Dream - Ketika menatap Matahari secara langsung, kita mungkin tidak akan mampu melakukannya lama-lama.
Sinar Matahari sangat menyilaukan mata. Belum lagi panasnya yang sangat menyengat.
Kita baru bisa menatap Matahari langsung saat bintang Planet Bumi itu terbit maupun tenggelam.
Namun bagaimana jadinya jika kita melihat Matahari dari jarak super dekat hingga bisa mengamati aktivitas dengan sangat jelas?
Baru-baru ini Solar Orbiter milik European Space Agency (ESA) berhasil memotret pemandangan atmosfer Matahari dari jarak sangat dekat.
Pemandangan atmosfer Matahari berhasil ditangkap oleh wahana Solar Orbiter milik ESA pada 23 September 2023 lalu.
Menggunakan instrumen Extreme Ultraviolet Imager (EUI), wahana Solar Orbiter merekam aktivitas lapisan atmosfer Matahari yang paling atas yang biasa disebut korona.
Dalam video berdurasi 30 detik yang dibagikan oleh ESA, terlihat beberapa fenomena astronomi yang mengagumkan.
Pemandangan pertama adalah 'coronal moss' atau gas bercahaya terang yang membentuk pola seperti renda di atmosfer Matahari.
Struktur aneh ini biasanya ditemukan di sekitar pusat bintik Matahari yang memiliki magnet sangat kuat.
Coronal moss memiliki temperatur yang sangat panas sehingga tidak bisa dideteksi oleh sebagian instrumen penelitian.
Lapisan selanjutnya adalah 'spicules' yang muncul di sepanjang cakrawala Matahari. Spicules adalah kolom gas tinggi yang menjulang dari kromosfer Matahari.
Kolom dari spicules ini bisa memiliki ketinggian hingga 10.000 km. Artinya, kolom spicules lebih tinggi dari puncak Gunung Everest yang ketinggiannya mencapai 8.848 km.
Selanjutnya ada erupsi kecil yang muncul di sekitar detik ke-20. Walau ESA menyebutnya sebagai letupan, nyatanya ini adalah sebuah ledakan yang sangat besar.
Video itu juga memperlihatkan hujan koronal yang terbuat dari gumpalan plasma dengan kepadatan tinggi.
Hujan di Matahari ini tentu saja jauh berbeda daripada di Bumi. Karena yang jatuh adalah gumpalan plasma panas, maka suhu hujan koronal ini mencapai 10.000 derajat Celsius.
Namun suhu hujan koronal ini masih tidak seberapa dibandingkan dengan temperatur large coronal loops. Bagian yang paling cerah dekat hujan koronal itu memiliki temperatur hingga satu juta derajat Celsius.
Karena kondisi Matahari yang sangat panas itu, wahana Solar Orbiter mengambil gambar dari jarak yang jauh.
Wahana Solar Orbiter berada sekitar sepertiga dari total jarak antara Bumi dan Matahari atau sekitar 0,33 unit astronomi (AU).
Jika unit astronomi itu dikonversi menjadi kilometer, maka 0,33 AU sama dengan 49.370.000 km. Jarak tersebut sudah termasuk sangat dekat, namun Solar Orbiter masih akan terus mendekati Matahari.
Wahana antariksa ini akan mencapai jarak terdekatnya dengan Matahari sekitar 43 juta km atau 0,287 AU pada 7 Oktober mendatang.
Bayangkan! Baru 49 jutaan km saja video yang diambil Solar Orbiter sudah menakjubkan, apalagi pada jarak sedekat 43 juta km.
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN