Komisioner Komnas Ham Choirul Anam (dok.Komnas HAM)
Dream - Komisioner Komnas HAM Choirul Anam menyebut pemicu utama tragedi Kanjuruhan, Malang yang menelan 132 korban jiwa adalah gas air mata. Penilaian itu dibuat Komnas HAM dari hasil hasil investigasi sementara atas tragedi Stadion Kanjuruhan,
Hasil temuan Komnas HAM menemukan fakta massa terlihat masih terkendali 20 menit usai peluit panjang tanda pertandingan antara Arema Malang vs Persebaya berakhir. Kala itu para pemain Arema menyampaikan permintaan maaf seperti selama ini menjadi tradisi klub ketika dilanda kekalahan.
Sikap para pemain ini disambut penonton yang turun ke lapangan Stadion Kanjuruhan untuk memberikan semangat.
" Ao ini salam satu jiwa! jangan menyerah! suasana masih terkendali. Ini terkonfirmasi," kata Anam saat menyampaikan konferensi pers terkait hasil investigasi sementara tragedi Stadion Kanjuruhan, di Jakarta, dikutip dari Merdeka.com, Rabu, 12 Oktober 2022.
Situasi berubah menjadi memanas dan memicu kepanikan ketika massa suporter digeruduk petugas. Kondisi makin tak terkendali ketika muncul tembakan gas air mata saat jam menunjukan pukul 22.08 lewat 59 detik.
Waktu kejadian tersebut, lanjut Anam, menjadi penanda sekaligus pemicu insiden yang dilaporkan menelan 132 korban jiwa dan ratusan orang lainnya luka-luka.
" Penembakan gas air mata pertama kali ditembak ke tribun selatan pada 22.08.59 WIB, angka ini penting untuk mengukur kapan gas air mata itu. Sebab itu pemicu utama yg menyebabkan korban jiwa dan luka," ucap dia.
Kesimpulan sementara ini didukung sejumlah bukti yang telah dikumpulkan Komnas HAM mulai dari dokumen hingga keterangan beberapa saksi.
" Kami dengan pendalaman yang kami punyai mulai dari rencana pengamanan, prakondisi, beberapa dokumen sampai dokumen kunci kami sampai detik ini," ujarnya.
" Pemicu dari jatuhnya banyak korban adalah gas air mata, termasuk yang ke tribun," ujar Anam.
Selain soal tembakan gas air mata, Anam juga mengungkapkan temuan lain saat kericuhan terjadi di Stadion Kajuruhan. Suporter diketahui sempat melemparkan sepatu ke lapangan karena tak kuat mendapatkan semprotan gas air mata.
" Jadi kami menemukan banyak sepatu di lapangan karena kepanikan gas air mata yang tadinya di tembakan ke lapangan lalu ke tribun. Sebagai senjata ketidakberdayaan makanya sepatu dipakai," ujarnya.
Dream - Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Dedi Prasetyo menyatakan penyebab kematian ratusan orang dalam tragedi Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur bukan dikarenakan kandungan dalam gas air mata.
Laporan tersebut diperoleh Dedi berdasarkan keterangan dari sejujmlah dokter spesialis di RS Saiful Anwar.
" Dari penjelasan para ahli, spesialis yang menangani korban yang meninggal dunia maupun korban-korban yang luka, dari dokter spesialis penyakit dalam, penyakit paru, penyakit hati dan juga spesialis penyakit mata menyebutkan tidak satupun yang menyebutkan penyebab kematian adalah gas air mata," kata Dedi dalam konferensi pers di Mabes Polri, Senin 10 Oktober 2022.
Menurut Dedi, penjelasan dari para dokter tersebut diperoleh dari keterangan Direktur RS Saiful Anwar saat kunjungannya ke rumah sakit tersebut pada Senin, 3 Oktober 2022.
Direktur RS Saiful Anwar, lanjut Dedi, menyatakan penyebab kematian dalam tragedi Stadion Kanjuruhan dikarenakan kekurangan oksigen yang dialami ratusan korban jiwa terutama di Pintu 3, 11, 13, dan 14.
