Cuaca Panas Ekstrem Di Qatar. (Foto: Matador Network)
Dream - Beberapa hari belakangan ini, sebagian wilayah di Indonesia mengalami cuaca panas terburuk. Disebut terburuk karena suhu udara bisa mencapai di atas 35 derajat Celcius.
Namun, suhu udara yang sedemikian itu masih kalah ekstrem dari suhu yang dirasakan oleh warga Qatar dalam beberapa hari ini.
Pada malam hari, suhunya jarang turun di bawah 32 derajat Celcius. Sementara pada siang hari, suhu udaranya bisa di atas 48 derajat Celcius.
Cuaca panas seperti itu tidak bisa dianggap sepele. Karena suhu ekstrem bisa menimbulkan sejumlah gangguan pada fungsi tubuh.
Karena itulah pemerintah Qatar membuat terobosan yang cukup unik untuk mengatasi masalah suhu udara yang sangat panas itu.
Sebagai langkah untuk meredam suhu udara yang ekstrem, Qatar dilaporkan memasang AC di luar ruangan.
Beberapa tempat publik seperti stadion, mall dan pasar dipasang AC untuk mendinginkan udara di negara itu.
" Jika Anda mematikan AC, maka panasnya tidak akan tertahankan," kata Yousef al-Horr, seorang pendiri organisasi yang fokus pada energi berkelanjutan.
Pemasangan AC di luar ruangan itu mungkin bisa mendinginkan warga Qatar dengan nyaman.
Namun dari segi lingkungan, ada masalah tersembunyi yang mengikuti di belakang kebijakan tersebut.
Yaitu, negara Qatar menggunakan minyak bumi untuk menghasilkan listrik yang dipakai untuk menghidupkan AC.
Bahan bakar fosil itu menghasilkan emisi karbon, yang berkontribusi terhadap pemanasan global yang membuat ruang publik makin panas.
Negara-negara yang tergabung dalam Perjanjian Paris sepakat untuk mencegah suhu udara naik menjadi 2 derajat Celcius di atas tingkat industri.
Sayangnya, emisi karbon negara Qatar telah melampaui ambang batas yang ditetapkan dalam Perjanjian Paris tersebut.
Tidak mengherankan jika Qatar menjadi salah satu area di Bumi yang cepat mengalami pemanasan di luar Arktika.
" Perubahan di sana bisa menjadi tolak ukur tentang apa yang bisa diharapkan oleh seluruh dunia jika kita tidak mengambil tindakan untuk mengurangi emisi karbon," kata Zeke Hausfather, ilmuwan iklim data dari Berkeley Earth.
(Sumber: ScienceAlert.com)
Advertisement
Ferry Irwandi Galang Donasi Banjir Sumatera Tembus Rp10 Miliar: dari Rakyat untuk Rakyat

Ada Kuota 5 Persen Jemaah Haji Lansia di Setiap Provinsi, Ini Ketentuannya

PNS Dihukum Penjara 5 Tahun Setelah Makan Gaji Buta 10 Tahun

Potret Persaingan Panas di The Nationals Campus League Futsal 2025

PLN Percepat Pemulihan Jaringan Listrik di 3 Wilayah Bencana



Film `Agak Laen: Menyala Pantiku!` Tembus 2 Juta Penonton dalam 4 Hari


Bae Suzy dan Kim Seon-ho Bikin Geger Vietnam, Joging Santuy Tanpa Masker

YouTube Resmi Luncurkan Fitur 'Recap', Tampilkan Statistik Tontonan dan Profil Kepribadian Pengguna

Waspada! BPOM Rilis Daftar 34 Obat Herbal Ilegal Berbahaya, Ini Daftarnya

29 Pekerja Migran Indonesia Selamat dari Kebakaran Maut Hong Kong, Tiga Masih Dicari