Asekjen MUI, Nadjamuddin Ramly
Dream - Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyerukan agar masyarakat tidak melakukan aktivitas berkerumun demi menekan penularan wabah Covid-19. MUI pun menyesalkan sejumlah fakta tentang munculnya kerumunan dalam sepekan terakhir.
" Kita sangat menyesalkan, kerja keras sepuluh bulan dihancurkan oleh kegiatan-kegiatan kerumunan dalam satu pekan terakhir," ujar Wasekjen MUI, Nadjamuddin Ramly, melalui keterangan tertulis.
Ramly menyatakan MUI tetap berkomitmen mendukung Satuan Tugas Penanganan Covid-19 dalam mengedepankan upaya penyelamatan jiwa manusia. Karena penyelamatan jiwa sejalan dengan ajaran Islam.
" Umat Islam tahu betul, untuk dan atas nama penyelamatan jiwa manusia, yang wajib pun bisa diringankan," kata dia.
Dia mencontohkan kewajiban Sholat Jumat di masjid bisa dilakukan di rumah, Sholat Idul Fitri di lapangan, bisa di rumah. Demikian pula, merapatkan shaf saat sholat berjamaah bisa diatur menjadi berjarak.
" Itu semua atas nama dan demi penyelamatan manusia. Dalilnya pun jelas, baik dalil naqli maupun dalil aqli, baik yang bersumber dari Alquran dan hadis maupun pemikiran ulama," ucap Ramly.
Menanggapi situasi pandemi, Ramly mengatakan tidak kurang dari 12 fatwa telah diterbitkan MUI. Seperti tata cara sholat bagi tenaga kesehatan sedang merawat pasien Covid-19, pemulasaraan jenazah positif Covid-19, maupun Sholat Idul Fitri dan Idul Adha di rumah.
Ketua Satgas Covid-19 PBNU, dr. M. Makky Zamzami, menekankan agar tidak terjadi lagi kerumunan di tengah pandemi Covid-19 di waktu mendatang. Dia menilai Satgas Covid-19 pusat dan daerah serta seluruh pemangku kepentingan untuk menjalankan langkah antisipasi terhadap potensi lonjakan kasus akibat musim libur akhir 2020.
" Bila perlu, disesuaikan dengan kearifan lokal. Pesan-pesan protokol kesehatan, lebih baik jika dibuat berbeda antara satu bulan dan bulan yang lain. Bentuk, cara, dan strateginya berbeda, tetapi tujuannya sama," kata Makky.
Sekretaris Satgas Covid-19 PP Muhammadiyah, Arif Nur Kholis, mengatakan 82 rumah sakit Muhammadiyah di seluruh Indonesia saat ini telah merawat 17 ribu pasien Covid-19 dengan jumlah yang terus bertambah dari hari ke hari. Dia menekankan perlunya perubahan perilaku pada masyarakat.
Kampanye perubahan perilaku bukan tanpa hambatan. Hal yang sangat disesalkan adalah perilaku elit yang justru menurunkan persepsi masyarakat terhadap tingkat kepatuhan menjalankan protokol kesehatan.
Saat semua elemen bekerja keras mengubah perilaku masyarakat agar disiplin menerapkan protokol kesehatan, ada elite masyarakat lain yang justru abai, bahkan terkesan menabrak. Dampaknya sangat serius terhadap indeks persepsi masyarakat.
" Kesan yang timbul di masyarakat bisa sangat keliru. Menduga kalau situasi sudah aman," ucap Arif.
Selalu ingat #PesanIbu untuk selalu mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak untuk pencegahan virus COVID19. Jika tidak, kamu akan kehilangan orang-orang tersayang dalam waktu dekat.
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Peneliti Ungkap Pemicu Perempuan Sanggup Bicara 20 Ribu Kata Sehari?
Kata Ahli Gizi Soal Pentingnya Vitamin C untuk Tumbuh Kembang Anak
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia