Dream - Sejak zaman dahulu, para dokter sudah melakukan berbagai eksperimen medis untuk mengetahui suatu penyakit atau menyembuhkan pasiennya.
Namun sesuai kondisi dan zamannya, banyak eksperimen medis dilakukan dengan cara yang sangat mengerikan saat melihatnya di masa kini
Sulit membayangkan dampaknya jika eksperimen-eksperimen kejam dan mengerikan semacam itu masih dipraktikkan hingga saat ini.
Berbagai eksperimen dan percobaan ini, meskipun sering kali mengerikan, dilakukan dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan dalam bidang ilmu kesehatan serta menyelamatkan banyak nyawa di masa depan.
Tahukah kalian bahwa dalam sejarah, ada beberapa eksperimen medis yang sangat mengerikan yang tidak terbayangkan kekejamannya.
Dirangkum dari berbagai sumber, berikut adalah 9 eksperimen medis paling terkejam dan mengerikan sepanjang sejarah manusia.
J. Marion Sims, yang dikenal sebagai 'bapak ginekologi modern, penuh kontroversi karena eksperimen bedah yang dia lakukan pada budak wanita.
Para budak ini menderita fistula vesico-vagina, kelainan pada vagina yang dapat menyebabkan urine, gas, atau bahkan feses melewati vagina.
Sims melakukan operasi tanpa anestesi dengan keyakinan keliru bahwa prosedurnya tidak menimbulkan rasa sakit yang berarti.
Tentu saja bedah tanpa anestesi ini menimbulkan penderitaan pada para budak wanita ini, dan Sims memanfaatkan sistem perbudakan yang tidak manusiawi untuk melakukan eksperimen pada manusia.
Pada era 1960-an dan 1970-an, psikolog klinis Peter Neubauer memimpin eksperimen kontroversial yang memisahkan anak kembar dan mengadopsi mereka sebagai anak tunggal.
Eksperimen ini, yang didanai sebagian oleh Institut Kesehatan Mental Nasional, terbongkar pada tahun 1980 ketika tiga saudara kembar secara tak sengaja bertemu kembali.
Kellman, salah satu kembar, mengungkapkan kemarahannya, menyebut eksperimen ini sebagai " perampokan 20 tahun kebersamaan mereka" . Tragisnya, saudaranya, Edward Galland, bunuh diri di tahun 1995.
Di sisi lain, Neubauer dan timnya menunjukkan sikap tanpa penyesalan, bahkan menyatakan bahwa mereka " melakukan hal yang baik" dengan memisahkan anak kembar demi " pengembangan kepribadian" mereka.
Selama 40 tahun, Amerika Serikat diselimuti skandal etika kedokteran yang teramat kelam.
Dimulai pada tahun 1932, Layanan Kesehatan Masyarakat AS meluncurkan penelitian yang menyelidiki dampak kesehatan dari sifilis yang tidak diobati pada pria kulit hitam.
Penelitian ini melibatkan 399 pria kulit hitam di Alabama yang terinfeksi sifilis, dan 201 pria sehat sebagai kelompok kontrol.
Parahnya, para pria ini diberitahu bahwa mereka dirawat karena 'darah kotor', padahal mereka tidak pernah mendapatkan pengobatan yang memadai.
Skandal Tuskegee ini baru terbongkar ke publik pada tahun 1972 melalui sebuah artikel surat kabar.
Josef Mengele, dokter Nazi di Auschwitz, dikenal sebagai salah satu pelaku eksperimen medis paling kejam dalam sejarah.
Obsesinya dengan teori supremasi ras Arya mendorongnya melakukan eksperimen mengerikan pada anak kembar yang dia pilih dari kereta yang menuju kamp konsentrasi.
Eksperimen ini sering kali berujung pada kematian para korban. Kekejaman Mengele tidak berhenti di situ. Dia juga mengumpulkan mata pasien yang meninggal untuk penelitiannya.
Para tahanan kamp dijadikan kelinci percobaan untuk berbagai eksperimen mengerikan, termasuk pengujian pengobatan penyakit menular dan korban perang kimia, memaksa mereka masuk ruang bertekanan rendah untuk penelitian penerbangan, dan prosedur sterilisasi eksperimental.
Saat Nazi kalah perang, Mengele melarikan diri ke Amerika Selatan dan meninggal di Brasil pada tahun 1979 karena penyakit jantung.
Pada tahun 1939, sebuah eksperimen mengerikan terjadi di Universitas Iowa. Para ahli, terobsesi dengan teori bahwa kegagapan adalah perilaku yang dipelajari, berusaha membuktikannya dengan cara yang tak terduga dan kejam.
Mereka menjadikan anak-anak yatim piatu sebagai kelinci percobaan. Dengan kebohongan yang kejam, mereka memberitahu anak-anak ini bahwa mereka " ditakdirkan" untuk gagap di masa depan.
Para peneliti kemudian menunjuk " tanda-tanda" kegagapan pada anak-anak dan melarang mereka berbicara kecuali " yakin" untuk berbicara dengan benar.
Eksperimen yang mengerikan ini tidak menghasilkan bukti yang mendukung teori kegagapan sebagai perilaku yang dipelajari.
