Social Distancing Di Mal Di Surabaya (Foto: Instagram Makassar_iinfo)
Dream - Pembatasan jarak (social distancing) saat dianggap jadi cara paling bisa dilakukan untuk mencegah penularan virus corona (Covid-19).
Pasalnya, virus tersebut bisa dengan mudah menular melalui droplet (percikan liur) melalui bersin, batuk atau saat berbicara.
(Foto: Instagram Makassar_iinfo)
Konsep social distancing akhirnya diterapkan secara ketat di fasilitas publik dan area umum.
Seperti yang dilakukan di beberapa mal di Surabaya, Jawa Timur. Dikutip dari akun Instagram @makassar_iinfo, batas sosial ditandai mulai dari lift dan antrean.
(Foto: Instagram Makassar_iinfo)
Para pengunjung tampak mematuhi batasan tersebut dengan tidak berdiri berdekatan.
Para petugas juga berusaha melakukan pengawasas. Mereka menggunakan masker dan meminta pengunjung untuk menaati batasan social distancing yang sudah dipasang.
Dream - Cepatnya penyebaran virus corona membuat orang membeli semua kebutuhan kesehat untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
Baik berupa vitamin, handsanitizer dan masker. Bahkan, banyak orang yang menimbun kebutuhan kesehatan sehingga harga menjadi melonjak dan stok di pasaran menjadi kosong.
Justru hal yang penting dilakukan saat ini adalah melakukan 'social distancing' yang berarti menghindari kontak dekat dengan orang lain atau menjaga jarak sekitar 2 meter, mengurangi kegiatan berkumpul yang dirasa tidak terlalu penting dan menghindari keramaian seperti pusat perbelanjaan untuk menghindari kontak yang dapat meningkatkan risiko penularan COVID-19.
“ Social distancing berarti tidak melakukan perjalanan yang tidak penting, berusaha untuk mengingat seberapa banyak kontak dengan orang lain, bekerja dari jarak jauh, dan tidak menghadiri pertemuan dengan orang banyak,” kata Amesh A. Adalja, MD, Pakar Penyakit Menular, di John Hopkins Center for Health Security.
Prosedur dalam isolasi diri atau karantina pada dasarnya sama, yaitu berada di rumah dan menghindari keramaian dan juga membatasi kontak dengan orang lain dengan tingkat yang berbeda.
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), Amerika Serikat, isolasi diri yaitu memisahkan orang sakit dengan orang yang tidak sakit, dan itu bisa berada di bawah pengawasan medis atau tidak.
Di sisi lain, karantina mengacu pada pemisahan dan membatasi pergerakan mereka yang belum sakit, tapi telah terpapar virus guna untuk melihat kondisi kesehatan kedepan.
CDC juga merekomendasikan mereka yang mengisolasi diri atau karantina sendiri untuk memantau gejalanya dengan berkomunikasi dengan dokter jika gejalanya memburuk, istirahat yang cukup, dan sering mencuci tangan menggunakan sabun serta membersihkan rumah.
Laporan Cindy Azari/ Sumber: Health
Dream - Achmad Yurianto, juru bicara yang ditunjuk pemerintah untuk menjelaskan soal detail kasus corona virus (Covid-19) pada Selasa 17 Maret 2020, mengungkap tak semua pasien positif corona harus dirawat di rumah sakit.
Pada mereka yang kondisinya tidak parah bisa melakukan isolasi di rumah. Yurianto juga menjelaskan detail cara mengisolasi diri di rumah bagi penderita Covid-19.
" Isolasi di rumah bukan sesuatu yang sulit namun membutuhkan komitmen yang kuat dari pasien dan keluarganya. Pasien ini harus memakai masker selama menjalani isolasi rumah," ungkapnya.
Hal yang juga sangat penting adalah pasien harus menjaga jarak dengan seluruh anggota keluarga lain di rumah. Termasuk tidak menggunakan alat makan dan minum bersama.
" Pastikan cukup istirahat, asupan gizinya cukup, dan kemudian juga menjaga betul untuk tidak kontak dekat tanpa perlindungan dengan anggota keluarga," pesan Yurianto.
Tidur di kamar sendirian dan tak ada orang lain di ruangan tersebut akan sangat baik. Hal terpenting adalah tidak menularkan orang lain dan menjaga sistem kekebalan tubuh bekerja optimal.
Dream - Tubuh sudah dibuat sedemikian rupa oleh Allah SWT memiliki sistem imunitasnya sendiri. Sel tubuh bakal mengenali virus dan bakteri, dan menjadi modal penting untuk melawan penyakit.
Pada beberapa orang ada yang mudah jatuh sakit, sementara ada juga yang tidak. Hal ini sangat dipengaruhi oleh sistem kekebalan atau imunitas yang dimiliki. Hal ini juga berlaku pada virus corona (Covid-19).
Mungkin Sahabat Dream penasaran, mengapa beberapa pasien bisa jadi kritis dan sebagian lagi tidak? Dikutip dari New York Times, sekitar 80 persen orang terinfeksi virus Covid-19 memiliki gejala yang relatif ringan.
Sementara sekitar 20 persen pasien dalam kondisi yang berat. Para ahli mengatakan efeknya tergantung pada seberapa kuat atau melemahnya sistem kekebalan seseorang. Orang yang lebih tua di atas 50 tahun atau mereka yang memiliki masalah kesehatan seperti diabetes atau penyakit kronis lainnya lebih cenderung mengembangkan gejala yang parah.
" Salah satu pasien, seorang wanita berusia 84 tahun dengan diabetes, meninggal karena pneumonia yang disebabkan oleh coronavirus," kata Dr. Shu-Yuan Xiao, seorang profesor patologi di Fakultas Kedokteran Universitas Chicago, Amerika Serikat.
Bisa juga setelah terserang virus Covid-19, pasien stabil selama beberapa hari. Namun setelah mengalami penurunan kondisi signifikan, karena daya tahan tubuhnya tak dijaga dengan baik.
" Beberapa pasien dapat tetap stabil selama lebih dari seminggu dan kemudian tiba-tiba terserang pneumonia," kata Dr. Xiao.
Beberapa pasien di China yang sembuh dari Corona juga diketahui kembali mengalami keluhan setelahnya. Hal ini karena virus Covid-19 telah merusak jaringan paru-paru yang rentan diserang oleh bakteri. Beberapa pasien bahkan akhirnya meninggal karena infeksi bakteri, bukan karena virus.
Laporan Cindy Azari
Advertisement
Penasaran Suasana Kuliah, Kakek 60 Tahun Wujudkan Impian Jadi Mahasiswa
Berawal Dangdut Keliling, Ini Sumber Penghasilan Ayu Ting Ting yang Kini Jadi Artis Tajir
Diet Telur yang Benar Efektif Turunkan Berat Badan, Pastikan Perhatikan Hal Ini
Romantis Berujung Nangis Bareng, El Rumi Lamar Syifa Hadju di Swiss
Pemicu Stroke Mendadak, Kondisi Mematikan yang Datang Tanpa Disadari
Foto Nisya Ahmad Kecil Mirip Banget Lily, Netizen: Memang Sudah Takdir