Remaja Gresik Surati PM Australia untuk Stop Ekspor Limbah

Reporter : Maulana Kautsar
Kamis, 23 Januari 2020 07:03
Remaja Gresik Surati PM Australia untuk Stop Ekspor Limbah
Tolong jangan mengirim sampah, kata dia.

Dream - Aktivis lingkungan hidup asal Gresik, Jawa Timur, Aeshninna Azzahra (Nina) menyurati Perdana Menteri (PM) Australia, Scott Morrison untuk menghentikan ekspor kertas limbah dan sampah plastik ke Indonesia.

Surat terbuka remaja 12 tahun itu dikirim pribadi kepada Scott melalui kedutaan Australia, 21 Januari 2020.

Dilaporkan Liputan6.com, surat isu berisi kekecewaan Azzahra terhadap kondisi ekologis dan kesehatan dari limbah asing di Indonesia. Dia juga merinci dampak langsung dari perdagangan ekspor pada desa-desa di wilayahnya.

Dia mengatakan potongan-potongan sampah plastik yang dia temui membawa label-label yang asalnya terletak di Kanada, Australia, AS, dan Inggris, serta di antara negara-negara maju lainnya.

" Berhentilah mengekspor campuran kertas bekas dengan sisa plastik ke Jawa Timur dan Indonesia. Tolong ambil kembali sampahmu dari Indonesia."

 

1 dari 4 halaman

Mengapa Mengirim Sampah ke Indonesia?

Azzahra juga memberitahu Morrison untuk membuang batu bara. Selain PM Australia, dalam pesannya dia juga menyinggung pemimpin dunia seperti Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden AS Donald Trump.

" Mengapa Jerman mengirim sampahnya ke Indonesia? Saya ingin masa depan saya menjadi lebih baik. Saya ingin Indonesia bersih," kata Azzahra kepada pemimpin Jerman.

Dalam surat-suratnya yang ditujukan kepada Morrison dan Merkel, aktivis muda itu merinci dampak ekologis yang lebih luas di wilayahnya.

Kantor Perdana Menteri Australia mengatakan akan menghentikan larangan ekspor plastik, kaca dan kertas bekas mulai Juli 2020.

" Sama seperti Nina, pemerintah kami menganggap penanganan sampah adalah prioritas utama karena ini merupakan masalah penting bagi lingkungan kami di rumah dan di seluruh wilayah tempat kami tinggal," kata pemerintah Australia melalui pernyataan.

 

2 dari 4 halaman

Puluhan Ribu Ton Sampah

Pemerintah Australia mengatakan, pemerintah akan bekerja dengan industri untuk menghapuskan kemasan plastik sekali pakai dan microbeads berbahaya.

" Kami mendukung rencana Indonesia untuk mengurangi puing-puing laut sebesar 20 persen dan limbah hingga 30 persen dan kami bermitra dengan mereka untuk berbagi pengetahuan kami dan apa yang telah dipelajari kedua negara kami."

China sebelumnya menjadi pemimpin dalam perdagangan limbah di dunia. Tetapi, sejak Beijing memberlakukan larangan impor limbah pada Juli 2017, jutaan kilogram limbah dari Australia dan negara maju lainnya berakhir di Indonesia, Vietnam, dan Malaysia.

Pada 2018, Australia mengekspor 52.000 ton limbah ke Provinsi Jawa Timur. Jumlah tersebut meningkat 250 persen dari 2014.

Sumber: Liputan6.com/Tanti Yulianingsih

3 dari 4 halaman

Kisah Mak Wati, Wanita Pemulung Sampah yang Jadi `Juragan`

Dream - Namanya Mak Wati, 55 tahun. Wanita tangguh ini menjadi tulang punggung keluarga. Suaminya, sudah bertahun-tahun lumpuh.

Untuk menghidupi keluarga, Mak wati bekerja memunguti sampah plastik. Dengan cara inilah dia bertahan hidup dan membiayai ketiga anaknya.

Mak Wati memiliki tekad yang kuat mengubah taraf hidupnya. Baginya, keterbatasan fisik bukanlah penghalang untuk mencari kebahagiaan hidup.

Meski Mak Wati memiliki kesulitan dalam berbicara sejak kecil, Mak Wati mampu membuktikan keberhasilannya membuka usaha dengan menjadi pengepul sampah plastik.

 

4 dari 4 halaman

Kini Jadi `Hero`

Mak Wati hidup jadi pemulung

Dia berkeliling sejumlah lokasi di Ibu Kota untuk mengepul gelas dan botol plastik. Hasil penjualan yang terkumpul digunakan untuk kebutuhan sehari-hari dan modal pendidikan ketiga anaknya.

" Fisik saya memang terbatas, tapi saya enggak mau mengandalkan tangan orang lain berada di atas. Saya masih bisa bekerja keras untuk menghidupi keluarga dari hasil mengumpulkan rongsokan," kata Mak Wati.

Berbekal suntikan dana dari Lembaga Amil Zakat (LAZ) Al Azhar, Mak Wati mulai memberanikan diri dalam menjalankan usaha sejak satu tahun yang lalu dengan membuka lapak rongsokan.

Kini Mak Wati tidak lagi berkeliling dari suatu tempat ke tempat lain demi mencari dan mengumpulkan barang bekas.

Perempuan paruh baya ini mampu berdaya. Dia menjadi wirausaha sebagai pengepul barang bekas yang sudah memiliki karyawan.

Beri Komentar