PJ Sekda Makassar Dukung Komitmen DKP untuk Meningkatkan Ketahanan Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal dan Urban Farming

Reporter : Daniel Mikasa
Jumat, 26 Juli 2024 17:54
PJ Sekda Makassar Dukung Komitmen DKP untuk Meningkatkan Ketahanan Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal dan Urban Farming
Harapannya, hasil yang dicapai dapat dinikmati oleh seluruh warga kota dan berkontribusi dalam menstabilkan inflasi di Makassar.

Seiring dengan terus meningkatnya jumlah penduduk di Kota Makassar, kebutuhan akan pangan juga semakin tinggi.

Untuk itu, Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Kota Makassar melalui Focus Group Discussion (FGD) berkomitmen untuk terus melakukan pemberdayaan masyarakat demi tercapainya ketahanan pangan di kota ini.

Komitmen tersebut mendapat dukungan penuh dari PJ Sekda Makassar, Firman Hamid Pagarra, yang memimpin jalannya FGD yang dilaksanakan di Ruang Rapat Sekda, Balaikota Makassar, pada Jumat, 26 Juli 2024.

Firman menyebutkan ada tiga hal utama yang dibahas dalam FGD ini, yakni penanggulangan kemiskinan ekstrem, pengendalian inflasi, dan kurangnya lahan pertanian di Makassar.

Ketiga isu ini dianggap sangat penting untuk segera mendapatkan solusi.

“ Kami terkenal dengan program lorong wisata. Lorong-lorong ini disebut oleh Wali Kota sebagai sel-sel kota. Pada periode pertama, lorong-lorong ini dikenal dengan nama lorong garden, kemudian menjadi lorong wisata, dan salah satu program di dalamnya adalah budidaya pangan,” kata Firman.

Firman menambahkan bahwa pemanfaatan ruang terbatas di perkotaan harus dimaksimalkan untuk menghasilkan produksi pangan.

Selain itu, program ini juga bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, menciptakan kenyamanan hidup di tengah polusi udara perkotaan, dan memberikan sentuhan estetika pada lingkungan sekitar.

Menurut Firman, salah satu langkah untuk meningkatkan produktivitas pangan di perkotaan adalah dengan mengimplementasikan metode urban farming.

“ Urban farming kami dukung untuk memastikan pemenuhan pangan yang merata di Makassar. Penerapan metode ini dilakukan melalui beberapa tahap dan melibatkan koordinasi dengan Kelompok Wanita Tani (KWT) serta RT/RW setempat,” jelasnya.

Selain tahapan tersebut, program lorong wisata urban farming juga melibatkan masyarakat secara langsung, seperti pembentukan dewan lorong, influencer lokal atau *bassi barania*, serta penguatan peran ketua RT/RW yang ikut berperan menjaga keberlanjutan program lorong wisata.

Melalui FGD ini, Firman berharap forum ini dapat memberikan masukan serta ide-ide konstruktif yang dapat dilaksanakan untuk memperbaiki pengelolaan pangan di Makassar.

Harapannya, hasil yang dicapai dapat dinikmati oleh seluruh warga kota dan berkontribusi dalam menstabilkan inflasi di Makassar.

---

Semoga hasil rewrite ini sesuai dengan yang kamu harapkan! Jika ada yang perlu disesuaikan, beri tahu saya ya.

Beri Komentar