itu semua sudah kehendak Allah. Saya minta aparat penegak hukum memberikan keadilan kepada kami, mohon pelaku dihukum dengan seberat-beratnya," kata dia.
Geuchik Alue Gadeng, Adi Sahputra, DA baru dua bulan tinggal di gubuk tengah kebun sawit bersama suami barunya, Aiyub. Sebelumnya, pasangan ini tinggal di Gampong Birem.
Gubuk yang ditinggali pasangan tersebut berada di tanah milik keluarga Aiyub. Lokasinya jauh dari keramaian.
" Jarak gubuk mereka dengan tetangga paling dekat 100 meter," kata Adi.
Dari penuturan warga, Adi mengatakan DA dan Rangga cukup ramah. Mereka kerap bertegur sapa setiap kali bertemu warga yang melintas di depan gubuk.
Pelaku sendiri diketahui sering mampir ke gubuk itu dan berbincang dengan Aiyub.
" Pelaku selalu melewati gubuk mereka ketika berangkat dan pulang dari kebun, dan sering singgah ngobrol dengan ayah tiri korban," ucap Adi.
Sumber: Aceh Trend