Tabur Bunga Keluarga Korban Lion Air (Merdeka.com/Ronald)
Dream - Keluarga penumpang Lion Air JT610 melakukan tabur bunga dan doa bersama di lokasi jatuhnya pesawat rute Jakarta-Pangkalpinang di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat, Selasa 6 November 2018. Mereka menumpang KRI Banda Aceh.
Tangisan keluarga penumpang tak terbendung saat berada tak jauh dari titik jatuhnya Boeing 737 Max 8 tersebut. Menurut pantauan Merdeka.com, keluarga yang ikut di KRI Banda Aceh bahkan ada yang tak sanggup berdiri, sehingga dibantu petugas dari TNI maupun Polri.
Di atas KRI Banda Aceh itu pula, terdengar lantunan ayat-ayat suci Alquran. Beriringan dengan doa yang dilantunkan oleh keluarga penumpang non Muslim. Mereka melambungkan doa-doa terbaik untuk keluarga yang menjadi penumpang pesawat dengan register PK-LQP itu.
Menurut Merdeka.com, KRI Banda Aceh memutar dua kali di lokasi jatuhnya pesawat. Setelah itu, kapal itu berhenti beberapa menit. Keluarga penumpang dipersilakan menaburkan bunga di atas perairan.
“ Silakan Bapak Ibu apabila ingin melakukan tabur bunga, kami sudah sediakan. Inilah tempat jatuhnya saudara-saudara kita saat itu, persisnya di sebelah kiri kita,” kata Pangkoarmada I, Laksda Yudo Margono.
Keluarga para penumpang pun dipersilakan berdiri di pinggir kapal, dijaga oleh personel TNI Angkatan Laut. Mereka juga didampingi psikolog dari Polri. Para pramugari Lion Air memayungi para keluarga tersebut.
Dream – Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) telah mengunduh informasi dalam Flight Data Recorder (FDR) pesawat Lion Air JT610.
Data dalam black box itu menunjukkan adanya kerusakan teknis pada pesawat yang jatuh ke perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat, Senin 29 Oktober 2018 lalu itu.
“ Pada empat penerbangan terakhir ditemukan kerusakan pada penunjuk kecepatan di pesawat, istilahnya air speed indicator,” kata Kepala KNKT, Soerjanto Tjahjono, di Kantornya, Jakarta, Senin 5 November 2018.
Soerjanto menuturkan, kerusakan pada air speed indicator juga sudah terjadi saat pesawat terbang dari Denpasar menuju Jakarta. Berdasarkan data FDR tersebut, saat ini KNKT baru menemukan satu kerusakan.
Kepala Sub Komite Perbangan KNKT, Nur Cahyo, menambahkan, nantinya akan melakukan penyelidikan mengenai data kerusakan dan akan mencari catatan perbaikan pesawat yang saat jatuh berisi 189 orang tersebut.
“ Ini akan kami cari tahu lebih lanjut, termasuk pesawat mengalami kerusakan, pilot menulis (kerusakan) dan teknisi memperbaiki dan menulis (hasil perbaikan) dan tes. Perbaikan pakai buku yang mana, kemudian komponen yang dilepas atau digantinya seperti apa,” ujar Nurcahyo.
Selain itu, KNKT juga tengah berusaha mencari bagian lain dari black box, yakni Cockpit Voice Recorder (CVR). Alat itu berisi rekaman segala percakapan pilot yang terjadi di kokpit. (ism)
Dream - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) membeberkan laporan sementara hasil penyelidikan penyebab kecelakaan pesawat Lion Air JT610.
Hasil penyelidikan sementara menunjukkan pesawat yang jatuh di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat, pada Senin 29 Oktober 2018 itu tidak pecah di udara.
“ Pesawat mengalami pecah ketika bersentuhan dengan air dan pesawat tidak pecah di udara,” kata Kepala KNKT, Soerjanto Tjahjono dalam keterangan pers di Hotel Ibis, Jakarta Timur, Senin 5 November 2018.
