"Semua Buat Mbah, Agar Jangan Puasa Terus"

Reporter : Ahmad Baiquni
Kamis, 21 Januari 2016 08:15
Mbah Ndari dan adiknya, Mbah Prayit jarang bisa makan layak. Keduanya tidak pernah mengeluh ataupun meminta bantuan kepada orang lain.

Dream - Deru suara motor itu terdengar begitu jelas. Keheningan hutan lebat di pedalaman Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur itu sejenak sirna.

Dua motor melintasi jalanan tanah berlumpur. Tidak seperti biasanya, kondisi jalan tanah itu begitu parah dan sulit dilewati motor lantaran hujan baru saja mengguyur.

Meski begitu, para pengendara dua motor itu tetap saja melibas jalanan parah tersebut. Padahal, mereka mereka membawa tumpukan barang di jok belakang motor mereka.

Misi mereka hanya satu, mengantarkan barang itu sampai di Dusun Krondong, Desa Mbajang, Kecamatan Ngluyu. Letaknya sekitar 17 kilometer dari pusat desa.

Dua pengendara itu menyusuri jalan dengan kecepatan sedang sembari terus berhati-hati. Mereka cukup tangguh dengan bekal mengendarai motor jenis trail itu membelah medan lumpur.

Dua jam kemudian, dua pemotor itu sampai di tempat tujuan. Mereka berhenti di depan sebuah surau untuk beristirahat sejenak dan membetulkan letak barang antaran di motor mereka.

Tidak berapa lama, mereka segera memanggul barang antaran itu menuju sebuah gubug reyot berdinding kayu itu dan mengetuk pintu. Dua orang Lansia, Mbah Ndari, 76 tahun, dan Mbah Prayit, 73 tahun, keduanya kakak beradik, keluar rumah dan menyapa mereka.

" Siapa ini, Nak?" ujar Mbah Ndari.

" Kami dari Daarul Quran Jakarta, Mbah, mau memberi hadiah buat nenek dan kakek," ucap salah satu pengendara motor itu yang berpostur tubuh masih muda.

" Hadiah?" Mbah Ndari kembali bertanya keheranan.

" Ini, Mbah, sekarung beras, kecap, minyak goreng, gula teh, kopi, klotok dan balur (ikan asin) buat Mbah berdua," kata pemuda itu.

" Semua buat Mbah, agar jangan puasa terus, supaya badan Mbah selalu sehat, bisa ibadah kepada Allah," ucap si pemuda melanjutkan.

Mendengar perkataan pemuda itu, Mbah Ndari dan Mbah Prayit tidak bisa menyembunyikan rasa bahagia mereka. Air mata menitik keluar menyusuri pipi keriput dua orang lansia ini.

Apa yang mereka dapat tidak pernah terbayang sebelumnya. Salah satu derita yang kerap mereka alami yaitu susah makan dapat sedikit terobati. Padahal, baik Mbah Ndari maupun Mbah Prayit tidak pernah kenal dengan dua pemuda ini, apalagi nama Daarul Quran.

Dua lansia ini memang jarang sekali makan. Jangankan makan cukup, untuk bisa makan nasi dengan lauk layak saja mereka belum tentu bisa setiap hari.

Meski begitu, dua Lansia tersebut tidak pernah sekalipun meminta bantuan kepada orang lain. Sepertinya, penderitaan dalam doa-doa mereka dikabulkan oleh Allah.

" Jadi, anak ini jauh-jauh dari Jakarta hanya ingin memberikan semua ini pada orangtua jompo seperti kami," ucap Mbah Ndari.

" Kalau kami relawan, Mbah. Kami tinggal di Surabaya," kata dua pemuda itu.

" Siapapun Anak, kami mengucapkan terima kasih, terima kasih pada Daarul Quran yang sudah peduli. Syukur Alhamdulillah," kata Mbah Ndari.

Dua pemuda itu lantas menghabiskan air putih yang disajikan kepada mereka. Sejenak kemudian, mereka mohon diri berpamitan dengan harapan sembako yang mereka antarkan dapat meringankan beban hidup dua lansia itu meski hanya selama 1 hingga 2 bulan ke depan.

Sumber: pppa.or.id

Beri Komentar