Sebaliknya, eksperimen ini mengakibatkan trauma yang mendalam bagi anak-anak yang tadinya normal. Mereka menjadi cemas, menarik diri, dan pendiam.
Mahasiswa patologi Universitas Iowa di kemudian hari menjuluki penelitian ini Studi Monster.
Mereka yang masih hidup menggugat Iowa dan universitas. Tahun 2007, Iowa membayar total $925.000.
Sebelum tahun 1830-an, satu-satunya mayat yang legal untuk dibedah adalah para penjahat yang dieksekusi.
Kelangkaan ini mendorong banyak ahli anatomi untuk membeli mayat dari perampok kuburan atau bahkan mengambilnya sendiri.
Para siswa dan ahli anatomi rela melakukan apa saja untuk mendapatkan bahan praktikum mereka.
Di tengah situasi ini, dua orang pria di Edinburgh, William Hare dan William Burke, menemukan cara " cerdas" untuk menyediakan mayat segar ke meja anatomi.
Dari tahun 1827 hingga 1828, mereka mencekik lebih dari selusin penghuni rumah kos mereka dan menjual mayat-mayat tersebut kepada ahli anatomi terkenal, Robert Knox.
Knox, yang terobsesi dengan penelitiannya, tampaknya tidak peduli dengan asal-usul mayat segar yang dibawakan oleh pemasok barunya. Kejahatan mengerikan ini akhirnya terbongkar, dan Burke dihukum gantung atas kejahatannya.
Pada 1930-an dan 1940-an, militer Jepang melakukan pengujian medis dan senjata pada warga sipil, terutama di China.
Dipimpin oleh Jenderal Shiro Ishii dari Unit 731, eksperimen brutal ini menewaskan hingga 200.000 orang.
Mereka mempelajari berbagai penyakit untuk potensi penggunaannya dalam perang, seperti antraks, disentri, tipus, paratifoid, dan kolera.
Kekejaman yang dilakukan termasuk menginfeksi sumur dengan kolera dan tifus serta menyebarkan kutu yang terinfeksi wabah ke seluruh kota di China.
Pada tahun 1971, Profesor Psikologi Stanford, Philip Zimbardo, tergerak oleh pertanyaan fundamental: " Apa yang terjadi ketika orang baik ditempatkan dalam situasi jahat?" .
Untuk menjawabnya, dia merancang sebuah eksperimen kontroversial yang dikenal sebagai " Eksperimen Penjara Stanford" .
Zimbardo mengubah ruang bawah tanah Universitas Stanford menjadi penjara simulasi, merekrut mahasiswa untuk berperan sebagai penjaga dan tahanan. Namun, eksperimen ini dengan cepat berubah menjadi kekacauan.
Hanya dalam beberapa hari, " penjaga" mulai menunjukkan perilaku sadis, memperlakukan " tahanan" dengan kejam dan merendahkan.
Di sisi lain, " tahanan" menjadi depresi dan menunjukkan tanda-tanda stres ekstrem.
Temuan Zimbardo menunjukkan manusia, bahkan mereka yang dianggap " baik" , dapat terpengaruh oleh kekuatan situasional dan mudah terjerumus dalam perilaku yang tidak etis ketika dihadapkan pada otoritas dan tekanan.
Pada periode kelam antara 1946 dan 1948, sebuah eksperimen medis yang tidak etis dan mengerikan terungkap di Guatemala.
Didanai oleh pemerintah Amerika Serikat dan Guatemala, penelitian ini menargetkan 1.500 orang Guatemala, termasuk pria, wanita, dan anak-anak.
Mereka diinfeksi sifilis secara sengaja, baik melalui suntikan maupun pil. Para korban, yang tergolong kelompok rentan, dipaksa jadi kelinci percobaan tanpa persetujuan mereka dan tanpa pemahaman yang jelas tentang risiko yang mereka hadapi.
Kekejaman dan amoralitas dari eksperimen medis yang tidak manusiawi ini terungkap puluhan tahun kemudian.
Pada tahun 2010, Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton, dan Menteri Kesehatan, Kathleen Sebelius, menyampaikan permintaan maaf resmi atas tindakan tercela ini.
Advertisement
Waspada, Ini yang Terjadi Pada Tubuh saat Kamu Marah
Respons Tuntutan, DPR RI Siap Bahas RUU Perampasan Aset
5 Komunitas Parenting di Indonesia, Ada Mendongeng hingga MPASI
Banyak Pedagang Hengkang, Gubernur Pramono Gratiskan Sewa Kios 2 Bulan di Blok M Hub
Mahasiswa Makan Nasi Lele Sebungkus Berdua Saat Demo, Netizen: Makan Aja Telat, Masa Bakar Halte
Palet Warna Brave Pink dan Hero Green Bertebaran di Medsos, Jadi Simbol Gerakan `Reset Indonesia`
Rangkaian acara Dream Inspiring Women 2023 di Dream Day Ramadan Fest Day 5
Eko Patrio Disorot, Parto Malah Kena Apes Dimaki Orang Tak Dikenal
Luna Maya: Ultah ke-42, Penuh Cinta dan Cerita Baru di Layar Lebar
Potret Davina Karamoy Saat Liburan ke Dubai, Tampil Eksotis!
5 Komunitas Parenting di Indonesia, Ada Mendongeng hingga MPASI