" Terjadi berdesak-desakkan, kemudian terinjak-injak, bertumpuk-tumpukan yang mengakibatkan kekurangan oksigen pada Pintu 13, 11, 14, 3," kata Dedi.
Sementara itu, Tim Pencari Fakta Koalisi Masyarakat Sipil menyampaikan hasil investigasinya, terkait tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang.
Hasilnya terdapat temuan awal bahwa telah terjadi tindak kekerasan yang diduga dilakukan secara sistematis dan tidak hanya melibatkan pelaku di lapangan.
" Bahwa pada saat pertengahan babak kedua, terdapat mobilisasi sejumlah pasukan yang membawa gas air mata, padahal diketahui tidak ada ancaman atau potensi gangguan keamanan saat itu," kata Kepala Divisi Hukum Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS), Andi Muhammad Rezaldy, dikutip dari Liputan6.com.
Dia menambahkan, investigasi koalisi menyebut timbulnya korban jiwa adalah akibat dari efek gas air mata yang digunakan oleh aparat kepolisian.
Padahal, sebelum tindakan penembakan gas air mata, tidak ada upaya dari aparat untuk menggunakan kekuatan lain seperti kekuatan yang memiliki dampak pencegahan, perintah lisan atau suara peringatan hingga kendali tangan kosong lunak.
" Padahal berdasarkan Perkap Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penggunaan Kekuatan, polisi harus melalui tahap-tahap tertentu sebelum mengambil tahap penembakan gas air mata," tutur Andi.
Andi melanjutkan, berdasar kesaksian para suporter, penembakan gas air mata tidak hanya ditujukan ke bagian lapangan, tetapi juga mengarah ke bagian tibun sisi Selatan, Timur, dan Utara.
Akibatnya, timbul kepanikan yang luar biasa bagi suporter yang berada di sisi tribun.
" Mereka yang ingin hendak keluar (terjebak) dengan kondisi akses evakuasi yang sempit, terjadi penumpukan di sejumlah pintu yang terkunci. Akibatnya, para korban sulit bernafas hingga menimbulkan korban jiwa," kata Andi.
Dream - Kapolda Jatim, Irjen. Pol. Dr Nico Afinta menjelaskan alasan menembakkan gas air mata saat terjadi kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, setelah laga Arema FC versus Persebaya Surabaya.
Menurut Nico Afinta, suporter sudah mulai anarkistis saat masuk ke lapangan karena melakukan perlawanan ke petugas.
Lantaran petugas tak mampu memberikan keamaan karena jumlah personil yang kurang mengakibatkan gas air mata ditembakan.
" Tindakan pengamanan dan pengalihan sudah dilakukan. Dalam prosesnya ada gas air mata karena sudah mulai anarkis," kata Kapolda Jatim, Irjen. Pol. Dr Nico Afinta dikutip Dream dari bola.com, Minggu 2 Oktober 2022.
Akibat gas air mata pada suporter panik dan mulai pergi ke luar stadion. Akibatnya saling berebut keluar terjadi penumpukan.
" Karena gas air mata itu, mereka pergi keluar ke satu titik, pintu keluar. Kemudian terjadi penumpukan dan dalam proses penumpukan itu terjadi sesak napas, kekurangan oksigen," tuturnya.
Sebelumnya, Nico Afinta merilis jumlah korban jiwa hingga, Minggu pukul 04.30 mencapai 127 orang. Rinciannya 125 dari suporter, Aremania dan 2 orang dari anggota Polri.
Dia datang langsung meninjau lokasi kejadian hingga ke rumah sakit. Selain itu, ada 13 mobil yang mengalami kerusakan. Diantaranya 10 kendaraan dinas Polri.
" Sebenarnya pertandingan berjalan lancar tidak ada kendala. Permasalahan kekecewaan dari penonton, setelah timnya tidak pernah kalah, semalam mengalami kekalahan. Kekecewaan membuat suporter turun mencari pemain dan tim pelatih," kata Nico Afinta.
Advertisement
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Peneliti Ungkap Pemicu Perempuan Sanggup Bicara 20 Ribu Kata Sehari?
Bentuk Roti Cokelat Picu Komentar Pedas di Medsos, Chef Sampai Revisi Bentuknya
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik