Polwan Surakarta Dibekuk, Diduga Terpapar Terorisme

Reporter : Maulana Kautsar
Jumat, 4 Oktober 2019 11:02
Polwan Surakarta Dibekuk, Diduga Terpapar Terorisme
Diduga terpapar radikalisme ISIS.

Dream - Seorang polisi wanita (polwan) di Surakarta, Jawa Tengah dibekuk detasemen khusus (Densus) 88 Antiteror Polri. Polwan berinisial NOS itu diduga terlibat jaringan terorisme melalui media sosial.

" Sedang dilakukan pemeriksaan dan pendalaman oleh Densus 88. Sementara ini dia diduga terpapar kepada paham-paham radikalisme dari ISIS, tapi masih juga didalami," ucap Kabag Penerangan Umum Divisi Humas Polri, Kombes Asep Adi Saputra seperti dilansir Liputan6.com, Jumat, 4 Oktober 2019.

Asep menyebut, NOS dibekuk di Yogyakarta pada Jumat, 27 September 2019. Polwan berpangkat Bripda itu diduga masuk ke jaringan teroris Wawan Wicaksono, yang diamankan polisi di Salatiga, Jawa Tengah, pada hari yang sama.

NOS sempat diamankan karena meninggalkan tugas saat di Surabaya, Jawa Timur. Dia menggunakan identitas palsu dalam penerbangannya dari Ternate ke Surabaya.

" Nanti akan direkomendasikan PTDH (Pemberhentian Tidak dengan Hormat)," kata Asep soal penangkapan terduga teroris.

Sumber: Liputan6.com/Nanda Perdana Putra

1 dari 5 halaman

Hati-Hati, Teroris Galang Dana Lewat Lembaga Kemanusiaan

Dream - Karopenmas Divisi Humas Polri, Brigjen Dedi Prasetyo menyebut, Jemaah Islamiyah (JI) mengumpulkan uang operasional melalui donasi kemanusiaan. Mereka mengumpulkan dana itu melalui lembaga yang biasa aktif di media sosial.

" Dari Densus sudah memberikan data pada PPATK terkait masalah JI. Dari hasil pemeriksaan tersangka yang sudah diamankan, yang bersangkutan memiliki beberapa usaha," kata Dedi, dikutip dari Merdeka.com, Kamis 8 Agustus 2019.

Menurut Dedi, usaha itu semisal perusahaan atau kebun. Uang hasil usaha itu akan masuk ke rekening kelompok JI. Tersangka yang telah ditangkap itu juga menggalang dana dengan dalih kepentingan masyarakat.

" Padahal dana tersebut bukan untuk kepentingan umat, tapi digunakan untuk kepentingan organisasi," kata dia.

Dedi mengatakan, Densus 88 Antiteror Polri telah menemukan sejumlah lembaga kemanusiaan bodong tersebut. Penyidik masih memetakan antara lembaga pemasok dana JI dengan milik kelompok teroris JAD.

" Tidak menutup kemungkinan untuk membeli beberapa bahan-bahan yang dirakit jadi bahan peledak," ucap dia.

Polri akan menggandeng PPATK dan perbankan untuk memblokir dana milik lembaga donasi bodong. Meski demikian, Polri mengedepankan azas praduga tak bersalah. Setelah cukup bukti terkait JI maupun JAD, Polri baru melakukan penindakan.

" Ketika memang cukup kuat bukti bahwa secara individu maupun kelompok mereka masuk dalam jaringan JI dan JAD, dan sudah sangat jelas mereka akan merencanakan aksi terorisme, maka bisa bekerjasama dengan PPATK dan perbankan untuk melakukan pemblokiran terhadap rekening-rekening tersebut dan dilakukan penyitaan agar tidak bisa dimanfaatkan oleh kelompok tersebut," ujar dia.

2 dari 5 halaman

Facebook Tak Sadar Ikut Menyebar Unggahan Kelompok Teroris?

Dream - Facebook tanpa disadari menyebarkan konten aktivitas terorisme. Aktivitas aneh ini mendorong sejumlah pihak merasa tak nyaman.

National Whistleblowers Center di Washington (Amerika Serikat) diminta melakukan penelitian selama lima bulan terhadap 3.000 anggota yang menyukai atau terhubung dengan organisasi yang dianggap sebagai teroris oleh pemerintah AS.

Para peneliti menemukan kelompok Negara Islam dan Al-Qaeda " secara terbuka" aktif di jejaring media sosial.

Facebook secara otomatis `menyebarkan` video " perayaan" dan " kenang-kenangan" di akun-akun ekstremis. Whistleblower Center mengatakan telah mengajukan keluhan masyarakat kepada Komisi Sekuritas dan Bursa AS.

" Upaya Facebook untuk membasmi konten teror telah lemah dan tidak efektif," dilaporkan France24.

3 dari 5 halaman

Membuat Konten Teror

" Yang lebih memprihatinkan, Facebook sendiri telah menciptakan dan mempromosikan konten teror dengan teknologi otomatisnya."

Hasil survei yang dibagikan, menunjukkan bahwa Facebook tidak menindak dengan menghapus unggahan atau akun ekstremis.

" Kami tidak mengklaim menemukan segalanya dan kami tetap waspada dalam upaya kami melawan kelompok-kelompok teroris di seluruh dunia," kata perusahaan itu.

Facebook dan platform media sosial lainnya mendapat kecaman karena tidak menghentikan pesan kebencian dan kekerasan, sementara pada saat yang sama dikritik karena gagal menawarkan waktu yang sama untuk semua sudut pandang.

Facebook, pada Maret 2019, telah mengumumkan larangan dukungan terhadap white supremacy di jejaring sosial dan Instagram atas pujian. Larangan ini terjadi pasca serangan teror di Selandia Baru yang melukai umat Islam.

4 dari 5 halaman

Sri Lanka Blokir Facebook, Instagram, dan Youtube

Dream - Pemerintah Sri Lanka membatasi akses layanan media sosial pasca ledakan yang melanda negara itu, Minggu, 21 April 2019. Peristiwa teror yang terjadi saat kebaktian Paskah di tiga gereja itu menewaskan 207 orang dan melukai ratusan orang.

Dalam pernyataan singkat, sekretaris presiden Sri Lanka, Udaya Seneviratne, menyebut, dua media sosial yang diblokir yaitu Facebook dan Instagram. Pemblokiran itu disebut sebagai 'upaya membatasi berita palsu.`

Pemerintah Sri Lanka menyebut layanan media sosial itu akan dipulihkan kembali setelah investigasi atas peristiwa teror mencapai kesimpulan.

Kabar pemblokiran itu diungkapkan penulis, Nalaka Gunawardene. Melalui cuitannya, dia menyebut, aplikasi WhatsApp miliknya juga tak dapat bekerja. Tetapi, ada beberapa kawannya yang masih bisa menggunakan WhatsApp.

Selain itu, akses Youtube di negara itu juga diblokir.

Kepada TechCrunch, juru bicara Facebook, Ruchika Budhraja mengatakan, mendukung penegakan hukum dan menghapus konten yang melanggar standar.

" Kami mengetahui pernyataan pemerintah (Sri Lanka) tentang pemblokiran sementara platform media sosial. Orang-orang mengandalkan layanan kami untuk berkomunikasi dengan orang yang mereka cintai dan kami berkomitmen untuk mempertahankan layanan kami dan membantu pemulihan masyarakat di masa tragis," kata Ruchika.

Seperi Indonesia, saat ini Sri Lanka sedang berjuang untuk menghadapi informasi yang salah. Pemerintah mengeluhkan kabar palsu yang beredar melalui Facebook. (ism)

5 dari 5 halaman

Bukan April Mop, Tampilan Facebook Berubah

Dream - Memasuki pergantian bulan, Facebook mengubah tampilannya. Juru bicara Facebook menyakinkan ubahan ini bukanlah keisengan bulan April, atau April Mop.

" Fitur baru ini bukan lelucon April Mop," ucap Manajer Produk Facebook, Ramya Sethuraman, dilaporkan CNet, Senin, 1 April 2019.

" Ini pertama kalinya kami membangun informasi tentang sistem peringkat yang bekerja langsung dalam aplikasi," kata dia.

Ramya menyebut, dengan tampilan baru tersebut, pengguna dapat mengetahui alasan kemunculan unggahan tersebut.

" Pengguna dapat mengetuk unggahan dan iklan yang berada di news feed, mendapatkan kontek kenapa unggahan dan iklan itu muncul dan mengambil aksi untuk mempersonalisasi yang terlihat," ujar dia.

Tampilan baru Facebook

Tampilan baru Facebook

Dari penjelasan Ramya, fungsi tampilan baru itu untuk menunjukkan ke pengguna data apa saja yang akan menyebabkan unggahan itu diprioritaskan di layar pengguna. Seberapa sering pengguna menyukai unggahan seseorang, terlibat interaksi pada video atau teks atau beberapa informasi yang diunggah.

Dengan pembaruan ini, pengguna dapat `memberi tahu` Facebook metrik apa yang paling ingin diangkat. Langkah ini guna memberi transparansi kepada pengguna sesuai tuntutan parlemen Amerika Serikat saat mengundang bos Facebook, Mark Zuckerberg.

Ramya mengatakan, fitur ini akan muncul pekan ini dan tersedia untuk seluruh pengguna Facebook pada pertengahan Mei.(Sah)

Beri Komentar