Nadiem Makarim Larang Penggunaan Plastik di Kemendikbud

Reporter : Maulana Kautsar
Senin, 13 Januari 2020 10:00
Nadiem Makarim Larang Penggunaan Plastik di Kemendikbud
Nadim berharap pegawai di lingkungan kementeriannya membawa botol minum dan makanan miliknya sendiri.

Dream - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim, melarang penggunaan kantong plastik dan kemasan air minum sekali pakai di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

Imbauan tersebut tertuang dalam surat edaran Nomor 12 Tahun 2019 tanggal 26 November 2019 tentang Larang Penggunaan Kemasan Air Minum Berbahan Plastik Sekali Pakai dan/atau Kantong Plastik di Lingkungan Kemendikbud.

Menurut laman resmi Kemendikbud, Nadiem meminta pejabat dan pegawai di kementeriannya tidak menggunakan bahan-bahan yang dapat menimbulkan sampah, seperti piring, gelas, kemasan air minum berbahan plastik sekali pakai, dan/atau kantong plastik di lingkungan kerja masing-masing.

Di dalam pelaksanaan kegiatan rapat, sosialisasi, pelatihan, dan kegiatan sejenis di kantor, dia berharap pegawai tidak menggunakan pembungkus makanan atau kemasan minuman plastik. Selain itu, di setiap ruang kerja, ruang pertemuan, ruang rapat, aula harus tersedia dispenser dan atau teko air minum, dan gelas minum.

Nadiem mengimbau seluruh pegawai Kemendikbud meningkatkan penggunaan peralatan makan dan minum yang terbuat dari kaca, melamin, keramik, dan rotan.

Pegawai juga diharapkan membiasakan diri dengan penggunaan botol minum sebagai alat minum dan membawa alat makan pribadi. Aktivitas jual beli di area kantin Kemendikbud juga harus dapat meningkatkan penggunaan kantong yang dapat digunakan kembali.

Surat edaran tersebut juga mencantumkan imbauan agar mengurangi penggunaan spanduk, backdrop, baliho, dan media iklan lainnya yang berbahan plastik pada kegiatan rapat, sosialisasi, pelatihan, dan kegiatan sejenis lainnya.

Nadiem berharap, pimpinan tiap unit kerja diharapkan dapat melakukan sosialisasi terhadap pegawai di unit kerja masing-masing mengenai larangan penggunaan kemasan air minum berbahan plastik sekali pakai dan/atau kantong plastik.

1 dari 4 halaman

Nadiem Makarim Gandeng Netflix

Dream - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) membuka kerja sama dengan layanan media streaming digital Netflix. Kerja sama ini ditempuh untuk meningkatkan pertumbuhan perfilman di Indonesia.

" Kami apresiasi Netflix yang memberikan dukungan terhadap pertumbuhan perfilman Indonesia. Kemitraan ini kita lakukan sebagai upaya mendukung dan menginternasionalkan produksi film anak bangsa," kata Mendikbud, Nadiem Makarim, dikutip dari Liputan6.com, Kamis 9 Januari 2019.

Nadiem mengatakan, kerja sama dengan Netflix ini berfokus pada kemampuan kreatif, di antaranya, penulisan kreatif (creative writing), pelatihan pasca-produksi, serta undangan untuk mengirim konsep cerita film pendek.

Tidak hanya teknis pembuatan film, kerja sama juga mendukung upaya pelatihan bidang keamanan online serta tata kelola industri kreatif.

" Kami percaya, inovasi-inovasi yang terus dihasilkan Kemendikbud seperti ini akan mendorong tumbuhnya ekosistem kreatif Indonesia, memungkinkan pembuat film Indonesia untuk mengekspor lebih banyak produk kreatif ke luar negeri," kata dia.

2 dari 4 halaman

Film-film Indonesia

Kuek Yu-Chuang Managing Director, Netflix Asia Pacific, mengaku sangat terkesan dengan cerita-cerita film dari Indonesia yang ditayangkan di Netflix. Dengan kerja sama ini diharapkan akan ada lagi film yang mengangkat tema Indonesia.

" Kami percaya akan ada banyak cerita hebat yang dihasilkan dari Indonesia. Melalui inisiatif-inisiatif ini, kami ingin bisa berkontribusi pada pertumbuhan komunitas kreatif di Indonesia. Netflix juga berharap cerita-cerita tersebut bisa membawa tema-tema unik mengenai Indonesia dan dapat dinikmati oleh masyarakat dunia," ucap dia.

Dalam hal kemitraan ini, Kemendikbud dan Netflix akan membuat suatu workshop yang akan diikuti oleh 100 peserta dari penulis naskah film di Indonesia. Nantinya, 15 orang akan diberangkatkan ke Los Angeles, California.

Sumber: Liputan6.com

3 dari 4 halaman

Jokowi Dukung Nadiem Makarim Hapus Ujian Nasional

Dream - Jokowi mendukung langkah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makariem, yang akan menghapus pelaksanaan Ujian Nasional (UN) mulai 2021. Dia setuju UN digantikan dengan asesmen kompetensi minimum.

" Sudah diputuskan oleh Mendikbud. Bahwa UN mulai 2021 sudah dihapus. Artinya sudah tidak ada UN lagi tahun 2021," kata Jokowi, ikutip dari Liputan6.com, Kamis 12 November 2019.

Presiden bernama lengkap Joko Widodo itu menegaskan dukungannya terhadap kebijakan Nadiem. " Nanti sudah dihitung, saya kira kita mendukung apa yang sudah diputuskan Mendikbud," ucap dia.

Menurut Jokowi, asesmen akan diterapkan kepada sekolah dan guru serta ada survei karakter. Hasil asesmen dapat dijadikan bahan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana tingkat sekolah di Indonesia.

" Artinya mau tidak mau nanti setiap sekolah akan ada angka-angkanya. Yang angkanya di bawah grade tentu saja harus diperbaiki dan diinjeksi sehingga bisa naik levelnya. Akan kelihatan sekolah mana yang perlu disuntik," ujar dia.

Jokowi mengatakan, kebijakan tersebut sepenuhnya ada di pemerintah pusat. Menurut dia, apabila kebijakan tersebut membuat kualitas pendidikan di Indonesia meningkat, maka akan terus dilanjutkan.

" Bisa saja nanti misalnya, perhitungan Kemendikbud seperti apa, guru ditarik lagi ke pusat. Bisa saja dilakukan. Ini hanya geser anggaran dari daerah ke pusat. Itu saja," kata dia.

Sumber: Liputan6.com/Lizsa Egeham

4 dari 4 halaman

UN 2020 Jadi yang Terakhir, Ini Pengganti Ujian Nasional 2021

Dream - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim menyebut, Ujian Nasional (UN) pada 2020 akan menjadi yang terakhir. Pada 2021, UN akan digantikan dengan Asesmen Kompentensi Minimum dan Survei Karakter.

" Penyelenggaraan UN tahun 2021, akan diubah menjadi Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter, yang terdiri dari kemampuan bernalar menggunakan bahasa (literasi), kemampuan bernalar menggunakan matematika (numerasi), dan penguatan pendidikan karakter," kata Nadiem, Rabu, 11 Desember 2019.

Nadiem mengatakan, UN dianggap kurang ideal untuk mengukur prestasi belajar. Materi UN, kata dia, dianggap terlalu padat, sehingga cenderung berfokus pada hafalan, bukan kompetensi.

" Ini sudah menjadi beban stres antara guru dan orang tua. Karena sebenarnya ini berubah menjadi indikator keberhasilan siswa sebagai individu," ujar dia.

Nadiem mengatakan, kondisi itu menjauhkan semangat UN untuk asesmen sistem pendidikan. Lebih jauh, dia menyoroti aspek kognitif dari UN.

Dia menyebut, UN tidak menyentuk aspek kognitif, namun lebih kepada penguasaan materi.

" Dan belum menyentuh karakter siswa secara lebih holistik," kata dia.

(Sah, Sumber: Liputan6.com/Yopi Makdori)

Beri Komentar