`Si Kecil` Menyelamatkan Dunia

Reporter : Arie Dwi Budiawati
Rabu, 10 Agustus 2016 21:01
`Si Kecil` Menyelamatkan Dunia
Sekali lagi dunia mengakui. UKM adalah tulang punggung ekonomi dunia.

Dream - " Hei teman, kita harus bicara," sergah seorang pemuda terengah-engah. Si pria itu menoleh. Menghentikan langkah saat kaki hendak mengayun ke sebuah mobil mewah Ferarri di halaman parkir..

Rupanya pria itu mengenali suara orang yang memangilnya. Baru beberapa menit lalu mereka mengobrol panjang. Tapi rupanya si pemuda tak tahu siapa lawan bicaranya.

Pakaian pria itu memang sangat necis. Berpadu dengan tampang rupawan. Di pojokan aula gedung, kedua pria ini sebelumnya bertemu. Obrol ngalur ngidul keluar dari mulut mereka dia.

Sebuah kartu nama sempat diberikan pria itu kepada teman mengobrolnya. Tertulis jabatan managing director. Tapi di forum penuh para calon pengusaha, si pemuda itu tak ambil peduli dengan kartu itu. " Semua orang bisa mencantumkan jabatan managing director," pikir pemuda itu.

Obrolan seru mereka terhenti. Sesi seminar akan segera dimulai. Kedua pria itu kembali masuk ruangan. Kali ini si pemuda itu dibuat heran. Teman mengobrol yang baru pertama bertemu itu terus berjalan ke depan. Naik ke atas panggung. Berdiri di depan ratusan orang.

Terkejutlah hati si pemuda tadi. Ternyata Dia baru mengobrol dengan orang penting. Pria necis itu seorang CEO perusahaan bernilai US$ 100juta yang dirintis selama 5 tahun.

Itu kisah belasan tahun ke belakang. Dan kini, di Jakarta, giliran si pemuda itu duduk di panggung aula Jakarta Convention Center (JCC) Senayan. Rambutnya cepak dan bercambang tipis. Bertutur dalam bahasa Inggris.

Dia kini sudah sukses. Mengikut jejak teman ngobrolnya lalu. Di ibukota, dia menceritakan kisah sukses bisnis sewa buku. Di dengar ribuan orang dari berbagai latar belakang.

Dialah Ahmed Haider, CEO Zookal dan Direktur Flirtey. Pria berkemeja putih lengan panjang ini bercerita pahit manis merintis usaha di Negeri Kangguru itu.

Haider diundang jadi pembicara World Islamic Economic Forum (WIEF) ke-4 di Jakarta. Sesi seminar Haider bukan sembarangan. Dia mengisi sesi “ CEO Panel”. Dia tak sendirian. Ada tiga orang lainnya yang menjadi pembicara dalam forum internasional ini, yaitu Co-Founder Mitra Energia, Ilham A. Habibie, CEO iflix, Azran Osman Rani, serta Co-Founder and CEO Peers serta Founder Turo, Shelby Clark.

Acara CEO Panel ini merupakan rangkaian acara yang digelar oleh WIEF Foundation dan Kementerian Keuangan. Acara itu digelar 2-4 Agustus 2016. Pesertanya membludak. WIEF disambangi 4.080 peserta dari 73 negara, termasuk 2 negara pendiri. Ada 12 menteri, 10 wakil menteri, dan sisanya adalah perwakilan korporasi, pebisnis wanita, pengusaha muda, UMKM, dan industri kreatif.

******

WIEF tahun ini memang sangat berbeda. Bukan bicara bisnis-bisnis negara muslim yang sudah sukses dan kakap. WIEF memilih fokus baru. Mengangkat usaha kecil dan menengah (UKM). Lihat saja tema yang dipih. “ Decentralizing Growth, Empowering Future Business”.

Bisnis UKM memang tengah melambung. Kembali membuktikan diri sebagai usaha yang tangguh menghadapi goncangan ekonomi. Masih ingat bagaimana Krisis Moneter 1998 meluluhlantakan sendi ekonomi negara Asia, khususnya Indonesia. Dolar AS yang biasanya dibeli Rp 2.000, melambung menjadi Rp 12.000. Semua bisnis rontok. Tak sanggup menahan beban. Puluhan bahkan ratusan usaha gulung tikar. Bank-bank yang tak siap dengan badai bencana ini memilih tutup.

Di saat ekonomi yang berantakan. UKM muncul sebagai penyelamat. Bisnis mereka tak bergantung pada pinjaman. Apalagi punya pemasukan dolar AS. Namun mereka berhasil bertahan. Tak terguncang Krismon.

Di beberapa tahun belakang, ekonomi dunia kembali dilanda kecemasan. Bahasa bekennya perlambatan ekonomi. Berbeda dengan 1998, negara-negara dunia kini terhubung erat. Tak ada lagi jarak. Perdagangan jauh lebih mudah. Namun disinilah masalahnya. Saat satu negara dilanda krisis, semua negara ikut menderita. Apalagi jika negara yang sakit adalah penguasa ekonomi dunia, Amerika Serikat.

Lagi-lagi, mata dunia menoleh ke UKM. WIEF yang menjadi ajang pelaku ekonomi Islam tak mau ketinggalan. Lihatlah agenda yang dibahas WIEF di Jakarta. Banyak bicara soal UKM. Dari akses pendanaan sampai integrasi UKM ke ekonomi digital.

WIEF bahkan memfasilitasi UMKM dengan IdeaPad, yaitu acara yang mempertemukan UMKM dengan calon investor. Di sana, mereka bisa mempresentasikan bisnisnya untuk bisa mendapatkan pendanaan dari pemodal.

******

Tak dipungkiri, UKM memang kembali jadi tumpuan. Dengarlah pesan Presiden Joko Widodo pada pembukaan WIEF lalu. Jokowi mengatakan desentralisasi pertumbuhan sangat penting untuk memastikan partisipasi penduduk dalam perekonomian lebih besar.

“ Kami percaya bahwa jika kita berkomitmen untuk ini, hasilnya adalah sektor domestik yang kuat serta ekonomi global yang kompetitif,” kata Jokowi.

Tengok saja laporan Bank Dunia dan Islamic Development Bank bertajuk Leveraging Islamic Finance for Small and Medium Enterprises (SMEs). UKM dan bisnis rintisan startup telah menjadi tulang belakang ekonomi negara berkembang dan emerging market. UKM terbukti mampu melahirkan lapangan pekerjaan, peluang, serta keberlanjutan disamping pertumbuhan ekonomi.

UKM dicatat berkontribusi 33 persen terhadap PDB negara berkembang. Di negara maju, porsinya lebih besar. Sampai 51 persen, atau separuh PDB ditopang UKM.
Di tingkat dunia, UKM berkontribusi 43,5 persen terhadap lapangan kerja. Dan mampu menciptakan 57,8 persen lapangan kerja baru.

Di negara muslim, peluang UKM untuk tumbuh lebih besar makin terbuka. Keuangan Islam saat ini tengah menjadi favorit. Pertumbuhannya mengesankan, membuat seluruh dunia terkejut.

Pemeluk Islam didunia saat ini mencapai 23 persen dari populasu dunia. Diperkirakan pada 2030 akan naik menjadi 30 persen menjadi 2,2 miliar muslim. Tapi tengok berapa porsi keuangan dan bank syariah. Baru 1 persen dari aset seluruh dunia. Memang sangat kecil, tapi disinilah peluangnya. Masih ada peluang untuk tumbuh besar.

Kembali ke Indonesia, peran UKM sudah tak diragukan lagi. Sektor usaha ini telah menjadi motor utama penggerak perekonomian Indonesia. Hampir 99 persen dari bisnis di Indonesia adalah sektor UMKM dan 98 persen sektor ini didominasi oleh sektor mikro.

Sektor UMKM mempekerjakan lebih dari 107,6 juta penduduk Indonesia. Kontribusinya terhadap PDB Indonesia lebih dari separuh, atau 60,6 persen.

******

Sektor UMKM, termasuk startup,di negara muslim memang menjadi perhatian besar. Di tengah peluang pertumbuhan yang besar, UMKM juga menghadapi tantangan dalm soal pendanaan.

CEO Maarij Capital, Akmal Saleem, mengatakan sektor ini sulit mengakses pendanaan dari perbankan karena tingkat keberhasilannya dipertanyakan.

Akmal mengatakan peran korporasi besar diperlukan untuk mengembangkan UMKM, termasuk UMKM halal. Jika usaha UMKM sudah sukses, masalah pendanaan pun bisa ditekan.

Pendapat senada disampaikan General Manager, Corporate and Structure Finance Islamic Development Bank, Mohammaed Nazeem Noordali. Dia menyebut sektor privat memang menjadi solusi pendanaan bagi UMKM. Sektor perbankan, terutama perbankan syariah, seharusnya bisa ikut andil dalam pembiayaan UMKM.

“ Sektor halal tidak akan tumbuh kalau tak ada pembiayaan syariah,” kata Nazeem.

Lembaga pembiayaan mikro pun juga bisa menjadi solusi keuangan bagi pelaku UMKM. Mereka juga mengawal penggunaan dana yang ditanamkan ke sektor UMKM. Hal ini dikatakan oleh Co-Founder Rockstart Accelerator, James Digby.

“ Industri pembiayaan mikro tak hanya menyalurkan uang, tetapi juga memastikan uang yang diinvestasikan digunakan dengan bijak untuk mengembangkan usaha mereka” kata Digby.

Tak hanya menyoroti pendaaan, WIEF juga menyinggung eksistensi sektor UMKM di dunia internasional. Global Expert MENA Region International Council for Small Enterprise, Atef Elshabrawy, mengatakan tak sulit membuat UMKM mendunia, yaitu menggunakan teknologi.

“ Internet telah mengubah dunia dan mayoritas pendiri bisnis UMKM atau startup itu merupakan orang yang terdidik dengan baik, berorientasi terhadap kualitas, kreatif, dan inovatif,” kata Atef.

Di gelaran WIEF ke-12 di Jakarta awal Agustus lalu, Hader membuktikan buah usahanya. Sukses membangun bisnis rintisan sewa buku. Siapa tahu dalam beberapa tahun ke depan, akan ada pengusaha baru atau UKM baru yang sukses mengguncang ekonomi dunia. Insyaallah...

(Laporan: Arie Dwi Budiawati)

Beri Komentar