Menurut Soerjanto, apabila pesawat pecah saat masih berada di udara, maka serpihannya akan lebar. Namun tidak pada serpihan-serpihan pesawat JT610 tersebut.
“ Pesawat saat menyentuh air dalam keadaan utuh,” tegas dia.
Soerjanto menambahkan, mesin pesawat juga masih hidup saat masuk ke dalam air. Kesimpulan ini diambil dengan melihat salah satu kondisi mesin yang ditemukan dengan turbin berantakan.
“ Hal ini ditandai dengan hilangnya semua sudut turbin maupun kompresor, menandakan mesin dalam kondisi hidup dengan putaran cukup tinggi,” tutur dia.
Menurut dia, mesin pesawat PK-LQP yang terbang dari Bandara Soekarno Hatta ke Pangkalpinang itu tidak mengalami masalah.
“ Kami belum identifikasi, tapi dari temuan bagian-bagian mesin, kedua mesin dalam kondisi hidup dan dengan rpm yang cukup tinggi,” jelas dia.
“ Ini kita katakan bahwa ini seperti bonggolnya jagung, kalau kipasnya seperti jagung. Kalau seperti ini, mesin berputar cukup tinggi,” tambah Soerjono.
Konferensi pers ini dihadiri Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, pendiri Lion Group Rusdi Kirana, Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI FH Bambang Soelistyo, dan Direksi Lion Air.
Dream - Orang tua penumpang Lion JT610 atas nama Johan Ramadhan, menganggap Lion Air gagal. Dia menganggap pemilik Lion Air, Rusdi Kirana, gagal merangkul keluarga korban.
" Maaf, khususnya Pak Rusdi Kirana, saya anggap gagal," ujar lelaki itu, di Hotel Ibis, Cawang, Jakarta, Senin, 5 November 2018.
Menurut orang tua korban tersebut, Lion Air tak pernah merangkul dan memberi informasi terhadap keluarga. " Faktanya hanya crisis center yang kami tidak pernah dihubungi oleh pihak Lion Air. Jangankan empati, menelepon (saja) tidak," ujar dia.
Sebelumnya, saat proses tanya jawab, salah satu keluarga korban bernama M Bambang menyampaikan pertanyaan ke Menteri Perhubungan Budi Karya dan pejabat lain.
Belum selesai bertanya, Bambang meminta pendiri Lion Air Rusdi Kirana yang duduk di barisan kursi depan kelurga korban untuk berdiri.
" Saya mohon Pak Rusdi Kirana berdiri. Saya baru lihat pertama kali ini Pak Rusdi," katanya di lokasi.
Mendengar permintaan itu, Rusdi Kirana lantas berdiri dan menghadap ke arah korban sembari menunduk dan menangkupkan tangan seperti tanda permintaan maaf.
Sementara itu, Muhammad Bambang Sukandar, ayah Pangky Pradana Sukandar, Pati, Jawa Tengah, meminta tim Disaster Victim Identification (DVI) RS Polri, dapat segera mengidentifikasi jasad korban dengan cepat. Dia ingin jasad para penumpang Lion Air JT610 dapat kembali ke keluarga.
Selain itu, Bambang juga meminta pemerintah mencari tahu, informasi mengenai masalah yang sempat dialami pesawat bernomor PK-LQP itu saat terbang dari Denpasar ke Jakarta, sehari sebelumnya.
Mendengar keluhan itu, Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, menegaskan akan terus mendampingi keluarga korban mulai dari aspek pencarian jenazah, identifikasi, hingga legalitas. Budi juga akan meminta Tim DVI mempercepat proses identifikasi.
" Saya akan minta pada Polri upaya lebih cepat akan terus kita lakukan," ujar Budi.
Budi juga menyebut, saat ini Kemenhub juga telah menjalankan proses audit kepada 11 pesawat Boeing milik Lion Air dan satu spesial audit untuk awak dan teknisi.
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN