Sumber: Daily Star
Dream - Bencana besar tidak pernah dapat diprediksi kapan terjadinya. Manusia baru mengetahui dahsyatnya kerusakan yang terjadi ketika dampak banyak menimpa korban manusia dengan skala yang sangat luas.
Kerugian yang datang akibat bencana berskala besar sudah tak bisa lagi terhitung. Selain nyawa yang melayang, kerugian immaterial akibat ketidaksiapan ketika menghadapi bencana yang datang tiba-tiba biasanya tak bisa ditukar dengan uang.
Pengalaman buruk menghadapi bencana besar inilah yang dialami seorang pekerja ketika menghadapi bencana di sebuah pembangkit nuklir di Jepang.
Dikutip dari Daily Star, pekerja bernama Hisashi Ouchi membantu rekannya untuk menuangkan uranium ke dalam tong Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di Tokaimura di tahun 1999. Tindakan ini dilakukan sebagai uji coba sekaligus usaha mempercepat proses guna memotong biaya perusahaan.

Idealnya, tindakan menuang zat radioaktif ini dilakukan menggunakan pompa hidrolik. Namun, tiga pegawai di pembangkit tenaga nuklir ini menggunakan tangan kosong yang dampaknya membuat mereka terkena radiasi dalam skala sangat tinggi.
Ouchi merupakan pegawai dengan tidak keracunan radiasi tertinggi di antara rekan-rekannya. Dia hampir tidak bisa bernapas dan selalu merasa kesakitan. Ia mengalami muntah hebat dan sempat kehilangan kesadaran.
Saat sampai di rumah sakit, dokter terkejut menemukannya hampir tidak memiliki sel darah putih yang tersisa.

Ouchi, yang saat kejadian berusia 35 tahun, diidentifikasi telah menyerap 17 Sieverts radiasi. Jumlah tersebut belum pernah atau pertama kalinya terjadi pada manusia.
Paparan yang dialami Ouchi bahkan lebih para dari petugas tanggap darurat di ledakan pembangkit nuklir Chernobyl di Rusia yang meninggal karena terkena papara berskala 0,25 Sievert.
Begitu berada di rumah sakit, dokter bekerja untuk membuatnya tetap hidup melalui transfusi darah dan cangkok sel punca. Secara medis, operasi tersebut berhasil dan membuatnya tetap hidup.
Namun, bagi Ouchi hal itu adalah hal yang menyiksa. Dikabarkan ia terus berteriak " Saya tidak tahan lagi! Saya bukan kelinci percobaan!,” ungkapnya.
Pada hari ke-59 di rumah sakit, ia mengalami tiga serangan jantung. Namun, dokter berusaha menghidupkannya kembali atas permintaan keluarganya.
Sampai hari ke-83, akhirnya tubu Ouchi menyerah dan ia meninggal dunia karena banyaknya kegagalan organ.
Sementara itu, pengawas teknisi Yutaka Yokokawa juga mendapatkan perawatan, dan dibebaskan setelah tiga bulan karena penyakit radiasi ringan.
Kemudian, pada Oktober tahun 2000 ia didakwa karena kelalaiannya.
Tak hanya itu, perusahaan bahan bakar nuklir JCO kemudian membayar US$121 juta untuk menyelesaikan 6.875 klaim kompensasi dari orang-orang dan bisnis yang terpapar radiasi akibat kecelakaan tersebut.
Advertisement
Upgrade Gaya Hidup Digitalmu dengan eSIM XL PRIORITAS, Pilihan Premium Masa Kini

Ibadah Lancar, Komunikasi Aman: Tips Itinerary Umroh & Internet Hemat


Bencana di Sumatera Sebabkan Krisis Air Bersih bagi Warga Terdampak

Resmi Diluncurkan, Viva Retinol Serum Hadirkan 3x Presisi Perawatan Kulit dalam Setiap Tetes
