Kemendagri Sebut Ada Ormas yang Perlu Diluruskan, Siapa?

Reporter : Maulana Kautsar
Selasa, 26 November 2019 12:01
Kemendagri Sebut Ada Ormas yang Perlu Diluruskan, Siapa?
Dari yang bisa diajak kolaborasi hingga harus dibina.

Dream - Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian meminta Plt Dirjen Politik dan Pemerintah Umum (Polpum) Bahtiar, mendata organisasi masyarakat (ormas) yang biasa diajak berkolaborasi dengan pemerintah.

" Nanti saya minta Plt Dirjen Polpum kalau perlu dibuat klasifikasi berdasarkan variabel tertentu, ormas mana yang bisa diajak kolaborasi, mana ormas yang perlu dibina dulu, mana ormas yang perlu diluruskan sebelum dibina," kata Tito, dilaporkan Merdeka.com, Selasa, 26 November 2019.

Dilaporkan Antara, Tito mengusulkan kolaborasi antara pemerintah dan ormas karena kebutuhan. Dia mencontohkan, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang dianggap tidak punya kaki untuk turun ke masyarakat.

Tapi, dua kementerian itu punya anggaran untuk membuat program di masyarakat.

" Contohlah, Kementerian PPPA, Kementerian Kesehatan, misalnya, dia ada yang kurang. Nah ini bisa merangkul teman-teman Ormas untuk bergerak di bidang itu menjadi kaki untuk bergerak ke lapangan," ujar dia.

Tito mengatakan, banyak ormas yang tak mengetahui peran sentralnya. Untuk itu, pemerintah melalui Kemendagri ingin memberdayakan ormas-ormas yang ada saat ini untuk bergerak positif.

" Di Indonesia ini banyak sekali ormas-ormas yang positif. Tadi kita lihat di dalam, ada ynag bergerak di lingkungan hidup, macam-macam. Mungkin itu tidak tersentuh pimpinan (negara)" kata mantan Kapolri ini. 

 

1 dari 6 halaman

Mendagri Tito Karnavian: Tangkap Ormas Pemeras Warga!

Dream - Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Tito Karnavian, meminta organisasi masyarakat (ormas) tidak melakukan intimidasi. Mantan Kapolri itu juga meminta aparat penegak hukum bertindak tegas.

" Ya enggak boleh kayak kemarin yang viral mengintimidasi, negara tidak boleh kalah oleh ormas manapun juga. Kalau ada yang melakukan intimidasi, pemerasan, kekerasan, itu ada UU-nya. Tangkap," kata Tito, dikutip dari Liputan6.com, Kamis 7 November 2019.

Menurut Tito, tindakan sejumlah anggota ormas di Bekasi, yang meminta retribusi parkir ke pengelola mini market dengan tindak kekerasan, tidak boleh terjadi. Harusnya, tambah dia, pemerintah daerah mengajak semua pihak.

Ormas, kata dia, tidak boleh melakukan tindakan melanggar hukum dan pemerasan. " Masalah ormas ini ada aturannya. Ormas itu kalau melakukan pelanggaran hukum, misalnya intimidasi, pemerasan segala macem, tangkap saja. Tangkap saja kalau memang pidana. Tangkap saja oleh polda, polres," ucap dia.

Dia menegaskan, penegakan hukum terhadap ormas yang melakukan pemerasan tak akan menimbulkan efek sosial. Negara harus hadir untuk memberikan keamanan bagi masyarakatnya.

" Kalau nanti ada yang mengatakan nanti masyarakat bisa ribut, enggak! Masyarakat mana dulu. Negara tak boleh kalah, kekuatan hukum harus cukup," ujar dia.

2 dari 6 halaman

Cerita Korban Pemalakan Tanah Abang, 10 Pelaku Diringkus

Dream - Kasus pemalakan yang terjadi di Tanah Abang, Jakarta Pusat, telah ditangani polisi. Kapolres Jakarta Pusat, Kombes Harry Kurniawan, mengatakan telah menangkap 10 orang terkait kasus ini.

" Kami menangkap delapan preman lainnya. Kini totalnya ada 10 orang yang digelandang ke kantor polisi," ujar Harry, Jumat, 6 September 2019.

Harry mengatakan, dari total 10 pelaku empat ditetapkan sebagai tersangka. Selain Muhammad Nur Hasan dan Supriyatna yang sudah diamankan terlebih dahulu, ada Tasman, 22 tahun dan M. Iqbal Agus, 21 tahun.

Keempatnya memalak supir boks yang baru keluar dari Pasar Blik F, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Polisi menyebut, seorang korban awalnya diminta memberikan uang Rp500 kepada para pelaku.

" Korban akhirnya memberikan uang Rp2 ribu yang diambil dari kantong celananya," ujar dia.

Tak berhenti di situ. Sejumlah preman kemudian memalak korban. Akibatnya, korban harus merogoh kocek Rp25 ribu agar bisa melintas keluar.

