Ketua Tanfidziyah PBNU, Robikin Emhas (Merdeka.com)
Dream - Ketua Tanfidziyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Robikin Emhas, meminta pemerintah tidak berlaku diskriminatif terhadap masjid di masa new normal. Dia meminta pengurus masjid tidak dipersulit dengan keharusan adanya surat bebas Covid-19.
Robikin menegaskan surat tersebut seharusnya juga diberlakukan pada sektor lain, terutama yang berkaitan dengan ekonomi, seperti mal dan pasar.
" Kalau di bidang ekonomi, katakan saja di pasar, mal, plaza, industri dan sejenisnya tidak diperlukan prosedur birokrasi yang berbelit dengan pengajuan izin, maka seharusnya demikian juga untuk tempat ibadah. Jangan ada kesan diskriminatif dan perlakukan yang tidak setara," ujar Robikin, dikutip dari Merdeka.com.
Menurut Robikin, masa new normal dijalankan dengan tetap memperhatikan kondisi aktual di tengah pandemi Covid-19 di masing-masing daerah. Selain itu, masa new normal memungkinkan kegiatan di bidang ekonomi maupun lain-lainnya dijalankan sehingga dia meminta sektor lain juga diterapkan kebijakan yang sama.
" Maka bidang-bidang yang lain juga harus mendapat perlakuan sama (equal treatment), termasuk di bidang kegamaan semisal fungsionalisasi tempat peribadatan," kata dia.
Meski begitu Robikin menegaskan protokol kesehatan tetap harus diperhatikan dan dijalankan. Hal itu dianggap sebagai ikhtiar lahir.
" Menjaga kesehatan dan keselamatan, sesuatu yang juga merupakan perintah agama," kata dia.
New normal, tambah Robikin, harus dipahami tidak hanya sebatas perilaku hidup aman dari Covid-19 dan masyarakat tetap produktif secara ekonomi.
" Lebih dari itu adalah bekerjanya sistem kehidupan yang didasarkan nilai-nilai humanistik dan standar etik universal di segala bidang," ucap Robikin.
Atas dasar itulah, Robikin berpandangan harus ada proses kesetaraan dan keadilan. Dua hal tersebut harus menjadi dasar dalam pengambilan keputusan pemerintah dalam mencegah penularan dan mengatasi Covid-19.
Sumber: Merdeka.com/Intan Umbari Prihatin
Dream - Sampai saat ini kasus pandemi Covid-19 belum menunjukkan angka penurunan. Setiap hari di Indonesia, jumlah korban jiwa malah terus bertambah. Kondisi ini tentunysa sangat memprihatinkan.
Salah satu dampaknya adalah umat muslim tak bisa ke masjid untuk berjamaah karena bisa meningkatkan risiko penularan Covid-19 secara lebih masif. Padahal, tidak lama lagi bulan suci Ramadan datang.
Terkait hal ini pihak Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengimbau pengurus NU, warga NU, dan masyarakat secara umum untuk tetap menyelenggarakan salat tarawih dan salat idhul fitri di rumah masing-masing.
Imbauan ini disampaikan dalam Surat Instrukti PBNU Nomor 3945/C.I.34/03/2020 tentang Protokol NU Peduli Covid-19 dan Surat Instrukti Nomor 3952/C.I.34/03/2020 pada 3 Maret 2020 atau 9 Sya’ban 1441 H.
“ Imbauan pelaksanaan ibadah Ramadhan di rumah ini disesuaikan dengan protokol pencegahan penyebaran Covid-19 yang ditetapkan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah masing-masing sebagai ikhtiar NU untuk menahan laju dan memutus mata rantai sebaran Covid-19,” kata Ketua PBNU H Robikin Emhas, dikutip dari NU Online.
