Rasulullah dan Budak yang Menangis Ketakutan

Reporter : Ahmad Baiquni
Kamis, 14 Februari 2019 16:02
Rasulullah dan Budak yang Menangis Ketakutan
Budak itu kehilangan uang belanja yang diberi majikannya.

Dream - Suatu hari, Rasulullah pergi ke pasar membawa uang sekitar delapan dirham. Rasulullah hendak berbelanja beberapa kebutuhan rumah tangga, termasuk bahan pangan.

Ketika tiba di pasar, rencana belanja Rasulullah tertunda sebentar. Rasulullah mendapati seorang budak wanita yang menangis di tepi jalan.

Rasulullah menghampiri budak tersebut dan bertanya mengapa dia menangis. Budak perempuan itu mengaku takut lantaran uang belanja yang diberikan majikannya hilang.

Akibatnya, budak itu tidak bisa belanja. Kebetulan, jumlah uang itu sebanyak delapan dirham, pas dengan uang yang dibawa Rasulullah.

Tanpa pikir panjang, Rasulullah segera memberikan uang yang dibawanya kepada budak tersebut. Sehingga, Rasulullah urung berbelanja dan lebih mengutamakan budak wanita tersebut agar tidak lagi menangis.

Tetapi, dugaan Rasulullah rupanya keliru. Budak itu tetap saja menangis meski sudah mendapatkan uang dari Rasulullah.

" Apa yang terjadi padamu? Bukankah uang majikanmu yang hilang telah kembali?" kata Rasulullah.

1 dari 1 halaman

Budak Ketakutan

Budak itu menjawab karena kehilangan uang, dia jadi terlambat belanja. Dampaknya, dia terlambat pulang dan memasak.

Budak itu takut kalau majikannya marah gara-gara dia terlambat. Karena itulah, budak tersebut masih menangis.

Mendengar jawaban itu, Rasulullah kemudian mengantarkannya pulang ke rumah majikan setelah selesai belanja. Rasulullah menjamin tidak akan terjadi apa-apa pada budak itu.

Jika majikannya marah, Rasulullah siap menghadapinya. Bahkan jika sampai majikan sampai mencambuk budak itu, Rasulullah bersedia menggantikannya.

Akhirnya, budak itu berhenti menangis. Dia lalu diantar pulang oleh Rasulullah.

Apa yang dilakukan Rasulullah kepada budak itu membuat si majikan terenyuh. Dia tidak jadi marah atau mencambuknya, malah memerdekakan budak.

Si majikan kagum dengan perilaku Rasulullah. Akhirnya, majikan itu memutuskan menjadi mualaf.

(ism, Sumber: NU Online.)

Beri Komentar