Sumber: Liputan6.com/Ady Anugrahadi

3 dari 6 halaman

Polisi Tindak Aksi Pemalakan Pengemudi Mobil di Tanah Abang

Dream - Aksi pemalakan di Blok F, Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat ramai dibicarakan warganet. Dalam video tersebut, tampak sejumlah orang menahan laju mobil yang melintas dan memaksa pengemudinya memberikan uang.

Dari video yang diunggah Koalisi Pejalan Kaki, tampak pelaku bergerombol meminta mobil box. Tangan gerombolan itu masuk ke area pengemudi mobil.

Kapolres Jakarta Pusat, Kombes Harry Kurniawan mengatakan, dia menangkap dua orang atas kasus pemalakan tersebut. Pelaku diamankan pada Kamis, 5 September 2019, pukul 13.45 WIB.

" Petugas Kasubnit Buser Ipda M Yassyin bersama 2 anggota telah mengamankan 2 pelaku preman," kata Harry, dilaporkan Merdeka.com, Jumat, 6 September 2019.

Dua pelaku diketahui bernama Supriyatna, 20 tahun, warga Kampung Bali, Tanah Abang, dan M Nurhasan, 29 warga Bekasi yang tinggal di Tanah Abang.

Supriyatna dan Nurhasan diamankan saat berada di pintu keluar Blok F Pasar Tanah Abang.

" Dari Supriyatna barang bukti Rp 54 ribu. Sementara dari Nurhasan diamankan barang bukti Rp 45 ribu," ujar dia.

4 dari 6 halaman

`Makan Tempat`, Pria Gemuk `Dipalak` Penumpang Lain

Dream – Di dunia penerbangan, ada saja maskapai yang meminta penderita obesitas untuk membeli lebih dari satu tiket di penerbangan komersial. Tujuannya agar kenyamanan penumpang tetap terjaga.

Lalu, bagaimana jika ada satu orang dalam penerbangan internasional yang mengambil alih penagihan itu, ketika operator tidak melakukan pekerjaan mereka yang satu itu?

Dikutip dari Auto Evolution, Minggu 9 Maret 2019, ada seorang warganet di situs sosial populer Reddit —nama anonim—, yang bertanya kepada warganet tentang meminta bayaran US$150 kepada penderita obesitas yang duduk di sebelahnya, apakah pantas atau tidak.

Warganet ini hendak terbang ke suatu tempat dengan penerbangan selama lima jam. Cerita ini bermula ketika yang bersangkutan hendak terbang.

Dia memesan kursi dekat lorong. Di barisan ini, hanya ada dua kursi. Tempat ini dipilih agar merasa nyaman untuk terbang selama 5 jam.

Sayangnya, tak disebutkan nama maskapai dan rute penerbangan yang ditempuh.

Lalu, ada seorang pria gemuk yang berjalan di pesawat dan menuju ke arah warganet ini. Ternyata, pria gemuk yang disebutnya penderita obesitas ini duduk di kursi yang di sampingnya ada kursi jendela.

Warganet itu bangkit dan mempersilakan orang ini masuk.

5 dari 6 halaman

Dianggap Makan Tempat, Warganet Ini Lakukan Sesuatu

Ternyata, `tetangganya` ini makan tempat. Dikatakan penumpang ini juga “ makan” kursi di sampingnya. Karena harus terbang lima jam, warganet memanggil pramugari untuk memindahkan sang pria.

Pramugari datang memberi tahu pria gemuk. Kalau penumpang lain tak membiarkannya berbagi tempat duduk, dia harus turun dari pesawat.

“ Pria itu tampak malu dan tak mau bangun. Dia menyebutkan tak bisa menunggu penerbangan nanti,” kata warganet.

Dia juga merasakan dilema. Warganet ini kasihan, tapi, juga memikirkan kenyamanan penerbangan dalam waktu yang lama. Akhirnya, warganet ini memberikan opsi win win solution kepada pria gemuk.

“ Saya akan tahan ini kalau kamu memberikan uang US$150 (Rp2,15 juta). Itu setengah dari biaya penerbangan,” kata dia.

Warganet ini berpendapat bahwa uang yang diminta adalah kompensasi atas ketidaknyamanan dalam penerbangan. Pria gemuk ini sepakat dan memberikan uang tunai.

“ Dia langsung setuju, lalu mengeluarkan uang tunai dan membayar saya. Dikatakan bahwa saya menghargainya,” kata warganet.

6 dari 6 halaman

Memeras?

Sikap pengunggah ini menimbulkan reaksi dari penumpang lainnya. Beberapa penumpang berbisik-bisik dan melihat ke arahnya.

Pertanyaan ini menjadi perbincangan warganet. Banyak komentar menyebut si pengunggah itu memeras pria gemuk dengan meminta kompensasi.

Bahkan, cara ini juga dianggap sebagai tindakan penghinaan di depan umum.

Tapi, tak sedikit juga yang menyalahkan pria gemuk karena tidak membeli dua tiket sejak awal. (ism)

Beri Komentar
Jangan Lewatkan
More