PBNU juga meminta masyarakat untuk melaksanakan ibadah wajib dan meningkatkan ibadah melalui ibadah sunnah, yaitu sedekah, tadarus Al-Qur’an, wirid, mujahadah, itikaf, mendoakan orang-orang terdahulu, dan jenis ibadah lainnya dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah terutama pada bulan Ramadan selama darurat Covid-19.
Tak lupa, masyarakat muslim diingatkan untuk terus memperkuat tali silaturrahim, menjaga hubungan sosial antar sesama dalam momentum Hari Raya Idul Fitri 1441 Hijriah, dan bahu-membahu membangun solidaritas untuk melakukan pencegahan Covid-19.
Semua dilakukan dengan tetap berpegang pada kebijakan pembatasan sosial (social distancing) dan jarak fisik (physical distancing). Mengutip Kitab Al-Minhajul Qawim karya Ibnu Hajar Al-Haitami, LBM PBNU menyebutkan uzur yang dapat menggugurkan kewajiban mengikuti shalat Jumat dan kesunnahan menghadiri salat jamaah termasuk salat tarawih dan salat idhul fitri, yaitu hujan yang dapat membasahi pakaian, salju, cuaca dingin baik siang maupun malam, sakit (berat) yang membuatnya sulit untuk mengikuti salat Jumat dan salat jamaah, dan kekhawatiran atas gangguan keselamatan jiwanya, kehormatan dirinya, atau harta bendanya.
Selengkapnya baca di NU Online
Dream - Sholat Jumat termasuk salah satu ibadah inti dalam Islam. Ibadah ini berlaku wajib bagi pria muslim, tetapi sunah bagi muslimah. Bisa dibilang, Sholat Jumat mengandung konsekuensi sangat besar untuk orang yang sengaja melalaikannya.
Lazim kita mendengar seorang Muslim yang dengan sengaja meninggalkan Sholat Jumat sebanyak tiga kali tanpa alasan yang dibenarkan, dia bisa dikategorikan sebagai seorang kafir.
Sejak wabah corona melanda di bulan Maret yang lalu, banyak masjid tidak menyelenggarakan Sholat Jumat atas imbaun pemerintah dan ulama di seluruh dunia. Ini dimaksudkan untuk mencegah potensi jemaah tertular wabah virus corona.
Di Indonesia sendiri, sejumlah masjid diketahui tidak menyelenggarakan ibadah Sholat Jumat minimal dua kali. Jemaah diimbau sholat di rumah dan menggantinya dengan Sholat Zuhur.
Tetapi, masih banyak orang yang ragu dan khawatir menjadi kafir jika meninggalkan Sholat Jumat di tengah virus corona. Apakah benar hukum status kafir berlaku bagi mereka yang meninggalkan Sholat Jumat tiga kali di tengah wabah virus corona seperti sekarang?
Ada baiknya menyimak penjelasan seorang dai, Ustaz Khalid Basalamah. Dia membuat video penjelasan mengenai masalah ini dan diunggah kembali oleh akun Instagram @makassar_iinfo.
Dalam video tersebut. Ustaz Khalid mengatakan ancaman kafir ditetapkan oleh Rasulullah Muhammad SAW kepada mereka yang tahawun atau bermalas-malasan. Yaitu mereka yang meninggalkan Sholat Jumat tanpa uzur dan hanya karena malas.
" Tapi ini ada uzur, ini lain, insya Allah tidak ada hitungannya," kata Ustaz Khalid.
Sampai lebih dari tiga kali meninggalkan Sholat Jumat karena menghindari virus corona, Ustaz Khalid menilainya tidak ada masalah. Sebab, cara tersebut merupakan bagian dari menerapkan perintah Rasulullah untuk mengindari bahaya.
" Jadi kita tidak boleh menyusahkan orang. Anda kalau masuk ke masjid sementara Anda tidak sadar menyebarkan corona kepada mereka atau Anda tertimpa (terkena virus corona), kan jadi masalah," kata Ustaz Khalid.
Lebih lanjut, Ustaz Khalid meminta umat Islam tidak perlu khawatir.
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN