Siti Atikoh, Bahasa Jepang, dan Etika

Reporter : Editor Dream.co.id
Rabu, 24 Januari 2024 18:15
Siti Atikoh, Bahasa Jepang, dan Etika
Bagaimana seseorang berbicara, memperlakukan orang lain, dibedakan oleh adab.

1 dari 11 halaman

Siti Atikoh, Bahasa Jepang, dan Etika

Siti Atikoh, Bahasa Jepang, dan Etika © Siti Atikoh, Bahasa Jepang, dan Etika 2024 Instagram @atikoh.

2 dari 11 halaman

Dream – Siti Atikoh Supriyanti rupanya punya pengetahuan mendalam soal bahasa Jepang. Menurut istri Ganjar Pranowo itu, bahasa Jepang mirip dengan bahasa Jawa.


“Bahasa Jepang serupa dengan Bahasa Jawa, sama-sama memiliki hirarki,” tulis Atikoh dalam unggahannya di Instagram.

3 dari 11 halaman

Dalam bahasa apapun, tambah Siti Atikoh, ada adab atau etika yang memperlihatkan kelas seseorang.


Bagaimana seseorang berbicara, memperlakukan orang lain, dibedakan oleh adab. “Oleh nilai yang mendasari perilaku kita,” tambah dia.

4 dari 11 halaman

© Dream

Menurut Siti Atikoh, adab berada di atas ilmu. “Semoga kita semua jadi manusia yang beradab,” imbuh dia.

5 dari 11 halaman

Dalam unggahan video itu, Siti Atikoh terlihat fasih berbahasa Jepang. Dia mengucapkan beberapa kata dan frasa sambil dirias.


Siti Atikoh mencontohkan bahasa akademik, buku, dan keseharian, dalam budaya Jepang berbeda seperti halnya bahasa Jawa.

6 dari 11 halaman

© Siti Atikoh, Bahasa Jepang, dan Etika 2024 Instagram @atikoh.

7 dari 11 halaman

Dalam bahasa akademik lebih tertata kosakatanya dan lebih halus daripada bahasa sehari-hari.


“Beda sekali. Kalau pakai bahasa itu ke sensei misalnya profesornya enggak sopan,” tutur ibunda Alam Ganjar tersebut.

8 dari 11 halaman

© Siti Atikoh, Bahasa Jepang, dan Etika 2024 Instagram @atikoh.

9 dari 11 halaman

Bahasa, kata Siti Atikoh, menggambarkan cara pikir budaya sebuah bangsa. “Sehingga, kalau mau belajar bahasa asing, kita perlu mengenal budayanya dulu,” tulis dia.


Tapi, menurut Siti Atikoh, ada satu kesamaan antara Bahasa Jepang, dan banyak bahasa lain, dengan Bahasa Indonesia, yaitu sama-sama punya kosakata untuk jeda antarkalimat.

10 dari 11 halaman

© Dream

“Dalam Bahasa Indonesia “ng…” atau “anu…” ketika kita masih dalam proses berpikir atau mencari kalimat lanjutan yang tepat,” tambah dia.

11 dari 11 halaman

Kata Siti Atikoh, jeda dianggap penting oleh banyak budaya, sampai perlu diberi “kosakata”. Begitu juga manusia, perlu jeda.


“Menunggu, berhenti, selonjoran, belum tentu buang waktu. Setiap kita, perlu mengenali timing yang tepat. Atau, sekadar istirahat,” tulis Siti Atikoh.

Beri Komentar