Dompet Dhuafa Terjunkan Tim Cekal Corona, Semprot Disinfektan di Tempat Ibadah

Reporter : Ahmad Baiquni
Selasa, 17 Maret 2020 19:01
Dompet Dhuafa Terjunkan Tim Cekal Corona, Semprot Disinfektan di Tempat Ibadah
Tim juga akan menyemprotkan disinfektan ke sejumlah fasilitas umum seperti MRT, LRT, dan Transjakarta dengan berkoordinasi bersama pemerintah setempat

Dream - Lembaga filantropi Dompet Dhuafa melibatkan diri dalam upaya pencegahan penyebaran virus corona Covid-19. Dompet Dhuafa menerjunkan tim Disaster Management Center (DMC) lewat aksi Cegah Tangkal Covid-19.

Tim Cekal Covid-19 bertugas menyemprotkan disinfektan ke tempat-tempat umum. Khususnya tempat-tempat ibadah semua agama.

" Prioritas pertama yang disemprot adalah masjid dengan tujuan agar orang bisa sholat Subuh berjemaah. Senin pagi dan siang ini, aksi dilanjutkan dengan penyemprotan ke gereja dan wihara," ujar inisiator Aksi Cekal Covid-19 sekaligus Pembina Yayasan Dompet Dhuafa, Parni Hadi, melalui keterangan tertulis diterima Dream.

Dompet Dhuafa

Penyemprotan juga akan dijalankan di fasilitas transportasi umum seperti MRT, LRT, Transjakarta.

Ketua Yayasan Dompet Dhuafa, Nasyith Madjidi, mengatakan Covid-19 merupakan bencana nasional. Sehingga Dompet Dhuafa perlu terlibat dalam penanganannya.

" Dompet Dhuafa hadir untuk melayani masyarakat dengan mengikuti protokol WHO yang ditetapkan," kata Nasyith.

1 dari 5 halaman

Seluruh Layanan Kesehatan Dompet Dhuafa Disiagakan

Sementara, Ketua Tim Penanganan Covid-19 Dompet Dhuafa, Yeni Purnamasari, mengatakan pihaknya menyiagakan semua layanan kesehatan di seluruh Indonesia.

" DD nenyiagakan 30 unit ambulans, 8 rumah sakit, 21 klinik untuk melayani masyarakat dan merujuk ke rumah sakit yang ditunjuk bila ditemukan indikasi Covid-19," kata dia.

Dompet Dhuafa

Dalam bertugas, tim DMC didukung Divisi Kesehatan dan relawan Dompet Dhuafa. Dalam melakukan penyemprotan, Dompet Dhuafa berkoordinasi dengan Pemerintah Pusat dan Daerah serta mengajak keterlibatan masyarakat untuk mengantisipasi dampak pandemik virus corona.

" Dompet Dhuafa merespon cepat kasus Covid-19 dengan mendirikan pusat informasi atau Corona Center dengan layanan Call Center Siaga Dompet Dhuafa di nomor 0811 16 17 101," ujar Direktur Eksekutif Dompet Dhuafa, Imam Rulyawan.

" Selain hal itu Dompet Dhuafa menyiapkan unit khusus dan program-program pengendalian kasus Covid-19 dengan melibatkan Rumah Sakit-Rumah Sakit Dompet Dhuafa," lanjut dia.

2 dari 5 halaman

Dompet Dhuafa Serukan Atasi Kerawanan Pangan dan Stunting

Dream - Indonesia dikenal sebagai negara agraris dengan cadangan pangan melimpah. Sayangnya, kasus rawan pangan dan stunting masih banyak ditemukan.

Data Kementerian Pertanian, 88 kabupaten/kota masuk kategori rentan rawan pangan didasarkan pada aspek pasokan, akses, serta pemanfaatan. Hal ini berdampak pada bertambahnya kasus kurang gizi.

Peneliti IDEAS, Fajri Azhari, mengatakan berdasarkan riset yang digelar, didapat temuan sulitnya kelompok miskin mengakses bahan pangan. Salah satu sebabnya, harga pangan yang tinggi.

" Strategi yang ditempuh keluarga miskin yaitu beralih untuk mengkonsumsi pangan yang murah dan bisa diawetkan," kata Fajri, Jumat 28 Februari 2020.

Kelompok 1 persen termiskin rata-rata mengkonsumsi 74,4 kg beras per kapita per tahun. Lebih banyak dari kelompok 1 persen terkaya yang hanya 60,89 kg beras per kapita per tahun.

Tingkat konsumsi yang rendah dapat memicu penyakit kronis dan kematian dini. Penyakit kronis menimbulkan beban berat dari biaya pengobatan.

Selain itu, penyakit kronis juga menghilangkan waktu produktif. Akibatnya, kelompok miskin terjerumus lebih dalam ke jurang kemiskinan.

 

3 dari 5 halaman

Butuh Peran Banyak Pihak

Untuk mencegah meluasnya dampak rawan pangan, Lembaga Donasi Sosial Dompet Dhuafa menjalankan sejumlah program pertanian terpadu. Di antaranya JKIA (Jaringan Kesehatan Ibu dan Anak) dan SNGI (Saving Next Generation Institute), STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) yang mendorong perilaku bersih dan sehat di lingkungan sekitar dengan sumberdaya yang ada.

" Program tersebut dilakukan bersama dengan komponen masyarakat, pemerintah daerah, dinas terkait dan mitra lain yang bekerjasama secara terintegrasi di lapangan," kata Direktur Utama Dompet Dhuafa, drg. Imam Rulyawan, MARS.

Sementara, Kasi Mutu Gizi Kementrian Kesehatan, dr. Hera Nurlita, S.SiT,M.Kes, mengatakan stunting merupakan masalah multidimensional. Sehingga dibutuhkan peran aktif dari banyak pihak.

" Pemerintah sudah berkomitmen dan menetapkan arah perbaikan gizi nasional untuk meningkatkan mutu gizi perorangan dan masyarakat," kata Hera.

4 dari 5 halaman

Angka Stunting Indonesia Masih di Atas Rata-Rata Toleransi WHO

Dream - Banyak tokoh menyebut Indonesia sebentar lagi akan menikmati bonus demografi dengan meningkatnya proporsi penduduk usia kerja. Diprediksi pada 2045, 70 persen dari total penduduk Indonesia masuk kategori produktif dalam rentang usia 15-64 tahun.

Meski demikian, Indonesia masih memiliki pekerjaan rumah. Anak-anak dan remaja Indonesia berpotensi mengalami gangguan pertumbuhan yang bisa mengganggu tingkat produktivitasnya.

Data World Health Organization (WHO) menyebutkan angka kematian akibat penyakit tidak menular di Indonesia meningkat menjadi 75 persen. Beberapa sebabnya yaitu stunting dan gizi buruk.

" Tentunya kita akan bicara fokus Kemenkes, misi Presiden 2020-2024 adalah penyelesaian stunting," ucap anggota Komisi IX DPR RI, Intan Fitriana Fauzi, dalam seminar Hari Gizi Nasional di Kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Rabu 26 Februari 2020.

Data World Bank 2017 mencatatkan Indonesia menjadi negara ke-4 di dunia dengan jumlah kasus bayi stunting tertinggi. Studi Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) 2019 juga mengungkapkan 27,67 persen atau 6,3 juta dari 23 juta populasi balita di Indonesia mengidap masalah stunting.

" Dari data tersebut, hal ini harus disikapi karena jauh dari standar maksimalnya, karena ujung-ujungnya stunting ini akan mengancam produktivitas dan juga daya saing SDM," ujar Intan.

5 dari 5 halaman

Tren Balita Gizi Buruk Menurun, Tapi...

Dari data tren status gizi balita 2013-2018, kasus stunting memang mengalami penurunan. Pada 2013, tercatat ada sekitar 37,2 persen kasus stunting dan turun menjadi 30,8 persen pada 2018.

" Walau mengalami penurunan, angka-angka ini masih di atas angka toleransi WHO, untuk stunting itu toleransinya 20 persen, kita masih 30,8 persen, lalu survei terakhir tahun 2019 juga masih 27 persen," kata Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementrian Kesehatan, dr. Kirana Pritasari.

Kirana mengungkapkan stunting dan gizi buruk bukan semata masalah kurang makan saja. Tetapi masalah multi-dimensional dengan akar permasalahan yaitu pendidikan yang tidak merata dan kemiskinan.

Penyebabnya sendiri ada yang secara langsung memberikan dampak, ada pula yang tidak. Penyebab langsung yang dominan yaitu diare balita, imunisasi kurang lengkap, serta makanan balita yang tidak beragam.

Sedangkan penyebab tidak langsung yaitu pertumbuhan balita tidak terpantau secara rutin serta sanitasi yang kurang layak.

Laporan: Raissa Anjanique Nathania

Beri Komentar