Lion Air JT610 Terbang Pakai AOA Hasil Perbaikan, Bukan Sparepart Baru

Reporter : Ahmad Baiquni
Jumat, 30 November 2018 14:00
Lion Air JT610 Terbang Pakai AOA Hasil Perbaikan, Bukan Sparepart Baru
Setiap alat yang baru diperbaiki harus diuji dan disertifikasi lebih dulu.

Dream - Pesawat PK-LQP milik Lion Air yang terbang dengan kode JT610 tidak menggunakan alat sensor Angle Of Attack (AoA) baru, melainkan hasil perbaikan. Pesawat tersebut bermasalah dalam empat penerbangan sebelumnya.

Hal ini disampaikan Investigator Senior Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Ony Suryo Wibowo. Menurut dia, AOA di PK-LQP tidak diganti dengan suku cadang baru begitu diketahui rusak.

" Sudah diperbaiki, bukan sparepart baru dari pabrikan," ujar Ony, dikutip dari Liputan6.com, Jumat 30 November 2018.

Padahal, meskipun sudah diperbaiki, alat tersebut harus menjalani pengujian dan sertifikasi terlebih dulu baru bisa dipakai. Prosedur yang berlaku sama dengan alat baru.

" Perbaikan dalam dunia penerbangan ada prosedur yang sangat ketat. Setelah selesai (diperbaiki) dia harus diuji, dikalibrasi, kemudian ada sertifikatnya," ucap Ony.

 

1 dari 5 halaman

Berlaku Untuk Suku Cadang Baru Maupun Perbaikan

Ony mengatakan keberadaan sertifikat sangat penting dalam penggunaan suku cadang pesawat. Barang baru sekalipun, kata dia, tidak boleh dipakai jika tidak ada sertifikat lulus uji.

" Begitu pun kebalikannya, barang sudah repair, apapun bentuknya, dengan sertifikat yang valid, sah digunakan di pesawat," ucap Ony.

AOA merupakan alat yang merupakan bagian dari sistem penunjuk kecepatan atau airspeed indicator. Alat ini memiliki fungsi sebagai indikator attitude pesawat terhadap aliran udara.

Lebih lanjut, terang Ony, jenis AOA yang ada di PK-LQP sama dengan yang digunakan pada Boeing 737-800NG. Meski demikian, alat yang ada di 737 MAX 8 tidak bisa dijadikan komponen pada 800NG.

" Enggak bisa, paling tidak kami mencapat AOA ini sama dengan Boeing 800NG, sama dengan 737 MAX 8. Tapi enggak boleh yang lain. Jadi kalau komponennya sama tapi nomornya berbeda, tetap enggak boleh," ucap Ony. (mut)

Sumber: Liputan6.com/Nur Habibie

2 dari 5 halaman

Kotak Hitam Ungkap Perjuangan Pilot Selamatkan Lion Air JT610

Dream - Fakta mengenai jatuhnya pesawat Lion Air JT610 perlahan-lahan terkuak. Dalam laporan terbaru yang terdapat di kotak hitam, terungkap betapa keras usaha dua pilot untuk tetap mengudara.

Laman Business Insider, yang mengutip The New York Times menyebut terjadi kesalahan sistem otomatis. Sistem Boeing generasi terbaru, yang mencegah hidung pesawat terlalu tinggi dan stall, itu diduga memaksa hidung pesawat Lion Air turun karena kesalahan sensor mengirim data ke badan pesawat.

Menurut informasi yang dikumpulkan dari kotak hitam, JT610 berulang kali didorong ke posisi turun. Kondisi itu diduga disebabkan oleh sensor sistem yang tidak berfungsi otomatis. Kesalahan itu mulai terjadi beberapa saat setelah lepas landas.

Saat sayap-sayap ditarik pada ketinggian 3.000 kaki, kedua pilot berjuang hidup dan mati menghadapi sistem anti-stall otomatis baru yang dilaporkan tidak disebut dalam manual kokpit dari Boeing 737 Max 8.

3 dari 5 halaman

Dua Pilot Berjuang Sampai Akhir

Pembacaan pada data recorder itu juga membantah pesawat telah meledak di udara. Kolom kendali pesawat mulai bergetar saat terbang, mengarah ke stall atau kehilangan daya dorong.

Selama 13 menit berikutnya, pilot dan sistem beradu kendali. Lebih dari 24 kali pilot berusaha merebut kendali, sebelum akhirnya jatuh dengan kecepatan 724 kilometer per jam.

" Para pilot terus bertempur sampai akhir penerbangan," kata Kepala Subkomite Kecelakaan Udara dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Kapten Nurcahyo Utomo.

4 dari 5 halaman

Tidak Ada Manual?

Nurcahyo mengatakan, pada kasus Lion Air Flight JT610 sistem pencegahan-stall telah diaktifkan dan merupakan fokus utama penyelidikan.

“ Jika pilot Lion Air 610 benar-benar menghadapi keadaan darurat dengan sistem anti-stall semacam ini, mereka harus mengambil serangkaian langkah cepat yang rumit untuk memahami apa yang terjadi dan membuat pesawat terbang normal kembali. Langkah-langkah ini tidak ada dalam manual, dan pilot tidak dilatih di dalamnya," kata dia.

Sudah banyak kecurigaan para peneliti adalah sistem augmentasi karakteristik manuver, atau MCAS, sistem anti-stall Boeing yang baru

MCAS dimaksudkan untuk menghentikan pilot ketika mendorong hidung pesawat terlalu tinggi. Sebab, cara itu dapat memengaruhi kecepatan dan menyebabkan stall.

5 dari 5 halaman

Pertanyaan Penting

Dari penjelasan itu muncul pertanyaan yang masih menjadi misteri: mengapa pilot tidak mematikan sistem kontrol itu, yang hari sebelumnya telah dilakukan pilot ketika mereka mengalami masalah yang sama?

Menurut Allied Pilots Association, banyak penerbang, pekerja, dan organisasi pelatihan penerbangan tidak menemukan satu pun dokumentasi termasuk manual pilot untuk Boeing 737 Max 8.

Boeing menolak keras menahan informasi tentang sistem setelah kecelakaan itu. Tapi, Boeing telah dikritik karena kurangnya pelatihan dan persiapan pada pilot.

Sebelumnya, Boeing dan Federal Aviation Administration (FAA) mengeluarkan petunjuk yang memberitahukan awak pesawat tentang sistem ini. Disebut, sistem anti-stall ini dirancang untuk memberikan perlindungan ekstra terhadap pilot yang kehilangan kontrol.

Beri Komentar