Mak Yati (Merdeka)
Dream - Ini memang kisah lawas. Sudah terjadi setahun silam. Cerita soal sepasang pemulung yang berjuang mengumpulkan uang untuk membeli kambing sebagai hewan kurban pada Idul Adha. Namun, perjuangan keduanya tak akan pernah usang untuk ditiru oleh Muslim lain.
Pasangan pemulung itu adalah Yati dan Maman. Pendapatan dari memungut sampah di kawasan Jakarta Selatan tentu tidaklah seberapa. Jika hasil keduanya digabung, waktu itu rata-rata hanya mendapat Rp 25 ribu perhari.
Bagi orang lain, mungkin penghasilan itu sangat kurang untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Apalagi untuk hidup di Ibukota Jakarta. Dan kala itu, niat Yati dan Maman sempat menjadi bahan tertawaan warga di sekitarnya.
" Pada ketawa, bilang sudah pemulung, sudah tua, nggembel ngapain kurban," kata Yati dikutip Dream dari merdeka.com.
Tapi Yati dan maman tak mengubris komentar warga. Mereka tetap meneruskan niatnya untuk membeli hewan kurban. Akhirnya setelah menabung tiga tahun, mereka bisa membeli dua ekor kambing. Masing-masing berharga Rp 1 juta dan Rp 2 juta.
Dua ekor kambing itu diserahkan ke panitia kurban Masjid Raya Al Ittihad, Tebet Barat, Jakarta Selatan. Kala itu, suasana sangat haru. Bahkan pengurus masjid sempat tidak tega menerima hewan itu. Sebab Mak Yati, begitu dia biasa dipanggil, belum masuk hitungan wajib berkurban.
" Pada bilang apa tidak sayang, mending uangnya untuk yang lain. Tapi saya pikir sekali seumur hidup masa tidak pernah kurban. Malu cuma nunggu daging kurban," tutur Mak Yati.
Advertisement
Jadi Pahlawan Lingkungan Bersama Trash Hero Indonesia

10 Brand Kosmetik Paling Ramah Muslim di Dunia, Wardah Nomor Satu

KAJI, Komunitas Bagi Para Alumni Mahasiswa Indonesia di Jepang

4 Komunitas Seru di Depok, Membaca Hingga Pelestarian Budaya Lokal

Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
