Dream - Kondisi Nepal setelah dilanda gempa bumi sepekan yang lalu masih sangat memprihatinkan. Sebagian besar warga menghadapi beberapa kendala seperti kekurangan akses air bersih, pangan, serta kehilangan tempat bermukim akibat gempa yang menewaskan lebih dari 7.000 jiwa.
Atas hal itu, Lembaga donor dan relawan Indonesia, Aksi Cepat Tanggap (ACT) kembali mengirim tim ke Nepal. Tim yang dijuluki ACTion Team for Nepal II ini beranggotakan dua dokter dan satu tenaga paramedis.
" Ada dua relawan dokter dan satu paramedis yang dipimpin oleh Yusnirsyah Sirin dari ACT yang sudah berpengalaman memasuki kawasan krisis kemanusian global, diantaranya Rohingnya, Suriah, dan Mesir," ujar Presiden ACT Ahyudin di Jakarta, Selasa, 5 Mei 2015.
Ahyudin mengatakan relawan yang dikirim telah memiliki pengalaman yang begitu banyak menangani korban insiden kemanusiaan. Sehingga, ia begitu yakin tim ini dapat bekerja secara maksimal dalam membantu proses recovery pascabencana.
" Kalau untuk aksi global kita mensyaratkan dia mempunyai pengalaman yang sangat luas, kesehatan prima punya kemampuan dalam managemen, komunikasi baik, dan dapat merancang program. Jadi, relawan harus punya keahlian dan kalau tidak mempunyai keahlian khusus maka tidak bisa menjadi relawan," ungkapnya.
Anggota ACTion Team for Nepal II ini terdiri dari dr Fakhrur Razi yang berpengalaman saat tsunami Aceh 2004 dan di kamp Zatari Yordania bersama ACT. Selain itu, Faris El Haq yang merupakan dokter muda berpengalaman dalam menangani korban bencana alam sejak tahun 2012 dan Krisdiyansyah, relawan ACT memiliki pengalaman di bidang penyelamatan dan medis tergabung dalam tim ini.
Rencananya, terang Ahyudin, ACT akan membuka pos pelayanan medis seperti di Jhingate yang terletak di Desa Taple, Distrik Gorkha, 150 kilometer arah barat daya Kathmandu. Desa ini mengalami dampak gempa yang sangat parah dan belum tersentuh akses bantuan.
Sebagian besar rumah warga yang tinggal di Desa Taple ini hancur lantaran tidak tahan gempa. Meski terdapat sebagian rumah warga yang mengalami rusak ringan dan sedang, tidak satupun warga yang berani tinggal di rumahnya lantaran khawatir ada gempa susulan.
Pemilihan Desa Taple menjadi lokasi pos pelayanan medis didasarkan pada pertimbangan ACT ingin berkonsentrasi ke wilayah pedesaan dalam menyalurkan bantuan. Sejak hadir di Nepal, ACT menyadari masih banyak titik kritis yang belum tersentuh pertolongan.
" Di wilayah seperti itulah, kami bekerja," jelas Ahyudin.
Selanjutnya, ACT menargetkan dapat menyalurkan bantuan ke seluruh pelosok desa di Nepal yang belum terjamah. " Target kami bisa membantu 100 desa di Nepal. Sekitar masing 500 ribu jiwa. Andaikan itu bisa dicapai kami sangat senang sekali," kata Ahyudin.
Lebih lanjut, Ahyudin menerangkan tim ini berangkat ke Nepal hari ini pukul 06.25 WIB. Tim ini akan bertugas mempersiapkan pendirian Integrated Community Shelter (ICS) untuk para pengungsi.
“ Para pengungsi dapat hidup lebih layak serta dapat menginspirasi beragam pihak yang ingin turut menyalurkan bantuan lebih tepat dan teratur kepada komunitas penerima manfaat yang terintegrasi,” tambah Ahyudin.
Advertisement
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Hj.Erni Makmur Berdayakan Perempuan Kalimantan Timur Lewat PKK
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal